• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Validasi proses adalah salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk memastikan dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.

Terdapat tiga jenis validasi proses, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Di samping itu, juga dilakukan validasi pembersihan yang bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mikroba sesuai persyaratan yang ditetapkan.

Selain validasi, dilakukan juga kualifikasi, yaitu pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas sistem penunjang (utility) komputer dan proses pengemasan secara otomatis bekerja

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ), Instalation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan untuk peralatan dan sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang dimodifikasi tidak dilakukan tahap Design Qualification.

Di PT Aventis Pharma telah dilakukan validasi dan kualifikasi terhadap aspek fasilitas, sistem, proses, dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT Aventis Pharma dalam Global Quality Standard. Berdasarkan objek yang divalidasi, PT Aventis Pharma melakukan validasi terhadap proses produksi (process validation) dan pembersihan (cleaning validation) baik untuk ruangan maupun peralatan. Semua aktivitas kualifikasi dan validasi dituangkan dalam Validation Master Plan (VPM). VPM harus dikaji ulang minimal setiap dua tahun sekali atau jika ada perubahan jadwal secara signifikan.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 PT Aventis Pharma secara umum telah menerapkan CPOB pada segala aspek, termasuk aspek produksi, pengendalian mutu dan pemastian mutu untuk menjamin kualitas produk-produk yang dihasilkan. Contoh penerapan CPOB di PT Aventis Pharma misalnya penyiapan prosedur tetap untuk setiap kegiatan yang dilakukan.

6.1.2 Apoteker memiliki peran penting di industri farmasi, terutama pada posisi kunci yaitu kepala bagian Produksi, Quality Control dan Quality Assurance. Apoteker bertugas dan bertanggung jawab untuk memastikan dan mengawasi pelaksanaan CPOB di industri farmasi.

6.2 Saran

6.2.1 Penerapan aspek-aspek CPOB di PT Aventis Pharma perlu senantiasa dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk-produk yang dihasilkan.

6.2.2 Pengembangan produk dapat dilakukan oleh Jakarta site dengan membentuk bagian penelitian dan pengembangan atau Research &

Development (R&D)di PT Aventis Pharma.

6.2.3 Karyawan PT Aventis Pharma sebaiknya senantiasa meningkatkan kasadaran akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek.

Aventis Pharma. (2005). Prosedur Tetap Purchasing Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2009). Prosedur Tetap Technical Service Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Plant Logistic Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Production Department : Processing and Packaging Unit. Jakarta

Aventis Pharma. Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap HSE Department.

Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &

Quality Control Unit. Jakarta: Aventis Pharma.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Edisi 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sanofi Aventis. (2013). Sanofi Aventis. http://www.sanofi.co.id. diakses pada tanggal 12 Juni 2013.

TABEL

Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT. Aventis Pharma

Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified water MilliQ

Potable water Purified water Purified water MilliQ - plus Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemerian

Tabel 3. Jenis – jenis AHU

Jenis AHU Ruang yang Disuplai

AHU – FA 01 Mensuplai AHU – 01, AHU – 02, dan AHU – 06

AHU – FA 02 Mensuplai AHU – 03, AHU – 04, AHU – 05A, AHU – 05B AHU 01 Secondary packaging (area kelas 2)

AHU 02 Corridor, staging bulk, workshop & tools, primary packaging material transit, staging primary packaging material transit, primary packaging line 1, primary packaging line 2, primary packaging line 3, primary packaging line 4, LAF, corridor class 3 between line 3 & 4, corridor class between line 1 & 2.

AHU 03 Coating, technical area of coating, dirty container staging and washing

AHU 04 Corridor production wet granulation, lubrication, washing, semisolid, sundry, office (processing), production manager, punches and die.

AHU 05 A Weighing, remaining material, broken material, staging AHU 05 B IPC, tabletting korsch, tableting fette 1200, granulating and

staging, filling suppository

AHU 06 Gowning area

AHU 07 dan 08 Warehouse

DX AHU 01 Quarantine raw and packaging material cool storage (< 25

°C)

DX AHU 02 Released raw and packaging material cool storage (< 25

°C)

DX AHU 03 Airlock sampling area, sampling raw material, change room, airlock & personal entrance/ exit

Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band

Kategori Nilai OEL (mcg/m3) Karakteristik Senyawa

OEB 1 1000- 5000 tidak berbahaya, tidak iritatif

genotoksik dan/atau dengan aktivitas farmakologi sangat tinggi

OEB 5 <1 sangat toksik, mungkin korosif atau genotoksik dan/atau dengan aktivitas farmakologi yang sangat tinggi

Tabel 5. Kategori produk PT. Aventis Pharma berdasarkan OEB

Kategori Contoh nama produk

OEB 1 Batrafen (Ciclopirox olamine) Trental (Pentoxyfyline)

OEB 2 Avil (Pheniramine maleat)

Lasix (Furosemide)

Tabel 6. Parameter Baku Mutu Air Kategori D

Parameter Sintesis Formulasi

kadar max (mg/L)

beban limbah max (kg/L)

kadar max (mg/L) BOD (5 hari,

20ºC)

75 1,875 75

COD (bichromat) 100 2,5 100

TSS (padatan tersuspensi total)

60 1,5 60

fenol 0,5 0,0125 0,5

total nitrogen 30 0,75 30

pH 6-9 - 6-9

zat organik (KmnO4)

85 2,125 85

tes antibiotik - - -

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Akses PT. Aventis Pharma

Lampiran 2. Peta Lokasi PT. Aventis Pharma

Lampiran 3. Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia

Lampiran 4. Struktur Organisasi Industrial Affairs PT Aventis Pharma

Vice President Industrial Affairs,

APJ Region

Plant Director

IA HR Manager IA Controlling

Head of Industrial Quality &

Compliance

Country Procurement

Head

Head of Logistics Technical Services Manager

Production

Manager HSE Manager

Executive Assistant

Lampiran 5. Struktur Organisasi Industrial Quality & Compliance Department

Head of Industrial Quality &

Compliance

Quality Assurance Manager

QA officer

QA officer

QA officer

QA officer Quality Control

Supervisor

QC Analyst Microbiological

Analyst

QC Analyst QC Analyst

QC Officer QC Analyst

QC Sampler QC Sampler

IQC Admin Assistant

Lampiran 6. Diagram Pengambilan Keputusan Terhadap Hasil di Luar Spesifikasi Hasil TMS

Periksa kondisi analisis (Gunakan daftar periksa)

Ditemukan kesalahan Tidak ditemukan kesalahan

Lakukan Perbaikan

Lampiran 7. Contoh-contoh Label

Lampiran 8. Alur Pemeriksaan Bahan Baku

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Released

OOS

Penyelidikan

Perbaikan

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

Rejected Released

Lampiran 9. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja pada pengolahan awal. Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali.

2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM city water. Air PAM diperiksa setiap 1 bulan sekali.

3. Potable water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air

sumur/PAM. Air ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water diperiksa setiap 1 bulan sekali.

4. Purified water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan potable water dengan cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixed bed procedure), electro-deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-deionisasi. Purified water diperiksa setiap 1 minggu sekali.

5. Purified water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan purified water dengan alat MiliQ-Plus.

Lampiran 10. Pembagian Iklim, Tipe Pemeriksaan, Kondisi Penyimpanan dan Waktu Pemeriksaan Pada Uji Stabilitas

Pada dasarnya pembagian zona iklim dibagi atas:

Zona iklim Zona I

Post Marketing Studies (Tipe IV) Zona

a. Untuk perbandingan pengujian pada umumnya dilakukan follow up stability test pada climatic zone II dan IV.

b. Periode pengujian tergantung pada daluarsa atau sesuai dengan rencana pemeriksaan yang dibuat

c. Kondisi penyimpanan (suhu dan RH) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya d. *) sesuai dengan rata-rata data suhu dan kelembaban ruang penyimpanan

contoh pertinggal

Follow Up Stability Testing (Tipe V) Zona

a. Pengujian dilakukan hingga batas waktu daluarsa

b. Zona II : untuk produk yang akan dipasarkann di zona I dan II c. Zona IV : untuk produk yang akan dipasarkan di zona II dan IV

Lampiran 11. Skema Purified Water Plant

Lampiran 12. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk PT.Aventis Pharma

Daftar Bahan (Masih diproduksi)

Daftar Bahan (Produk Baru)

Informasikan kepada HSE staff dan QA unit

Cari MSDS dari intranet, internet/HSE

global

Simpan file elektronik MSDS

Print MSDS

Kirim copy MSDS ke QA

Simpan file MSDS di folder I

Update daftar bahan kimia dan distribusikan ke manager

departemen yang berkaitan

Dilakukan oleh HSE staff

Lampiran 13. Alur penanganan limbah

Lampiran 14. Skema waste water treatment plant

Office building, security, packaging, warehouse,

Multi purpose building

Production, purified water

Antibiotik waste

Collecting pit 1 Collecting pit 2 Collecting pit 3

Perforated bath stream

Equalization tank

Aeration tank

Sedimentation tank

Sludge Water

Sludge tank Clean water tank

Sludge drying bed River Connect to WWTP

operator room for sampling purposes

Dry sludge Effluent/water

PPLI

Lampiran 15. Denah Warehoue

KAJIAN PELAKSANAAN PENINJAUAN DAN PENILAIAN MUTU PRODUK TAHUNAN (

ANNUAL PRODUCT REVIEW

)

TABLET TRIATEC

®

PERIODE 2012

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SUCI TRISNAENI, S. Farm.

1206313766

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

KAJIAN PELAKSANAAN PENINJAUAN DAN PENILAIAN MUTU PRODUK TAHUNAN (

ANNUAL PRODUCT REVIEW

)

TABLET TRIATEC

®

PERIODE 2012

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SUCI TRISNAENI, S. Farm.

1206313766

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL ... ii DAFTAR ISI ... iii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR TABEL ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Pengkajian Mutu Produk ... 3 2.2 Penyiapan Annual Product Review ... 4 2.3 Isi dari Annual Product Review ... 6 2.4 Kapabilitas Proses ... 15 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ... 20 3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian ... 20 3.2 Metode Pengkajian ... 20 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21 4.1 Pelaksanaan Annual Product Review Tablet Triatec® ... 21 4.2 Tahapan Penyusunan Annual Product Review Tablet Triatec® ... 22 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29 5.1 Kesimpulan ... 29 5.2 Saran ... 29 DAFTAR ACUAN ... 30

Gambar 2.1 Diagram Fish Bone... 16 Gambar 2.2 (a) Grafik proses terhadap batas spesifikasinya dan contoh

grafik untuk (b) not capable process; (c) barely capable;

(d) highly capable process ... 19

Tabel 2.1 Klasifikasi dari Product Technical Complaint (PTC) ... 8 Tabel 2.2 Parameter kritis pada proses produksi tablet... 10 Tabel 2.3 Parameter kritis pada proses produksi kapsul ... 10 Tabel 2.4 Parameter kritis pada proses produksi salep, krim, dan suppositoria . 11 Tabel 2.5 Parameter kritis pada proses produksi larutan ... 11 Tabel 2.6 Rumus dan definisi Indeks Kapabilitas Proses ... 18 Tabel 2.7 Interpretasi dari nilai Indeks Kapabilitas Proses ... 19

1.1 Latar Belakang

Setiap Industri Farmasi dalam memproduksi sediaan farmasi harus menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) dalam rangka menjamin mutu, khasiat, dan keamanan produk yang dihasilkan. Pada prinsipnya, tujuan dari implementasi CPOB dalam Industri Farmasi yaitu untuk menghindarkan atau meminimalkan risiko, misalnya kontaminasi silang dan tercampur baurnya produk (mix-up), yang tidak dapat dideteksi melalui serangkaian uji (BPOM, 2009).

Salah satu elemen CPOB yaitu manajemen mutu. Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan arah dan mengimplementasikan kebijakan tentang mutu. Dalam menjamin mutu suatu produk obat, tidak dapat hanya mengandalkan pelulusan produk berdasarkan serangkaian pengujian, tetapi hendaknya dibangun mutu produk sejak awal (build in quality). Mutu obat tergantung dari bahan awal, proses pembuatan, dan pengawasan mutu, bangunan dan peralatan yang digunakan, serta semua personil yang terlibat. Selain itu, semua produk obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat agar obat yang dihasilkan dapat selalu memenuhi persyaratan (BPOM, 2009).

Sesuai konsep manajemen mutu tersebut, harus dilakukan evaluasi secara berkala terhadap mutu produk yang dihasilkan sebagai acuan untuk memperbaiki mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi suatu proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi, untuk melihat tren (trend analysis), evaluasi perlu atau tidaknya revalidasi, dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk peningkatan kualitas produk dan proses (BPOM, 2012).

Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual Product Review). Annual Product Review dilakukan oleh bagian Quality Assurance dan dibantu oleh bagian Quality Control dan bagian Produksi. Annual

Product Review (APR) dilakukan untuk setiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan proritas produk yang dikaji (BPOM, 2009).

PT Aventis Pharma setiap tahunnya memproduksi berbagai macam sediaan farmasi, baik dalam bentuk sediaan padat seperti tablet dan kapsul, sediaan setengah padat seperti krim; salep; supositoria, dan sediaan cair seperti sirup. Penyusunan APR dibagi menjadi empat gelombang berdasarkan bentuk sediannya. Penyusunan APR untuk sediaan padat dilakukan pada bulan Januari dan akan berlaku sampai dengan Januari tahun berikutnya (Aventis Pharma, 2012). Pada awal tahun 2013, dilakukan penyusunan APR untuk semua produk PT Aventis Pharma berupa sediaan padat (tablet) yang diproduksi pada tahun 2012. Dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, dilakukan pengkajian terhadap pelaksanaan peninjauan dan penilaian tahunan (APR) periode 2012 dari salah satu produk PT Aventis Pharma, yaitu tablet Triatec®.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini antara lain:

a. Memahami dan membandingkan pelaksanaan peninjauan dan penilaian tahunan (Annual Product Review) tablet Triatec® periode 2012 dibandingkan dengan cGMP yang berlaku.

b. Memahami tahapan penyusunan laporan peninjauan dan penilaian tahunan (Annual Product Review) tablet Triatec® periode 2012.

2.1 Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses (BPOM, 2012; European Commission, 2012; dan PIC/S, 2013). Berdasarkan ICH Q7A GMP Guide for Active Pharmaceutical Ingredients, industri farmasi membutuhkan pengkajian mutu produk yang dikaji tiap tahun untuk mengetahui konsistensi kualitas produk yang telah diproduksi selama satu tahun (FDA, 2001).

Menurut BPOM (2012); European Commission (2012); dan PIC/S (2013), pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:

a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari pemasok baru

b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian obat jadi

c. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan

d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, investigasi yang terkait, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan

e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis

f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi produk ekspor g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan semua tren yang

tidak diinginkan

h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan, dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan

i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses, produk, atau peralatan yang sebelumnya

j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan obat dengan persetujuan pendaftaran variasi

k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misal sistem tata udara (HVAC), air, gas, bertekanan, dan lain-lain

l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu mutakhir

Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.

Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Jika dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu produk dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misalnya sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain (BPOM, 2012; European Commission, 2012; dan PIC/S, 2013).

Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual Product Review). Annual Product Review dilakukan oleh bagian Quality Assurance dibantu oleh bagian Quality Control dan bagian Produksi. Annual Product Review hendaklah dilakukan untuk tiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan proritas produk yang dikaji (BPOM, 2009).

2.2 Penyiapan Annual Product Review (Aventis Pharma, 2012g)

Penyiapan Annual Product Review dilakukan setiap tahun sekali. Annual Product Review (APR) harus diselesaikan selama 90 hari dihitung sejak waktu terakhir pengkajian dan penilaian tahunan terhadap produk. Jika bets yang

diproduksi dalam 1 tahun kurang dari 5 bets, maka APR harus tetap dibuat berdasarkan data produk 2 atau 3 tahun produksi. Penyiapan APR dibagi menjadi empat gelombang, antara lain:

a. Sediaan tablet dilakukan dalam interval Januari hingga Januari tahun selanjutnya

b. Sediaan krim dalam interval bulan Maret hingga bulan Maret tahun selanjutnya

c. Sediaan tablet salut dalam interval Juni hingga Juni tahun selanjutnya

d. Sediaan suppositoria pada bulan September sampai bulan September tahun selanjutnya.

APR harus diselesaikan paling lambat 90 hari dari waktu akhir periode penilaian.

Quality Assurance akan mengambil data yang dibutuhkan untuk APR, yaitu dari Raw Data Template untuk hasil analisis Quality Control dan batch record untuk parameter produksi dan hasil in Process Control (IPC). Tim kerja penyusunan APR adalah Supervisor Processing, Supervisor Packaging, Supervisor Quality Control, Quality Assurance Officer, dan Quality Assurance Manager. Supervisor Processing, Supervisor Quality Control, dan Quality Assurance Officer. Masing-masing bertanggung jawab untuk menghimpun data yang dibuat, mencatat dan mendokumentasikan serta mengevaluasinya. Quality Assurance bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut yang berkaitan dengan departemen lain. Tujuan APR adalah untuk meninjau dan memastikan konsistensi dari suatu proses, mengevaluasi trend hasil produksi untuk akhirnya dapat memutuskan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan spesifikasi, dan kemungkinan revalidasi.

Penyusunan APR dimulai dengan penyusunan Raw Data Template. Raw Data Template (RDT) merupakan kumpulan data yang di-input-kan ke file Microsoft Excel dari batch record yang terdiri atas dua bagian utama, yaitu:

1. Bagian kepala RDT, yang berisi identitas produk yang diproduksi seperti:

a. Product name, yaitu nama produk yang diproduksi b. Batch number, yaitu nomor batch produk yang diproduksi

c. Package, yaitu tentang jenis bahan pengemas dan satuan pengemasan d. Standar batchsize, yaitu besarnya produksi tiap satu batch

2. Bagian isi RDT, yang berisi tabel yang disusun berdasarkan urutan proses produksi dan pengemasan mutu produk. Data-data yang tercantum pada bagian ini meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Spesifikasi rawmaterial zat aktif, meliputi nama, nomor batch, kuantitas dan waktu kadaluarsa (expired date) zat aktif serta besarnya batch yang akan diproduksi dan tanggal dimulainya produksi.

b. Proses produksi, meliputi:

 Alat dan proses tahapan produksi yang digunakan, termasuk tipe alat, pengaturan kondisi proses, pengeluaran kinerja alat dan lamanya penggunaan alat tersebut untuk suatu tahap proses produksi.

 In Process Control produk ruahan. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai In Process Control berbeda-beda pada masing-masing produk tergantung bentuk sediaannya dan parameter-parameter pengujian yang dilakukan terhadap produk tersebut.

 Proses pengemasan, yang terdiri atas nomor bets, tanggal pengemasan, bulk produk, dan aktual yield pengemasan.

 Proses Pengawasan Mutu (Quality Control), meliputi data-data dari serangkaian pengujian terhadap produk jadi (finished goods) oleh QC Unit (IQC Department), seperti kadar, keseragaman kandungan.

 Tanggal penentuan waktu kadaluarsa produk jadi.

 Data operator dari analis, yaitu berisi nama-nama operator dan analis yang bertanggung jawab terhadap masing-masing produksi dan pengawasan mutu.

2.3 Isi dari Annual Product Review

Dokumen Peninjauan dan Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review) PT Aventis Pharma berisi kajian-kajian antara lain (Aventis Pharma, 2012g):

2.3.1 Cover

Cover berisi nama produk, kekuatan (dosis) produk, nomor produk, ukuran standar batch, dan unit pengemasan.

2.3.2 Index

2.3.3 Rekomendasi hasil temuan dan langkah yang dilakukan pada APR tahun sebelumnya.

2.3.4 Gambaran dari suatu produk yang dibuat dan ditest.

a. Jumlah batch dari produk tersebut yang diproduksi dan diluluskan termasuk partial batch dalam jangka waktu tertentu.

b. Jumlah batch dan persentase dari produk tersebut yang ditolak (tidak sesuai persyaratan yang telah ditetapkan) pada jangka waktu tersebut dan alasan penolakan

c. Jumlah batch yang mengalami proses ulang serta alasannya.

2.3.5 Evaluasi terhadap investigasi kegagalan (Failure Investigation Review) dan hasil pemeriksaan di luar spesifikasi (Out of Specification)

2.3.5.1.Out of Specification (Aventis Pharma, 2011a)

Out of Specification (OOS) yang terjadi selama 1 tahun, berisi nomor OOS, nomor bets produk yang mengalami OOS, dan penjelasan mengenai OOS yang terjadi. OOS adalah hasil pemeriksaan suatu produk yang menyimpang dari spesifikasi dan limit yang sudah ditetapkan. Tahapan tindak lanjut yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang diperoleh antara lain:

a. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang sudah “released

b. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa berbeda

c. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa pertama (jika perlu)

d. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang di atas dengan persyaratan “test method” dan farmakope.

Setelah penyelidikan lengkap, hasil tersebut akan dievaluasi dan diambil keputusan akhir mengenai status produk yang bersangkutan. Jika disimpulkan OOS disebabkan oleh kesalahan QC, maka hasil analisis harus dibatalkan dan analisis baru (fresh analysis) harus dilakukan.

2.3.5.2.Failure Investigation Review (Aventis Pharma, 2011b)

Kegagalan adalah kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya

Kegagalan adalah kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya

Dokumen terkait