• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Aset a. Kualitas Aset BU

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2016 (Halaman 177-182)

PERKEMBANGAN DAN ARAH KEBIJAKAN

B. Ketentuan BI yang masih berlaku

B.3. Ketentuan Kehati-hatian 1. Modal Inti BU

5. Kualitas Aset a. Kualitas Aset BU

Perbankan sebagai lembaga keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan kinerja bank secara utuh. Salah satu syarat dalam rangka penyajian laporan keuangan yang akurat dan komprehensif adalah laporan keuangan dimaksud harus disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku, khususnya dalam pembentukan CKPN.

Selain itu, dalam rangka memelihara kelangsungan usahanya, bank perlu tetap mengelola eksposur risiko kredit pada tingkat yang memadai antara lain dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset yang akan mempengaruhi rasio permodalan bank. Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dilakukan sebagai berikut:

1) Pencadangan dilakukan sesuai konsep impairment dalam bentuk CKPN dan tetap mempertahankan konsep PPA sebagai prudential purposes.

2) Atas aset produktif tetap menghitung PPA umum dan khusus, yang tidak dibebankan pada L/R namun hanya mempengaruhi perhitungan KPMM. Hasil perhitungan PPA produktif akan mempengaruhi perhitungan KPMM setelah dikurangkan dari CKPN yang dibentuk.

3) Atas aset non produktif tetap menghitung PPA khusus, yang tidak dibebankan pada L/R

namun hanya mempengaruhi perhitungan KPMM. Pengaruh PPA non produktif pada perhitungan KPMM tidak melihat CKPN yang dibentuk, mengingat hal ini merupakan disinsentif karena bank memiliki aset non produktif.

b. Kualitas Aktiva Produktif BPR

BPR memiliki peranan yang penting dalam mendukung perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). BPR harus senantiasa memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dalam rangka menyalurkan kredit kepada UMKM dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. BPR wajib menetapkan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang sama terhadap beberapa rekening Aktiva Produktif (AP) yang digunakan untuk membiayai 1 debitur pada BPR yang sama. Ketentuan tentang KAP disempurnakan dan diselaraskan dengan SAK untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) bagi BPR dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR).

BPR wajib menetapkan KAP yang sama terhadap beberapa rekening AP yang digunakan untuk membiayai 1 Debitur pada BPR yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan KAP terhadap beberapa rekening AP untuk 1 Debitur pada BPR yang sama, BPR wajib menetapkan kualitas masing-masing AP mengikuti KAP yang paling rendah.

Ketentuan terkait dengan restrukturisasi kredit, yaitu:

1) Bank wajib membebankan kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit, setelah diperhitungkan dengan kelebihan PPAP karena perbaikan kualitas kredit setelah dilakukan restrukturisasi;

2) Kelebihan PPAP karena perbaikan kualitas Kredit yang direstrukturisasi, setelah diperhitungkan dengan kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit dimaksud, hanya dapat diakui sebagai pendapatan apabila telah terdapat 3 kali penerimaan angsuran pokok atas kredit yang direstrukturisasi.

restrukturisasi kredit, termasuk namun tidak terbatas pada pengakuan kerugian yang timbul dalam rangka restrukturisasi kredit, sesuai dengan SAK dan Pedoman Akuntansi yang berlaku bagi BPR.

Ketentuan terkait dengan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), yaitu:

1) Pengambilalihan agunan harus disertai dengan surat pernyataan penyerahan agunan atau surat kuasa menjual dari debitur, dan surat keterangan lunas dari BPR kepada debitur. 2) BPR wajib melakukan upaya penyelesaian

terhadap AYDA dalam waktu paling lama 1 tahun sejak pengambilalihan.

3) Apabila dalam jangka waktu 1 tahun BPR tidak dapat menyelesaikan AYDA maka nilai AYDA yang tercatat pada neraca BPR wajib diperhitungkan sebagai faktor pengurang modal inti BPR dalam perhitungan KPMM. 4) Dalam hal AYDA mengalami penurunan nilai

karena penilaian kembali, maka BPR wajib mengakui penurunan nilai tersebut sebagai kerugian, dan

5) Dalam hal AYDA mengalami peningkatan nilai karena penilaian kembali, BPR tidak boleh mengakui peningkatan nilai tersebut sebagai pendapatan.

c. Kualitas Aset Bagi BUS dan UUS 6. Kualitas Aset BUS dan UUS

Berdasarkan POJK No.16/POJK.03/2014 tentang Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Kualitas Aset BUS-UUS

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan kinerja bank secara utuh. Salah satu syarat dalam rangka penyajian laporan keuangan yang akurat dan komprehensif, laporan keuangan dimaksud harus disajikan sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.

a. Bank wajib melaksanakan penanaman dan/atau penyediaan dana berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah. Dalam rangka pelaksanaan prinsip

kehati-hatian, Direksi wajib menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kualitas Aset tetap baik. Agar kualitas Aset tetap baik antara lain dilakukan dengan cara menerapkan manajemen risiko kredit secara efektif, termasuk melalui penyusunan kebijakan dan pedoman sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang berlaku.

b. Bank wajib melakukan penilaian kualitas Aset Produktif dan Aset Non Produktif. Aset Produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, penempatan pada BI dan pemerintah, tagihan atas surat berharga syariah yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan akseptasi, tagihan derivatif, penyertaan, penempatan pada Bank lain, transaksi rekening administratif dan bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Aset Non Produktif adalah aset Bank selain Aset Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, serta rekening antar kantor dan rekening tunda (suspense account).

c. Bank wajib menetapkan kualitas terhadap beberapa rekening Aset Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) nasabah pada 1 (satu) Bank, dengan kualitas yang sama. Penetapan kualitas berlaku pula untuk Aset Produktif berupa penyediaan dana atau tagihan yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) Bank yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian Pembiayaan bersama dan/atau sindikasi.

d. Kualitas aset digolongkan sebagai berikut: Tabel 5.6: Kualitas Aset BUS-UUS No Jenis Aktiva

Kualitas Aset

L DPK KL D M

1. Pembiayaan

2. Penempatan pada BI dan Pemerintah - - -

-3. Surat Berharga Syariah - -

4. Penyertaan Modal -

e. Kualitas Aktiva BPR Syariah 7. Kualitas Aktiva BPRS

a. Penanaman dan/atau penyediaan dana BPRS wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.

b. BPRS wajib menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah antisipasi agar kualitas aktiva senantiasa dalam keadaan Lancar.

c. BPRS wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening AP yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) nasabah pada BPRS yang sama. Dalam hal terdapat kualitas AP yang berbeda untuk No Jenis Aktiva

Kualitas Aset

L DPK KL D M

6. Penempatan pada Bank Lain - -

7. Tagihan Akseptasi

a. Penempatan pada Bank Lain

b. Pembiayaan - -

8. Transaksi Rekening Administratif a. Penematan pada Bank Lain

b. Pembiayaan -√ -√ 9. Tagihan atas Surat Berharga Syariah

yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase

agreement)

a. Penempatan pada Bank Lain

b. Pembiayaan - -

10. Tagihan Derivatif

a. Penempatan pada Bank Lain

b. Pembiayaan - -

11. Aset Yang Diambil Alih - - -

12. Properti Terbengkalai -

13. Rekening Tunda - - -

Tabel 5.7: Kualitas Aktiva BPRS

8. Penyisihan Penghapusan Aset

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2016 (Halaman 177-182)