• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2016 (Halaman 151-157)

PERKEMBANGAN DAN ARAH KEBIJAKAN

B. Ketentuan BI yang masih berlaku

16. Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

a. Penetapan status pengawasan bank terdiri dari: 1) Pengawasan normal;

2) Pengawasan intensif; dan 3) Pengawasan khusus.

Tabel 5.4: Penetapan Status Pengawasan Bank

Pengawasan Intensif Pengawasan Khusus

Kriteria Bank Dalam Pengawasan Intensif (BDPI) apabila dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha jika memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut:

a. KPMM ≥ 8%, namun kurang dari rasio KPMM sesuai profil risiko bank yang wajib dipenuhi oleh bank;

b. Rasio modal inti (tier 1) kurang dari persentase tertentu yang ditetapkan oleh OJK;

c. Rasio GWM dalam rupiah ≥ 5 % namun kurang dari rasio yang ditetapkan untuk GWM rupiah yang wajib dipenuhi oleh Bank, dan berdasarkan penilaian OJK, bank memiliki permasalahan likuiditas mendasar;

d. Rasio kredit bermasalah (non

performing loan) secara neto

lebih dari 5% dari total kredit;

OJK menetapkan Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) apabila BDPI atau bank dalam pengawasan normal, dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, yaitu apabila memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut:

a. Rasio KPMM < 8%;

b. Rasio GWM dalam rupiah kurang dari 5% dan berdasarkan penilaian OJK:

1) Bank mengalami permasalahan likuiditas mendasar; atau 2) Bank mengalami perkembangan

yang memburuk dalam waktu singkat.

Kriteria e. Tingkat kesehatan bank dengan

peringkat komposit 4 atau 5; f. Tingkat kesehatan bank dengan

peringkat komposit 3 dan GCG dengan peringkat 4;

Jangka Waktu OJK menetapkan BDPI paling lama satu tahun sejak tanggal surat pemberitahuan OJK.

OJK dapat memperpanjang jangka waktu pengawasan intensif paling banyak 1 kali dan paling lama 1 tahun hanya untuk BDPI yang memenuhi kriteria:

a. Kredit bermasalah (non

performing loan) secara neto

lebih dari 5% dari total kredit dan penyelesaiannya bersifat kompleks;

b. TKS bank dengan peringkat komposit 4 atau 5; dan/atau c. TKS bank dengan peringkat

komposit 3 dan GCG dengan peringkat 4.

Khusus untuk kriteria b dan c, perpanjangan jangka waktu BDPI disertai pula dengan peningkatan tindakan pengawasan.

OJK menetapkan BDPK paling lama 3 bulan sejak tanggal surat pemberitahuan OJK.

Langkah-langkah Pengawasan Memerintahkan bank untuk

melakukan mandatory supervisory

actions, antara lain:

a. Menghapus bukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modal bank;

b. Membatasi pembayaran

remunerasi atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu kepada anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi bank, atau imbalan kepada pihak terkait;

c. Tidak melakukan pembayaran pinjaman subordinasi;

1. BDPK wajib melakukan penambah-an modal untuk memenuhi KPMM dan/atau kewajiban pemenuhan GWM sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Selain tindakan-tindakan pengawasan pada saat BDPI, dalam rangka pengawasan khusus, OJK berwenang:

a. menurunkan jumlah aset tanpa persetujuan OJK kecuali untuk SBI, SBI Syariah, giro pada BI, tagihan antar bank, SBN dan/ atau SBSN;

Langkah-langkah Pengawasan d. Tidak melakukan atau menunda

distribusi modal;

e. Memperkuat modal bank

termasuk melalui setoran modal;

f. Tidak melakukan transaksi

tertentu dengan pihak terkait dan/atau pihak lain yang ditetapkan OJK;

g. Membatasi pelaksanaan rencana penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru; h. Tidak melakukan atau membatasi

pertumbuhan aset, penyertaan, dan/atau penyediaan dana baru; i. Menjual sebagian atau seluruh

harta dan/atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain; j. Tidak melakukan ekspansi

jaringan kantor;

k. Tidak melakukan kegiatan usaha tertentu;

l. Menutup jaringan kantor bank; m. Tidak melakukan transaksi antar

bank;

n. Melakukan merger atau

konsolidasi dengan bank lain; o. Mengganti Dewan Komisaris

dan/atau Direksi bank;

p. Menyerahkan pengelolaan

seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; dan/atau q. Menjual bank kepada pembeli

yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban bank.

b. Melarang bank menjual atau b. Melarang bank mengubah kepemilikan bagi:

1) Pemegang saham yang memiliki saham bank sebesar 10% atau lebih; dan/atau

2) PSP termasuk pihak-pihak yang melakukan pengendalian terhadap bank dalam struktur kelompok usaha bank, kecuali telah memperoleh persetujuan OJK; dan/atau c. Memerintahkan bank untuk

melaporkan setiap perubahan kepemilikan saham bank kurang dari 10%.

BDPI wajib:

a. Menyampaikan rencana tindak sesuai permasalahan yang dihadapi;

b. Menyampaikan realisasi rencana tindak;

c. Menyampaikan daftar pihak terkait secara lengkap; dan/atau d. Melakukan tindakan lainnya dan/

atau melaporkan hal-hal tertentu yang ditetapkan oleh OJK;

OJK membekukan kegiatan usaha tertentu BDPK paling lama 1 bulan dalam periode pengawasan khusus apabila:

a. OJK menilai kondisi bank semakin memburuk; dan/atau b. Terjadi pelanggaran ketentuan

perbankan yang dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris dan/ atau PSP.

Langkah-langkah Pengawasan Dalam hal bank ditetapkan

sebagai BDPI karena permasalahan permodalan, bank dan/atau pemegang saham bank juga wajib menyampaikan rencana perbaikan permodalan (capital restoration plan) guna mengatasi permasalahan permodalan bank.

Bank ditetapkan tidak lagi berada dalam pengawasan intensif apabila kondisi bank membaik dan sudah tidak memenuhi kriteria memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha.

OJK mengumumkan BDPK yang dibekukan kegiatan usaha tertentu beserta alasan dan tindakan perbaikan yang wajib dilakukan dan/ atau larangan yang diperintahkan OJK pada 2 surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dan pada homepage OJK. Sebaliknya, dalam rangka keseimbangan informasi kepada publik, maka apabila kondisi bank membaik dan tidak terkategori sebagai bank dalam pengawasan khusus, maka OJK juga akan mengumumkannya.

OJK memberitahukan secara tertulis kepada bank yang ditetapkan tidak lagi berada dalam pengawasan intensif.

Bank yang dibekukan kegiatan usaha tertentunya, wajib memberitahukan kepada seluruh jaringan kantornya kegiatan usaha tertentu yang dibekukan.

b. Bank yang Tidak Dapat Disehatkan

BDPK ditetapkan sebagai bank yang tidak dapat disehatkan apabila:

1) Jangka waktu pengawasan khusus belum terlampaui namun kondisi bank menurun sehingga:

a) rasio KPMM ≤ 4% dan dinilai tidak dapat ditingkatkan menjadi 8% dan/atau b) rasio GWM dalam rupiah ≤ 0% dan dinilai

tidak dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; atau

2) Jangka waktu pengawasan khusus terlampaui dan:

a) rasio KPMM Bank < 8%; dan/atau b) rasio GWM dalam rupiah < 5% c. Bank Berdampak Sistemik

Dalam hal BDPK ditengarai berdampak sistemik, OJK memberi informasi kepada lembaga yang berfungsi menetapkan kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal BDPK yang ditengarai berdampak sistemik memenuhi kriteria sebagai bank yang tidak dapat disehatkan, OJK meminta lembaga tersebut untuk memutuskan:

1) Bank yang bersangkutan berdampak sistemik atau tidak berdampak sistemik; dan

2) Pihak yang berwenang untuk menangani dan menetapkan langkah-langkah penanganan terhadap bank yang ditetapkan berdampak sistemik.

d. Bank Tidak Berdampak Sistemik

Dalam hal BDPK tidak berdampak sistemik dan memenuhi kriteria sebagai bank yang tidak dapat disehatkan, OJK memberitahukan dan meminta keputusan LPS untuk melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan terhadap bank yang bersangkutan.

Dalam hal LPS memutuskan untuk tidak melakukan penyelamatan terhadap bank dimaksud, OJK melakukan pencabutan izin usaha bank yang bersangkutan setelah memperoleh pemberitahuan keputusan dari LPS. Penyelesaian lebih lanjut terhadap bank yang dicabut izin usahanya dilakukan oleh LPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Bank yang Berada dalam Penanganan atau Penyelamatan LPS

Bank yang berada dalam penanganan atau penyelamatan LPS dikecualikan dari penetapan sebagai BDPI atau BDPK. Namun demikian bank dimaksud tetap berkewajiban melakukan tindakan pengawasan yang ditetapkan OJK dan dalam hal bank dimaksud memenuhi kriteria bank yang tidak dapat disehatkan maka OJK menetapkan bank dimaksud sebagai bank yang tidak dapat disehatkan. 17. Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR Dalam Status Pengawasan Khusus

(DPK) apabila memenuhi 1 (satu) atau lebih kriteria sebagai berikut:

a. Rasio KPMM < 4%; dan

b. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir < 3%.

OJK memberitahukan mengenai penetapan BPR dalam status pengawasan khusus kepada BPR yang bersangkutan. Selain itu OJK juga memberitahukan kepada LPS mengenai BPR yang ditetapkan dalam status pengawasan khusus disertai keterangan mengenai kondisi BPR yang bersangkutan.

Dalam rangka pengawasan khusus OJK dapat memerintahkan BPR dan/atau pemegang saham BPR untuk melakukan tindakan antara lain:

a. Menambah modal;

b. Menghapusbukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian BPR dengan modalnya;

c. Mengganti anggota direksi dan/atau dewan komisaris BPR;

d. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain;

e. Menjual BPR kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban BPR;

f. Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan BPR kepada pihak lain;

g. Menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban BPR kepada pihak lain; dan/atau

h. Menghentikan kegiatan usaha tertentu dalam waktu yang ditetapkan oleh OJK .

BPR DPK yang memiliki rasio KPMM ≤ 0% dan/ atau CR rata-rata selama 6 bulan terakhir ≤ 1% dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. Apabila pada saat penetapan DPK, BPR memenuhi kriteria KPMM dan CR sebagaimana tersebut, maka larangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana tersebut berlaku sejak BPR ditetapkan DPK.

Jangka waktu pengawasan khusus ditetapkan paling lama 180 hari sejak tanggal penetapan BPR dalam status pengawasan khusus dari OJK. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang 1 kali dengan jangka waktu paling lama 180 hari sejak berakhirnya jangka

waktu pengawasan khusus apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

OJK menetapkan BPR dikeluarkan dari status pengawasan khusus apabila memenuhi kriteria: a. Rasio KPMM paling kurang sebesar 4%, dan b. CR rata-rata selama 6 bulan terakhir paling kurang

sebesar 3%.

Selama jangka waktu status pengawasan khusus, OJK sewaktu-waktu dapat memberitahukan kepada LPS dan meminta LPS untuk memberikan keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan BPR, dalam hal BPR yang ditetapkan dalam status pengawasan khusus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. BPR memiliki rasio KPMM ≤ 0% dan/atau CR rata-rata selama 6 bulan terakhir 1%; dan

b. Berdasarkan penilaian OJK, BPR tidak mampu meningkatkan rasio KPMM menjadi paling kurang 4% dan CR rata-rata selama 6 bulan terakhir paling kurang 3%.

Pada saat berakhirnya jangka waktu pengawasan khusus, OJK memberitahukan kepada LPS dan meminta LPS untuk memberikan keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan BPR yang memenuhi kriteria:

a. Rasio KPMM kurang dari 4%, dan/atau

b. CR rata-rata selama 6 bulan terakhir kurang dari 3%. Dalam hal LPS memutuskan untuk tidak melakukan penyelamatan terhadap BPR, OJK mencabut izin usaha BPR yang bersangkutan setelah memperoleh pemberitahuan dari LPS.

18. Tindak Lanjut Penanganan Terhadap Status BPRS

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2016 (Halaman 151-157)