• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Kualitas Modul Pembelajaran IPA

Modul pembelajaran yang dikembangkan berfokus pada mata pelajaran IPA sistem pencernaan pada manusia. Modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti dilengkapi dengan gambar untuk membantu menjelaskan materi yang disampaikan, tulisan yang jelas, menarik dari segi warna dan didasarkan pada kompetensi dasar.

Berdasarkan hasil penelitian, modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia kelas V ini layak digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil validasi yang dilakukan oleh dosen ahli IPA, dua guru kelas V dan lima siswa. Hasil yang diberikan oleh dosen ahli IPA sebesar 4,00 dengan kategori “baik”, sedangkan dari dua guru kelas V mendapatkan 4,27 dengan kategori “sangat baik” dan lima siswa mendapatkan 4,76 dengan kategori “sangat baik”. Tanggapan dari salah satu siswa mengatakan bahwa kualitas produk modul pembelajaran IPA sangat baik, sehingga siswa tertarik untuk mempelajarinya. Warna dan penjelasan materi pada modul pembelajaran jelas dan membuat siswa ingin belajar secara mandiri. Modul yang baik adalah modul yang dapat membantu pengguna belajar secara mandiri, pembahasan materi lengkap, disajikan dengan komunikatif dua arah antara siswa dengan guru, serta mementingkan akitivitas belajar. Hal ini didukung oleh pendapat menurut Prastowo (2013: 209-210) terdapat tujuh karakteristik modul yang baik

61

untuk siswa SD yaitu: (1) modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri, (2) modul merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis, (3) modul mengandung tujuan, (4) bahan atau kegiatan dan evaluasi, (5) modul disajikan secara komunikatif dua arah, (6) modul diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran guru, (7) modul memiliki cakupan bahasan terfokus dan terukur, modul mementingkan aktivitas belajar pemakai. Setelah memeriksa kembali dan sudah sesuai dengan kriteria dan saran komentar yang diperoleh maka modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia yang dikembangkan siap untuk duijicobakan.

Adapun menurut Daryanto (2013: 9) modul yang baik adalah modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar yakni, self-instruction karakteristik yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Modul dapat dikatakan self-instruction harus membuat tujuan pembelajaran yang jelas, memuat materi yang spesifik, terdapat soal-soal latihan, kontekstual, dan menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. Karakteristik yang kedua self-contained, modul dikatakan self-contained apabila semua materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul. Hal ini bertujuan agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi secara tuntas. Ketiga stand alone, dengan menggunakan modul siswa tidap perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Keempat yaitu adaptif, diakatakan adaptif apabila modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan. Kelima user friendly atau bersahabat dengan penggunanya. Paparan informasi dalam modul harus bersifat membantu dan bersahabat dengan penggunanya. Produk yang dikembangakan oleh peneliti memenuhi karakteristik di atas dan layak digunakan sebagai bahan ajar di sekolah.

Produk modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia yang telah dikembangkan oleh peneliti telah diujicobakan kepada siswa kelas V SDK Kabar Baik pada tanggal 30 April 2021. Hasil belajar siswa terjadi peningkatan dari 62,4 menjadi 74,6. Penilaian produk modul pembelajaran yang dikembangkan mendapatkan hasil dengan kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel kategori skor validasi yang sudah dilampirkan pada bab III menurut Widoyoko

62

(2009: 238) yang menyatakan bahwa interval skor 4,21 – 5,00 termaksuk kategori sangat baik sedangkan interval 3,41 – 4,20 termaksuk kategori baik. Hasil rerata skor kualitas produk modul pembelajaran IPA sistem pencernaan pada manusia yang diperoleh dari validator 1 sebesar 4,00 dan validator 2 sebesar 4,27. Selain itu, kualitas produk juga dinilai oleh lima orang validator 3 setelah menggunakan modul pembelajaran IPA. Hasil yang diperoleh sebesar 4,76. Hal ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran yang dibuat dan dikembangkan oleh peneliti layak digunakan.

63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pengembangan modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia kelas V SDK Kabar Baik dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

1. Prosedur pengembangan modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia kelas V diadaptasi dari model ADDIE yang terdiri dari lima tahap yaitu:

1) analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada guru kelas V SDK Kabar Baik, Bekasi. 2) peneliti merancang desain produk modul pembelajaran. 3) pengembangan produk serta pembuatan instrumen kuesioner untuk validator dan instrument tes untuk siswa. 4) revisi hasil komentar dari validator dan melakukan uji coba produk kepada lima siswa sekolah dasar. 5) revisi produk yang terkahir dari validator, melakukan evaluasi sumatif dan formatif.

2. Kualitas modul pembelajaran IPA sistem pencernaan pada manusia kelas V SDK Kabar Baik termasuk dalam kategori “sangat baik” dengan nilai skor 4,68. Rata-rata skor tersebut dapat dilihat dari hasil validasi oleh validator 1 dosen ahli IPA, validator 2 yakni dua guru kelas V dan validator 3 lima siswa kelas V SD. Selain itu, nilai hasil pretest dan posttest yang digunakan sebagai data pendukung menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh pada test posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Hal tersebut dapat dilihat nilai rata-rata posttest 74,6 dan nilai rata-rata pretest 62,4. Selisih nilai pretest dan posttest adalah 12,2. Oleh sebab itu, penggunaan modul pembelajaran IPA sistem pencernaan pada manusia kelas V SDK Kabar Baik dapat membantu siswa memahami dan meningkatkan hasil belajar serta menambah sumber belajar yang berkaitan dengan materi sistem pencernaan pada manusia.

64 B. Keterbatasan Penelitian Pengembangan

Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah waktu yang sebentar pada saat uji coba produk karena kondisi pandemi yang mengharuskan untuk menaati protokol kesehatan, menjaga jarak antara peneliti dengan siswa selama uji coba produk berlangsung, biaya dan kondisi pandemi covid-19 yang mengharuskan peneliti hanya melakukan uji coba terbatas kepada 5 siswa.

C. Saran

Saran dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti dapat melakukan penelitan dan pengembangan ini, uji coba produk lebih dari 5 siswa dan peneliti dapat mengumpulkan analisis kebutuhan lebih dari 1 sekolah.

65

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ilham. (2010). Pengembangan bahan ajar, bahan kuliah online. Bandung:

Direktoti UPI.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan: metode dan paradigma baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Benny A.P. (2016). Desain dan pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi implementasi model addie. Jakarta: Prenada Media Group.

Branch, R.M. (2009). Instructional design: the addie approach. London: Springer Sciene Business Media.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah: standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Damara Sari, Muhsinah, dan Wilda. (2018). Pengembangan modul pembelajaran ipa materi hubungan makhluk hidup dan lingkungannya berbasis pendekatan kontekstual. LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA.

Vol 8 Nomor 1. p 28-37.

Damayanti, E. (2019). Pengembangan modul pembelajaran menggunakan permainan tradisional anak untuk kelas I sekolah dasar tema 2 subtema 4.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Daryanto. (2013). Menyusun modul (bahan ajar untuk persiapan guru dalam mengajar). Yogyakarta: Gava Media.

Gusti I, I Wayan, dan Wayan. (2013). Pengembangan modul pembelajaran ipa dengan pendekatan kontekstual untuk kelas V SD negeri 2 Semapura Tengah. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Teknologi Pembelajaran. Vol 3 Nomor 1. p 1-10.

Hermana, D. (2009). Ayo belajar ilmu pengetahuan alam (IPA): kelas 5 SD.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius

66

Lasmiyanti dan Harta. (2014). Pengembangan modul pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep dan minat SMP. Phytagoras: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 8 Nomor 2. p 161-174.

Nasution, S. (1982). Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar.

Jakarta: PT. Bina Aksara.

Odang, Sriwardhani, dan Haryadi. (2020). Pengembangan modul berbasis masalah pada materi sistem pencernaan makanan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. JEC: Journal of Education and Counseling. Vol 2 Edisi 1. p 132-149.

Prastowo, A. (2013). Pengembangan bahan ajar tematik. Yogyakarta: DIVA PRESS.

Priyono, A., Amin, C., dan Martini, K. (2009). Ilmu pengetahuan alam untuk SD dan MI kelas V. Jakarta: Depdikbud.

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran ipa di sekolah dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sanjaya, H.W. (2013). Penelitian pendidikan jenis metode dan prosedur. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sitepu, B.P. (2012). Penulisan buku teks pelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Somantri, D.W. (2015). Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media modul di sekolah dasar negeri 8 Banjar Kota Banjar Patroman. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarwan. (2007). Ilmu pengetahuan alam SMP jilid 2a untuk kelas VIII semester I. Jakarta: Erlangga.

Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

67

Susilo, Agus, Siswandari dan Bandi. (2016). Pengembangan berbasis pembelajaran saintifik untuk peningkatan kemampuan mencipta siswa dalam proses pembelajaran akuntansi siswa kelas XII SMA N I Slogohimo 2014. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol 26 No.1.p 50-56.

Taula Rona, Siska Angreni, dan Retno Aulia. (2019). Pengembangan modul pembelajaran ipa berbasis pendekatan kontruktivisme untuk kelas V SD.

Bio-Pendagogi: Jurnal Pembelajaran Biologi. Vol 8 Nomor 2.p 89-93.

Tegeh, Jampel dan Pudjawan. (2014). Model Penelitian Pengembangan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu: konsep, strategi, dan implementasi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: PT bumi aksara.

Triwiyanto, T. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, E.P. (2009). Evaluasi program pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widoyoko, E.P. (2012). Penilaian penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Widoyoko, E.P. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Widoyoko, E.P. (2015). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wiyanto, A. dan Mustakim. (2012). Panduan karya tulis guru. Yogyakarta: Pustaka Grahtama.

68

LAMPIRAN

69

Lampiran 1 SURAT PENELITIAN Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian

70

Lampiran 1.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

71

Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 2.1 Hasil Wawancara

No Topik pertanyaan Pertanyaan

1. Ketersediaan bahan ajar di sekolah

1. Bahan ajar apa saja yang ada di sekolah? Zoom,google meet, wa, buku-buku materi, ppt dalam bentuk video

2. Darimana sekolah memperoleh bahan ajar? Apakah buat sendiri atau membelinya? diperhatikan dalam pengadaan bahan ajar?

- Bahasa harus mudah dimengerti oleh anak-anak.

- Harus menarik dalam pembuatan ppt (gambar dan tulisan-tulisan yang buat siswa tertarik)

- Media handphone atau laptop yang memadai - Handycam untuk merekam 2. Penggunaan bahan ajar dalam

pembelajaran IPA

4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini?

-pelaksanaan pembelajaran IPA dilakukan melalui media google meet, sedangkan bahan ajar jika ada praktek atau yang berkaitan dengan materi IPA siswa membeli barang tersebut, atau bisa dilakukan dengan praktek yang dilakukan oleh guru dengan bahan-bahan yang sudah ditentukan sesuai dengan materi yang diajarkan pada hari itu.

5. Bagaimana penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran IPA?

Bahan ajar IPA dapat diambil dari alam, dapat juga guru membuat video dalam praktek yang ada di pembelajaran IPA, dapat

72 tertarik, siswa banyak bertanya mengenai pelajaran yang dilakukan melalui praktek yang sedang berlangsung. Dan ketika dilakukan presentasi siswa dapat melakukannya lebih baik.

3. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran IPA

7. Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam penyampaian materi pembelajaran IPA? 50-50 8. Materi apa saja yang dianggap

sulit bagi siswa?

Rangka, peredaran darah, sistem pencernaan bagian usus (kelas 5)

9. Faktor apa saja yang menyebabkan Ibu mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi tersebut? memegang barang atau benda yang ditunjukan sangat sulit, missal dalam pembelajran rangka (tulang-tulang manusia)

10. Apa yang dapat membuat siswa tertarik atau termotivasi untuk belajar IPA?

- Praktek/uji coba 4. Kesulitan belajar yang dialami

siswa dalam pembelajaran IPA

11. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA di kelas?

73

- Karena online faktor yang mempengaruhi adalah fokus siswa dalam belajar.

- Jaringan dalam provider telp yang dipakai atau wifi 12. Berapa jumlah siswa yang

mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA dikelas?

- Murid kelas saya hanya 7 anak, paling yang hanya mengalami kesulitan hanya 1 anak di kelas.

- Karena saat ini online yang kesulitan masih tetap 1 anak tergantung dalam materi apa kesulitannya. Tiap materi punya tingkat kesulitan masing-masing yang dapat dipahami oleh siswa.

5. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan

tersebut

13. Usaha apa saja yang telah Ibu lakukan untuk mengatasi kesulitan siswa?

- Melakukan perbincangan melalui media yang ada - Atau dapat dilakukan

dengan memanggil anak untuk dating ke sekolah untuk menjelaskan pelajaran sulit yang dialami oleh siswa

74

Lampiran 2.2 Lembar Validasi Oleh Validator

75

76

77

78

79

80

81

82

83

Lampiran 2.3 Hasil Kuesioner Peserta Didik

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

Lampiran 2.4 Soal Pretest

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

Lampiran 2.5 Soal Posttest

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

Lampiran 3 DOKUMENTASI PENELITIAN

129

130

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Febriani Terra Suharjo lahir pada tanggal 17 Februari 1998 di Bekasi, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Suharjo dan Tjendrawati Sutaman. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh peneliti dimulai dari TK Pelita Emas pada tahun 2002 sampai tahun 2004 dan melanjutkan Pendidikan sekolah dasar di SD Santo Yoseph pada tahun 2004 sampai tahun 2010. Pada tahun 2010 peneliti melanjutkan Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Santo Yoseph pada tahun 2010 sampai tahun 2013 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Yoseph pada tahun 2013 sampai tahun 2016. Peneliti kemudian melanjutkan Pendidikan pada jenjang perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada tahun 2016.

Selama menempuh Pendidikan di PGSD Universitas Sanata Dharma, penelliti mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan untuk mengembangkan diri.

Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang diikuti antara lain: Inisiasi Universitas Sanata Dharma (INSADHA), Inisiasi FKIP Sanata Dharma (INFISA), Inisiasi Program Studi (INSIPRO), Pendampingan Pengembangan Kepribadian dan Metode Belajar I (PPKMB I), Pendampingan Pengembangan Kepribadian dan Metode Belajar II (PPKMB II), Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD), English Club (EC), Kuliah Kerja Nyata Reguler Angkatan LVII (KKN), peserta kuliah umum PGSD dengan tema “Masa Depan Toleransi di Tangan Guru”

pada tahun 2016, peserta dalam kegiatan Dialog Dosen dan Mahasiswa dengan tema “ Be Ready For The Better FKIP” pada tahun 2017, kreator dalam kegiatan USD mengajar dengan tema “DRIYARKARA BISA (Berbagi Ilmu Salurkan Aksimu)” pada tahun 2017, anggota divisi keamanan dalam kegiatan kepanitiaan Dialog Dosen dan Mahasiswa 2018 dengan tema “Learning from The Past Generation to Make a Better FKIP”, dan peserta seminar 1 hari 3 ilmu pada tahun 2018.

Dokumen terkait