• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Spesifikasi Produk yang diharapkan

Produk yang dikembangkan adalah modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia kelas V SDK Kabar baik. Modul pembelajaran IPA yang dibuat memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran IPA dikembangkan berdasarkan pemetaan kompetensi dasar menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia. Kompetensi dasar dijabarkan menjadi delapan indikator yaitu a. Mengidentifikasi organ pencernaan pada manusia, b. Menganalisis fungsi organ pencernaan pada manusia, c. Mengurutkan proses mekanisme masuknya makanan pada organ pencernaan manusia, d.

Menganalisis enzim-enzim yang terdapat pada organ pencernaan manusia, e.

Menganalisis gejala penyakit-penyakit pada organ pencernaan manusia, f.

Menyimpulkan penyakit-penyakit pada organ pencernaan manusia, g. Menganalisis makanan dan zat makanan bagi kesehatan organ pencernaan manusia, dan h.

Menyimpulkan cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.

2. Modul pembelajaran IPA dikembangkan dalam ukuran A4 atau panjang 29,7 cm dan lebar 21 cm dengan kolase portrait, jenis kertas menggunakan kertas art karton 210gsm untuk bagian sampul modul, kertas HVS 100 gr untuk bagian isi modul.

Penyusunan dan pembuatan menggunakan aplikasi corelDraw 2018, font yang digunakan dalam modul ini hobo std dan comic sans dengan ukuran yang berbeda.

6

3. Pengembangan produk ini dicetak dengan warna yang sesuai pada isi buku dengan jumlah 36 halaman.

4. Pengembangan produk modul pembelajaran IPA ini berisi kata pengantar, daftar isi, tema pembelajaran sistem pencernaan serta gambar organ pencernaan pada manusia (gambar diperoleh dari informasi yang ada di internet pada website tertentu yang terpercaya), dan soal-soal mengenai sistem pencernaan pada manusia.

5. Modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia ini memiliki karakteristik sebagai berikut: a. modul memiliki program pembelajaran yang utuh dan sistematis, b. modul mengandung tujuan, c.memiliki latihan-latihan soal. d.

penjelasan materi yang lengkap.

7

Wiyanto (2012: 41) mengemukakan bahwa modul pembelajaran adalah lembaran tertulis berisi materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai belajar siswa secara mandiri. Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan usia mereka, agar dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo, 2013: 106).

Nasution (1982: 205) menjelaskan modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit lengkap yang berdiri sendiri atau terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Winkel (dalam Susilo,dkk, 2016:51) mengemukakan bahwa modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri self-instructional. Sedangkan Anwar (2010: 46) mendeskripsikan modul pembelajaran merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik dimana di dalam modul pembelajaran tersebut mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri (belajar sendiri) untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan secara mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah lembaran tertulis berisi materi yang disusun secara sistematis dengan sumber-sumber belajar, bahasa yang mudah dipahami untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus, jelas dan digunakan secara mandiri (belajar sendiri) dengan bantuan/bimbingan minimal dari guru.

8 b. Karakteristik Modul Pembelajaran

Daryanto (2013: 9) menjelaskan modul yang baik adalah modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar sehingga pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik sebagai berikut:

a) Self-instruction

Karakteristik yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakteristik self-instruction, modul harus memuat tujuan pembelajaran yang jelas, memuat materi yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/ spesifik, terdapat soal-soal latihan, konstektual, menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, dan terdapat rangkuman materi pembelajaran.

b) Self-contained

Modul dikatakan self-contained apabila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara tuntas.

c) Stand alone

Stand alone merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari ataupun mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang stand alone (berdiri sendiri).

d) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Modul bersifat adaptif artinya dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat.

e) User friendly

Modul hendaknya user friendly (bersahabat/akrab) dengan penggunanya.

Setiap instruksi dan paparan informasi harus bersifat membantu dan bersahabat dengan penggunanya, termaksuk kemudahan pengguna dalam merespon dan

9

mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan istilah umum digunakan merupakan salah satu produk bentuk user friendly.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penyusunan sebuah modul perlu diperhatikan karakteristik-karakteristik didalamnya, yang bisa meliputi materi yang akan dipelajari, kesesuaian bahasa dan juga informasi referensi/ pengayaan yang digunakan.

2) Karakteristik modul pembelajaran yang baik untuk siswa SD

Prastowo (2013: 209-210) menjelaskan terdapat tujuh karakteristik modul yaitu: (1) modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri, (2) modul merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis, (3) modul mengandung tujuan, (4) bahan atau kegiatan dan evaluasi, (5) modul disajikan secara komunikatif dua arah, (6) modul diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran guru, (7) modul memiliki cakupan bahasan terfokus dan terukur, modul mementingkan aktivitas belajar pemakai.

Dari beberapa karakteristik di atas, modul yang peneliti kembangkan akan mencakup beberapa karakteristik untuk siswa SD di dalamnya yaitu: (1) modul merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis, (2) modul mengandung tujuan, (3) bahan atau kegiatan dan evaluasi. (4) modul diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran guru, (5) modul memiliki cakupan bahasan terfokus dan terukur, modul mementingkan aktivitas belajar pemakai.

c. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 1) Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam Bahasa Inggris yaitu “natural science”. Natural artinya berbuhungan atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011:3). Banyak definisi-definisi tentang IPA akan tetapi dalam mendefinisikannya tidaklah mudah karena pengertian IPA sering kurang dapat digambarkan secara lengkap. Pendapat lain

10

juga dikemukakan oleh Wahyana (dalam Trianto, 2012:136) yang mendefinisikan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya terbatas gejala-gejala alam, perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Fowler (dalam Trianto, 2012:136) mengemukakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gelaja kebendaan dan didasarkan atas pengamatan.

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarik kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gelaja melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2012:141).

IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang sudah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori-teori IPA (Susanto, 2013:168).

IPA sebagai proses, adalah untuk menggali dan memahami pengetahuan alam.

Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses IPA.

Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan (Susanto, 2013:168-169).

IPA sebagai sikap, sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA.

Menurut Sulistyorini (dalam Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, bepikir bebas dan kedisplinan diri.

Berdasarkan uraian hakikat IPA di atas, pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap

11

ilmiah siswa terhadap konsep IPA. Pembelajaran IPA harus memberikan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana (Susanto, 2013: 170-171).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang berhubungan dengan gejala-gejala alam, perkembangannya ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah serta didasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan manusia.

2) Pembelajaran IPA di SD

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013:165). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika (Susanto, 2013:171). Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan IPA, siswa sekolah dasar harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam sehingga dapat mengetahui gejala-gejala yang terjadi di alam (Susanto, 2013:170). Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut BSNP (2006:162) sebagai berikut:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

12

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan Pendidikan ke SMP/Mts.

Mata pelajaran IPA yang diajarkan di SD memiliki empat ruang lingkup.

Ruang lingkup tersebut meliputi: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BSNP, 2006:152). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil ruang lingkup yang pertama yaitu makhluk hidup dan proses kehidupan, khususnya pada materi sistem pencernaan pada manusia untuk kelas V SD.

d. Materi sistem pencernaan pada manusia

Setiap makhluk hidup memiliki beberapa proses dalam kehidupannya. Salah satu proses yang terjadi pada makhluk hidup adakah proses pencernaan. Pada setiap kehidupan mahluk hidup memerlukan makanan, demikian pula dengan manusia.

Makanan dapat diserap oleh manusia melalui proses pencernaan. Sistem pencernaan makanan pada manusia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan adalah alat-alat yang dilalui oleh makanan, sedangkan kelenjar pencernaan adalah bagian yang menghasilkan enzim untuk membantu mencerna makanan (Sumarwan, 2007:51). Dalam penelitian ini peneliti mengambil KD 3.3 menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.

1) Proses pencernaan pada manusia

Proses pencernaan pada manusia menurut Hermana (2009:15) pada tahap pertama, makanan masuk ke dalam mulut yang akan dibantu oleh gigi untuk memotong, mengigit dan menghancurkan sehingga mudah ditelan. Priyono, Martini dan Amin (2009:20) mengatakan gigi terdiri atas tiga macam yaitu:

a) Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, b) Gigi taring untuk mengkoyak-koyakan makanan,

c) Gigi geraham untuk mengunyah dan melumatkan makanan.

13

Hermana (2009: 15) mengatakan bahwa gigi dibantu oleh air liur yang dihasilkan oleh kelenjar air liur. Air liur membasahi makanan, sehingga makanan menjadi lunak dan mudah ditelan. Dalam air liu terdapat enzim ptyalin. Fungsi enzim ptyalin mengubah karbohidrat atau zat tepung menjadi zat gula.

Tahap kedua, otot kerongkongan akan menekan dan mendorong makanan menuju lambung. Otot kerongkongan bekerja dengan Gerakan meremas, memijit dan mendorong makanan. Gerakan tersebut disebut gerakan peristaltik.

Tahap ketiga, setelah melewati kerongkongan makanan akan masuk ke dalam lambung. Lambung menghasilkan getah lambung yang menghasilkan asam klorida. Lambung juga menghasilkan enzim pepsin dan renin. Asam klorida berfungsi menghancurkan kuman dan bibit penyakit yang membahayakan tubuh.

Enzim pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton. Enzim renin berfungsi mengendapkan protein susu menjadi kasein.

Tahap keempat, makanan yang sudah dicerna oleh lambung akan masuk ke dalam usus halus. Usus halus terjadi dua proses pencernaan makanan yaitu pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari makanan. Makanan yang sudah dicerna dengan bantuan enzim dari hati, kantong empedu, dan pankreas. Hati mematikan racun yang terdapat dalam makanan. Hati juga menghasilkan empedu.

Empedu menghancurkan lemak dalam usus. Pankreas menghasilkan enzim amilase, lipase, dan tripsin. Enzim amilase berfungsi untuk mengubah zat tepung menjadi gula. Enzim lipase berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim tripsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton.

Tahap kelima, Hermana (2009: 17) mengatakan sisa makan yang tidak diperlukan oleh tubuh dialirkan ke usus besar. Di dalam usus besar terjadi penyerapan air dan garam mineral. Selanjutnya makanan akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri pembusuk di dalam usus besar. Fungsi usus besar yaitu sebagai tempat untuk menampung sisa-sisa makanan yang sudah tidak dapat dicerna kembali.

Tahap keenam, anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu di rectum.

Selanjutnya feses akan dikeluarkan melalui anus.

14 2) Gangguan pada sistem pencernaan

a) Diare, penyakit yang disebabkan oleh seringnya buang air besar dengan kondisi feses yang encer. Diare terjadi akibat makanan dan minuman yang terkena bakteri. Gejala lainnya dapat menyebabkan dehidrasi, pusing, lemas, perut terasa mulas dan kulit kering.

b) Sariawan adalah peradangan yang berupa pembengkakan dibagian bibir, gusi hingga lidah. Sariawan disebabkan oleh luka, virus, penggunaan obat kumur yang mengandung bahan pengering.

c) Maag, gejala penyakit berupa rasa nyeri dan panas yang terjadi pada lambung yang disebabkan oleh sejumlah kondisi. Salah satunya adalah tukak lambung.

d) Radang tenggorokan, penyakit yang menyebabkan kesulitan dalam menelan dan biasanya timbul rasa perih di dada. Radang tenggorokan bisa dipicu oleh beberapa sebab seperti naiknya asam lambung ke kerongkongan.

e) Wasir, kondisi pembengkakan atau pembesaran pembuluh darah yang ada di usus besar bagian akhir (rectum)/ anus. Wasir disebabkan oleh diare yang berkepanjangan dan terlalu banyak mengangkat beban berat.

f) Usus buntu, merupakan peradangan usus buntu (apendiks) yang meyebabkan penderita mengalami infeksi sehingga bakteri cepat berkembang. Gejalanya terasa nyeri perut kanan bagian bawah, kehilangan nafsu makan, perut terasa kembung, tidak bisa buang gas, mual, diare, dan demam.

3) Cara menjaga Kesehatan pencernaan pada manusia a) Melakukan aktivitas

Olahraga atau aktivitas fisik secara teratur berdampak baik bagi sistem pencernaan. Gerakan membantu makanan tercerna dengan baik.

b) Tetap terhidrasi

Minum air bermanfaat untuk mencegah konstipasi dan masalah pencernaan lainnya.

c) Pilah pilih makanan

Pilihlah makanan yang benar-benar sehat tanpa mengandung pemanis, pengawet, perasa atau penambahan sodium yang membuat makanan menjadi

15

gurih dan menggiurkan. Karena tambahan pada makanan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

d) Perkaya asupan serat

Serat bermanfaat untuk membantu memperlancar dan membantu gangguan percernaan yang dialami oleh tubuh.

2. Hasil penelitian yang relevan

Peneliti menggunakan tiga penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian ini dilakukan. Penelitian tersebut dibuat oleh I Gusti dkk, Sari dkk, dan Rona dkk.

Penelitian pertama yang dilakukan oleh I Gusti, I Wayan, dan Wayan S (2013) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstekstual Untuk Kelas V SD Negeri 2 Semapura Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa modul pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas V semester genap di SD Negeri 2 Semapura Tengah yang teruji kelayakan dan keunggulan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan desain pengembangan yang dipilih adalah menggunakan model pengembangan modul Santyasa. Hasil yang diperoleh dari ahli isi, ahli media, dan ahli desain menyatakan bahwa modul pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan sudah valid. Sebanyak 30 siswa kelas V dijadikan sampel penelitian dalam uji lapangan terbatas. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t memberikan hasil t hitung (13,3718) lebih besar dari nilai t tabel (1,899). Nilai rata-rata posttest (81,67) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata-rata-rata pretest (52,33). Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul sebagai produk pengembangan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Sari, Muhsinah, dan Wilda (2018) berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi Hubungan Makhluk Hidup Dan Lingkungannya Berbasis Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa modul pembelajaran IPA materi

16

makhluk hidup dan lingkungannya berbasis pendekatan kontekstual yang berkualitas ditinjau dari validasi ahli dan uji coba kepada siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development) menggunakan prosedur pengembangan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, evaluation). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV-B SD Negeri 033 Tarakan dengan jumlah 24 siswa. Kriteria kualitas modul IPA materi hubungan makhluk hidup dan lingkungannya, dilihat hasil validasi materi 98% (sangat valid), validasi desain 87.5% (sangat valid), validasi bahasa 97% (sangat valid), validasi konstruk 100% (sangat valid) dan validasi praktisi 88% (sangat valid), sehingga rata-rata hasil validasi memperoleh persentase sebesar 94% (sangat valid). Berdasarkan angket respon siswa diperoleh 93%

(sangat baik) Berdasarkan yang telah dipaparkan bahwa modul IPA berbasis pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan berkualitas dan layak diujicobakan.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Rona, Siska dan Retno (2019) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Pendekatan Kontruktivisme Untuk Kelas V SD”. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang dilakukan di kelas V SD Negeri 07 Lubuk Jantan Kabupaten Tanah Datar. Hasil validasi modul pembelajaran IPA berbasis pendekatan kontruktivisme pada materi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup untuk kelas V SD Negeri 07 Lubuk Jantan yang telah dikembangkan dinyatakan sangat valid dengan rerata 3,7. Praktikalitas modul pembelajaran IPA berbasis pendekatan kontruktivisme pada materi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup urnuk kelas V SD Negeri 07 Lubuk Jantan yang telah dikembangkan dinyatakan sangat praktis dengan rata-rata persentase kepraktisan 91% oleh pendidik dan dinyatakan sangat praktis dengan rata-rata persentase kepraktisan 91% oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran IPA berbasis pendekatan kontruktivisme yang dikembangkan sangat praktis.

17

Ketiga penelitian terdahulu di atas meneliti produk modul pembelajaran IPA.

Relevansi dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah persamaan penelitian pertama dengan yang dilakukan peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA, sedangkan perbedaannya yakni peneliti menggunakan model ADDIE sedangkan penelitian terdahulu berbeda. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang kedua adalah modul pembelajaran IPA dan model yang diterapkan yaitu model ADDIE, sedangkan perbedaanya adalah materi yang disampaikan. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang ketiga adalah modul pembelajaran IPA, sedangkan perbedaannya pada pendekatan dan materi yang disampaikan. Dari ketiga penelitian di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang menggabungkan antara produk modul pembelajaran IPA dengan materi sistem pencernaan pada manusia menggunakan model ADDIE. Maka dari itu, peneliti mengembangkan produk modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia untuk siswa kelas V SD.

Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1

Bagan 2.1 literature map dari penelitian-penelitian yang relevan I Gusti, I Wayan, dan Wayan S (2013)

“Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstekstual Untuk Kelas V SD Negeri 2

Semapura Tengah”.

Sari, Muhsinah, dan Wilda (2018)

“Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi Hubungan Makhluk Hidup Dan Lingkungannya

Berbasis Pendekatan Kontekstual”.

Rona, Siska dan Retno (2019)

“Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Pendekatan Kontruktivisme Untuk Kelas V SD”.

Pengembangan

18 B. Kerangka Berpikir

Secara umum IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sistem pencernaan manusia merupakan salah satu materi pembelajaran IPA di kelas V. Materi tersebut berisi keterangan mengenai organ-organ yang berperan aktif dalam pencernaan manusia dan fungsinya masing-masing. Materi sistem pencernaan merupakan materi yang masih dianggap sulit oleh siswa karena adanya proses pencernaan terjadi di dalam tubuh yang tidak bisa siswa lihat namun bisa dipelajari sehingga guru juga diharapkan dapat menggunakan bahan ajar yang mendukung materi tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar yang dapat membantu siswa agar mudah dalam memahami materi yang dipelajari salah satunya yakni modul pembelajaran IPA materi sistem pencernaan pada manusia.

Modul pembelajaran adalah lembaran tertulis berisi materi yang disusun secara sistematis dengan sumber-sumber belajar, bahasa yang mudah dipahami untuk

Modul pembelajaran adalah lembaran tertulis berisi materi yang disusun secara sistematis dengan sumber-sumber belajar, bahasa yang mudah dipahami untuk

Dokumen terkait