• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal)

5. Kualitas Air

Menurut Mahyuddin (2010), kualitas air pada kolam budidaya harus sesuai dengan persyaratan ikan yang dibudidayakan. Air harus bersih, kaya akan pakan alami, mengandung unsur hara dan mineral, dan tidak mengandung bahan-bahan yang beracun. Kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu makan menurun dan mudah terserang penyakit sehingga dapat menyebabkan kematian. Penilaian kualitas air dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap parameter-parameter yang mempengaruhinya. Beberapa pengaruh masing-masing parameter kualitas air terhadap kehidupan ikan Patin adalah sebagai berikut.

Ikan memerlukan oksigen untuk bernafas dan mendukung proses metabolismenya. Oksigen juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pada kadar oksigen terlarut kurang dari 2 mg/l, ikan akan mengalami penurunan nafsu makan dan perkembangannya kurang baik, kandungan oksigen terlarut untuk budidaya ikan patin dalam air minimal 3 mg/l (Mahyuddin, 2010).

b. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan.Kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan Patin yaitu 5 - 11 (Arie, 2007).Menurut Mahyuddin (2010) nilai pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan organisme mati lemas. Sementara itu, pH yang terlalu tinggi menyebabkan konsentrasi CO2 rendah sehingga proses fotosintesis terganggu.

c. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan ikan dan kencernaan pakan.Peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat menurunkan rasio konversi pakan dan dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme.Ikan Patin tumbuh baik di daerah dengan suhu 25–300C.Perubahan temperatur yang sangat drastis dapat mengganggu laju respirasi dan aktivitas jantung.Selain itu, temperatur yang tinggi dapat menyebabkan stress pada ikan (Khairuman,

2008). Selain itu, suhu juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan secara otomatis akan mempengaruhi pertumbuhannya. Bila suhu rendah, nafsu makan rendah, matabolisme relatif lambat. Sebaliknya, ketika suhu meningkat, nafsu makan, metabolisme, dan pertumbuhan akan kembali meningkat (Mahyuddin, 2010).

6. Pakan

Pakan merupakan sumber energi bagi ikan untuk kelangsungan hidup dan kelestarian keturunan.Energi dalam pakan dapat dimanfaatkan setelah pakan tersebut dirombak menjadi komponen lebih sederhana (Afrianto, 2005).Sebagaimana halnya makhluk hidup lain, ikan juga membutuhkan zat–zat gizi tertentu dalam kehidupannya. Zat gizi yang diperlukan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air (Mujiman, 1987). a. Protein

Dalam pakan ikan, protein merupakan unsur yang paling penting karena kualitas pakan ditentukan oleh kandungan proteinnya. Secara garis besar, fungsi utama protein dalam tubuh ikan adalah sebagai sumber energi, berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh, mengganti jaringan tubuh yang rusak, berperan dalam pembentukan gonad (reproduksi), komponen utama pembentukan enzim dan hormon serta berperan dalam proses metabolisme dalam tubuh ikan.

Sumber protein bisa berasal dari tumbuhan dan hewan. Sumber protein yang berasal dari tumbuhan relatif lebih susah dicerna oleh ikan karena protein nabati terbungkus oleh selulosa. Selain itu, kandungan asam amino pada protein nabati juga tidak lengkap sehingga masih membutuhkan tambahan protein hewani.Kebutuhan ikan terhadap protein berkisar 20–60%. Menurut Afrianto (2005), pakan dengan kandungan protein rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Sumber protein pakan antara lain tepung ikan, tepung kedelai, tepung cacing dan lain-lain.

b. Lemak, Karbohidrat, Vitamin dan Mineral

Lemak yang terkandung dalam makanan ditentukan oleh kandungan asam lemaknya terutama asam lemak esensial.Asam lemak yang sangat penting terdapat dalam makanan adalah asam lemak tidak jenuh (Hepher, 1988). Menurut Soedarmo (1974), selain sebagai bahan bakar tubuh, lemak membantu penyerapan mineral-mineral tertentu terutama kalsium serta penyerapan vitamin-vitamin terlarut. Kandungan lemak pakan yang dibutuhkan oleh sebagian besar jenis ikan, yakni antara 4-16%.

Karbohidrat mempunyai fungsi utama sebagai penghasil energi (Soedarmo, 1974).Kebutuhan ikan terhadap karbohidrat sangat

terggantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora membutuhkan karbohidrat 15-20%, golongan ikan omnivora memerlukan karbohidrat hingga 35% dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih banyak lagi, yaitu mencapai 61% (Mujiman, 1987).

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan ikan dan hanya dapat diperoleh dari makanan.Vitamin secara spesifik diperlukan dalam metabolisme yaitu sebagai koenzim.Selain itu fungsi vitamin lainnya adalah untuk mempertahankan fungsi berbagai jaringan serta mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru. Dari sifat fisiknya, vitamin dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D E, K, vitamin yang larut dalam air meliputi vitamin C dan vitamin B kompleks yaitu vitamin B1, B2, B6, B12 (Soedarmo, 1974). Menurut (Soedarmo, 1974). Unsur-unsur mineral yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit tetapi esensial. Mineral yang dibutuhkan oleh ikan antara lain kalsium, fosfor, natrium, mangan, besi, tembaga, yodium, dan kobalt.

c. Pakan Alami dan Pakan Buatan

Secara ekologis, makanan alami ikan dapat dikelompokkan sebagai plankton, nekton, bentos, perifiton, epifiton, dan neustron (Mujiman, 1987).Pakan alami dari genus Pangasius terdiri dari plankton, udang –

udangan kecil, siput, cacing dan jentik nyamuk (Santoso, 1996). Dalam budidaya ikan secara intensif menurut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup tepat waktu, dan kontinyu dengan mengandalkan pakan alami kadang kala banyak dipengaruhi faktor-faktor alam dan lingkungan seperti cahaya, suhu, hama penyakit, bahan beracun, dan lain-lain (Mujiman, 1987). Pembuatan pakan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomisnya.

Penggunan pakan buatan dapat memperoleh banyak keuntungan, antara lain dapat meningkatkan produksi melalui metode padat penebaran yang tinggi dengan waktu pemeliharaan yang lebih pendek serta dapat memanfaatkan limbah industri pangan seperti tepung onggok singkong, tepung ikan, tepung kanji, dedak, minyak jelantah, daun singkong yang dapat digunakan sebagai pakan campuran.

Dokumen terkait