PENGARUH PERBEDAAN WAKTU FERMENTASI TEPUNG ONGGOK SINGKONG DENGAN Rhizopus oryzae PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius djambal) ENDANG SARI KUSTIYAWATI
Universitas Sanata Dharma ABSTRAK
Onggok singkong merupakan hasil samping pengolahan tepung tapioka dan berpotensi menjadi bahan baku alternatif pakan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu fermentasi dan waktu yang paling baik untuk fermentasi tepung onggok singkong sebagai bahan baku pakan ikan terhadap pertumbuhan ikan patin. Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 kontrol dan 3 perlakuan berupa penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi Rhizopus oryzae dalam perbedaan waktu fermentasi yaitu pakan P1 (tepung onggok singkong yangdifermentasi 1 hari), pakan P2 (tepung onggok singkong yang difermentasi 3 hari), pakan P3 (tepung onggok singkong difermentasi 5 hari), pakan pakan K negatif (tepung onggok singkong tanpa fermentasi), dan pakan K positif pelet komersial (MLP3). Pakan diujikan pada ikan patin dengan bobot ikan ± 10 gram, yang dipelihara dalam kolam berukuran 1 x 1,5 m dengan kepadatan 40 ekor/kolam. Ikan dipelihara selama 5 bulan dengan feeding rate 3% dan diberikan 2 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan P2 (tepung onggok singkong difermentasi 3 hari) memberikan hasil berat ikan paling tinggi dibandingkan perlakuan P1, P3 dan kontrol negatif, namun perlakuan control positif (pelet komersial MLP3) memberikan hasil yang terbaik dari semua perlakuan untuk pertumbuhan ikan patin mencapai 224 gram, tingkat kelangsungan hidup mencapai 100% dan kualitas air pada perlakuan berada dalam kondisi optimum untuk budidaya ikan.
PATIN FISH (Pangasius djambal)
ENDANG SARI KUSTIYAWATI
Sanata Dharma University
ABSTRACT
Tapioca-waste (Onggok singkong)—a waste-product from the manufacturing process of tapioca starch—has the potential to become an alternative ingredient for fish feed. This research aims to study the effect of different fermentation time and to identify the best fermentation time for tapioca-waste flour as fish feed ingredient for Patin fish, specifically in regard to growth. The research utilizes Completely Randomized Design experiment method with 2 control and 3 treatments of using tapioca-waste flour fermented with Rhizopus oryzae for different fermentation time that is P1 Feed (tapioca-waste flour fermented for 1 days), P2 Feed (tapioca-waste flour fermented for 3 day), P3 Feed (tapioca-waste flour fermented for 5 days), K (-) Feed (tapioca waste flour fermented for 0 days), and the K (+) commercial pellets MLP3 (control). Each is given to Patin fish weighing ± 10 grams, cultivated in a pool of 1 x 1.5 m size, with the density of 40 fish/pool. The fish are cultivated over 5 months, with feed given twice a day in a 3% feeding rate. The research result shows that the P3 Feed (tapioca-waste flour fermented for 3 days) yields the best result in terms of growth in comparison with the P1, P3 and control (-), but the K (+)commercial pellets MLP3 (control) feed, give the best result getting the Patin fish to reach the weight of 224grams and life expectancy of 100% in anoptimally conditioned water for fish cultivation.
i
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU FERMENTASI TEPUNG ONGGOK SINGKONG DENGAN Rhizopus oryzae PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius djambal)
SKRIPSI
Diajukan untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Endang Sari Kustiyawati NIM : 121434047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
M emulai dengan penuh keyakinan
M enjalankan dengan penuh keikhlasan
M enyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
-W inston Churcill-
K arya ini kupersembahkan untuk :
B apak dan I buku
A tas selur uh cinta, kasih, sayang dan doa yang kalian berikan dar i awal aku ada hingga detik ini aku bisa menatap hidup lebih terang dan lebih terang
K akakku tercinta, F irman I ndrianto
A tas, selur uh kasih dan semangat yang kakak ber ikan, fasilitas yang kakak ber ikan serta doanya
T eman – teman B ioScience
2012
Y ang mewarnai hidupku di per kuliahan menjadi lebih indah dan hangat
vii
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU FERMENTASI TEPUNG ONGGOK SINGKONG DENGAN Rhizopus oryzae PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius djambal)
ENDANG SARI KUSTIYAWATI Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Onggok singkong merupakan hasil samping pengolahan tepung tapioka dan berpotensi menjadi bahan baku alternatif pakan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu fermentasi dan waktu yang paling baik untuk fermentasi tepung onggok singkong sebagai bahan baku pakan ikan terhadap pertumbuhan ikan patin. Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 kontrol dan 3 perlakuan berupa penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi Rhizopus oryzae dalam perbedaan waktu fermentasi yaitu pakan P1 (tepung onggok singkong yangdifermentasi 1 hari), pakan P2 (tepung onggok singkong yang difermentasi 3 hari), pakan P3 (tepung onggok singkong difermentasi 5 hari), pakan pakan K negatif (tepung onggok singkong tanpa fermentasi), dan pakan K positif pelet komersial (MLP3). Pakan diujikan pada ikan patin dengan bobot ikan ± 10 gram, yang dipelihara dalam kolam berukuran 1 x 1,5 m dengan kepadatan 40 ekor/kolam. Ikan dipelihara selama 5 bulan dengan feeding rate 3% dan diberikan 2 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan P2 (tepung onggok singkong difermentasi 3 hari) memberikan hasil berat ikan paling tinggi dibandingkan perlakuan P1, P3 dan kontrol negatif, namun perlakuan control positif (pelet komersial MLP3) memberikan hasil yang terbaik dari semua perlakuan untuk pertumbuhan ikan patin mencapai 224 gram, tingkat kelangsungan hidup mencapai 100% dan kualitas air pada perlakuan berada dalam kondisi optimum untuk budidaya ikan.
viii
THE EFFECT OF DIFFERENT FERMENTATION TIME FOR FISH FEED MADE BY FERMENTING TAPIOCA-WASTE FLOUR WITH Rhizopus oryzae
ON THE GROWTH OF PATIN FISH (Pangasius djambal)
ENDANG SARI KUSTIYAWATI Sanata Dharma University
ABSTRACT
Tapioca-waste (Onggok singkong)—a waste-product from the manufacturing process of tapioca starch—has the potential to become an alternative ingredient for fish feed. This research aims to study the effect of different fermentation time and to identify the best fermentation time for tapioca-waste flour as fish feed ingredient for Patin fish, specifically in regard to growth. The research utilizes Completely Randomized Design experiment method with 2 control and 3 treatments of using tapioca-waste flour fermented with Rhizopus oryzae for different fermentation time that is P1 Feed (tapioca-waste flour fermented for 1 days), P2 Feed (tapioca-waste flour fermented for 3 day), P3 Feed (tapioca-waste flour fermented for 5 days), K (-) Feed (tapioca waste flour fermented for 0 days), and the K (+) commercial pellets MLP3 (control). Each is given to Patin fish weighing ± 10 grams, cultivated in a pool of 1 x 1.5 m size, with the density of 40 fish/pool. The fish are cultivated over 5 months, with feed given twice a day in a 3% feeding rate. The research result shows that the P3 Feed (tapioca-waste flour fermented for 3 days) yields the best result in terms of growth in comparison with the P1, P3 and control (-), but the K (+)commercial pellets MLP3 (control) feed, give the best result getting the Patin fish to reach the weight of 224grams and life expectancy of 100% in anoptimally conditioned water for fish cultivation.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang berlimpah penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Sang Pemberi Kehidupan dan Sumber Pengharapan karena atas tuntunan dan
bimbingannya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Banyak hal yang dialami
dan dirasakan oleh penulis selama menjalankan dinamika perkuliahan di Universitas
Sanata Dharma tercinta ini.Ketercapaian yang dialami penulis sampai sejauh ini tak
lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah mendukung, member semangat
dan harapan untuk terus berjuang mencapai cita.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berkenan meluangkan waktu memberikan pengarahan dan dengan penuh
sabar membimbing penulis menyusun skripsi.
2. Segenap Dosen dan Staf Sekertariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
3. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatankepada penulis
untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang utuh.
4. Program Studi Pendidikan Biologi yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk
x
5. Orang tuaku Ibuk dan Bapak serta kakakku Firman, terimakasih atas doa,
dukungan materil dan dukungan moral yang telah diberikan kepada penulis
selama ini.
6. Bapak Albertus pemilik gilingan pakan yang sudah meminjamkan
penggilingannya kepada penulis.
7. Ibu Sukasmi pemilik kolam ikan yang sudah meminjamkan kolamnya untuk
penulis.
8. Teman – teman setiaku Denda, Ariadne, Emi, Agus, Darwis, Seno, Ridha, Dina,
Orin, Wiwin, Alfi, Dani, Efis, Justin, Maranty, Kalikulla dan seluruh teman –
teman Pendidikan Biologi 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas doa,
semangat, dukungan, motivasi, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan
selama ini.
9. Teman – teman GUCI 32 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena
itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ikan Patin Jambal ... 6
B. Onggok Singkong ... 16
C. Fermentasi ... 18
D. Rhizopus oryzae ... 20
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 21
F. Kerangka Berpikir ... 23
G. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 25
B. Batasan Penelitian/ Definisi Operasional ... 26
C. Alat dan Bahan ... 26
D. Cara Kerja ... 28
E. Desain Penelitian ... 32
F. Metode Analisis Data ... 34
G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 37
a. Pertumbuhan Rata – rata Berat Ikan Selama 2 Minggu ... 37
b. Kelangsungan Hidup/ Sintasan ... 41
B. Pembahasan ... 45
a. Pertumbuhan Rata – rata Berat Ikan Selama 2 Minggu ... 47
b. Kelangsungan Hidup/Sintasan ... 53
c. Kualitas Air ... 55
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN ... 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
xiv Daftar Tabel
Tabel 1.1 Kandungan Nutrisi Pada Tepung Onggok Singkong ... 3
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Tepung Onggok Singkong ... 17
Tabel 2.2 Analisa Proksimat Tepung Onggok Singkong ... 22
Tabel 3.1 Perlakuan Perbedaan Waktu Fermentasi Onggok Singkong ... 25
Tabel 3.2 Komposisi Bahan Baku Pakan ... 27
Tabel 3.3 Pertumbuhan Berat Ikan selama 2 minggu sekali ... 34
Tabel 4.1 Tabel Uji Anova ... 39
Tabel 4.2 Tabel Uji Normalitas dan Homogenitas... 42
xv
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Ikan Patin (Pangasius djambal) ... 6
Gambar 2.2 Onggok Singkong dan Tepung Onggok Singkong ... 17
Gambar 2.3 Rhizopus oryzae ... 21
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir ... 24
Gambar 3.1 Kolam Ikan yang Digunakan ... 33
Gambar 4.1 Pertumbuhan berat ikan patin ... 37
Gambar 4.2 Kelangsungan Hidup Ikan Patin ... 41
Gambar 4.3 Pengukuran suhu selama pemeliharaan ikan patin ... 43
Gambar 4.4 Pengukuran pH selama pemeliharaan ikan patin ... 43
Gambar 4.5 Pengukuran DO selama pemeliharaan ikan patin ... 44
Gambar 4.6 Fase Pertumbuhan Kapang ... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Prosedur Fermentasi Onggok Singkong ……… 61
Lampiran 2. Prosedur Pembuatan Pakan Ikan……… 68
Lampiran 3.Uji Normalitas Distribusi Data Berat Ikan Patin ... 69
Lampiran 3.Uji Homogenitas Data Berat Ikan Patin ... 69
Lampiran 4. Hasil Uji Anova Terhadap Berat Ikan Patin ... 70
Lampiran 5. Data rata – rata Pertumbuhan Ikan Patin ... 72
Lampiran 6. Data Kelangsungan Hidup Ikan Patin ... 79
Lampiran 7. Data rata – rata pengukuran pH Air ... 80
Lampiran 8. Data rata – rata pengukuran Suhu Air ... 81
Lampiran 9. Data rata – rata pengukuran DO Air ... 82
Lampiran 10. Silabus ... 83
Lampiran 11. RPP ... 86
Lampiran 12. Lembar Penilaian Sikap... 96
Lampiran 13. Lembar Penilaian Praktikum ... 99
Lampiran 14. Lembar Penilaian Presentasi ... 101
Lampiran 15. Lembar Observasi Diskusi ... 104
Lampiran 16. Format Laporan Tertulis ... 107
Lampiran 17. Rubrik Laporan Tertulis ... 108
Lampiran 18. Kisi - kisi Soal ... 113
Lampiran 19. Soal Posttest ... 114
Lampiran 20. LKS ... 117
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis dan
merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling banyak
dibudidayakan petani baik dalam budidaya pembenihan, pembesaran dikolam
pekarangan, maupun dilahan marjinal (lahan yang tidak memiliki sumber daya
air terus menerus/tanpa irigasi).Daging ikan patin memiliki kandungan kalori
dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih
sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk
kesehatan karena kadar kolestrolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan
ternak. Ikan ini dapat memakan hewan-hewan yang hidup atau mati, sisa
tumbuhan yang mati dan limbah rumah tangga (Kordi, 2005).
Ketersediaan pakan yang efektif, efisien, ramah lingkungan dan dengan
harga yang terjangkau perlu diperhatikan.Hal ini disebabkan peranan pakan
cukup besar baik dilihat sebagai penentu pertumbuhan maupun dilihat dari sisi
biaya.Pakan mempengaruhi aspek biologis seperti kehidupan, pertumbuhan dan
reproduksi ikan yang dipelihara.Pada budidaya ikan biaya produksi terbesar
(40% - 60%) adalah biaya untuk pengadaan pakan.
sesuai dengan kemampuan daya belinya (Winarno, 1980). Menurut Mudjiman
(1992) bahwa ikan patin dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam
jumlah yang cukup dan nutrisi seimbang.Untuk mencapai hal ini perlu
diusahakan alternatif sumber bahan pakan buatan yang murah tetapi memiliki
kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan mudah diperoleh.Salah
satunya dengan menggunakan limbah hasil olahan makanan yang masih dapat
dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan pakan ikan, salah satunya ialah
onggok singkong.
Onggok singkong adalah limbah padat berupa ampas dari pengolahan
singkong menjadi tapioka.Menurut Amri (2006), bahwa dari proses pengolahan
singkong menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau
sekitar 75% dari bahan mentahnya. Di Indonesia dihasilkan kurang lebih 1,2 juta
ton per tahun. Tepung onggok singkong ini banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk campuran pakan ternak ruminansia, sehingga sampai sekarang
belum ada pemanfaatan lain untuk penggunaan tepung onggok singkong menjadi
pakan ikan. Tepung onggok singkong banyak di jual di toko-toko seperti toko
penjual bahan pakan ikan, pakan ternak, dan pakan burung sehingga tepung
onggok singkong mudah diperoleh. Onggok singkong yang telah diolah menjadi
Tabel 1.1 Kandungan Nutrisi Pada Tepung Onggok Singkong
Komponen Kandungan Nutrisi
Karbohidrat 51,8%
Protein 2,2%
Serat Kasar 31,6%
Abu 2,4%
Nutrien lain yang harus diperhitungkan apabila onggok digunakan
sebagai bahan pakan ikan adalah rendahnya protein dan tingginya serat kasar
yang sulit dicerna oleh tubuh ikan. Namun demikian, pemanfaatan limbah padat
ini masih sangat rendah.Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik pengolahan yang
dapat mengubah kandungan nutrisi pada tepung onggok. Melalui proses
fermentasi diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi (kandungan protein) pada
tepung onggok singkong. Penggunaan kapang sebagai inokulum fermentasi
sudah banyak dilakukan karena pertumbuhannya cepat dan
mudah.Pertumbuhannya pun mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas berwarna putih (Fardiaz, 1989).
Rhizopus oryzae merupakan kapang dari genus Rhizopus, famili Mucoraceae dan ordo Mucorales. Kapang ini banyak digunakan dalam
(Tisnadjaja, 1996) serta menghasilkan beberapa vitamin seperti asam pentotenat,
inositol, tiamin, piridoksin, biotin dan vitamin B12.
Pernyataan tersebut sangat mendukung penggunaan tepung onggok
singkong sebagai bahan baku pakan ikan patin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dalam penelitian Eksperimen ini,
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong
oleh kapang Rhizopus oryzae pada pakan ikan terhadap pertumbuhan ikan Patin (Pangasius djambal)?
2. Berapakah waktu optimal yang paling baik untuk fermentasi tepung onggok
singkong terhadap pertumbuhan ikan patin?
C. Batasan Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis memberikan batasan masalah agar
penjelasannya terarah serta sesuai dengan yang diharapkan. Penulis hanya
membatasi pada masalah :
1. Pertumbuhan berat basah ikan patin dari awal ikan di masukkan di kolam
sampai akhir penelitian. Selain pertumbuhan berat ikan Patin juga dilakukan
pengukuran terhadap kualitas air selama pemeliharaan yaitu meliputi
2. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini berupa tepung onggok
singkong tanpa fermentasi (Kontrol negatif), tepung onggok singkong yang
difermentasi selama 1 hari (P1), tepung onggok singkong yang difermentasi
selama 3 hari (P2), tepung onggok singkong yang difermentasi selama 5 hari
(P3) dan kontrol positif (+) menggunakan pakan komersial pabrik (MLP3)
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pertumbuhan ikan patin terhadap
perbedaan waktu fermentasitepung onggok singkong yang terfermentasi
Rhizopus oryzae
2. Mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi tepung onggok singkong yang
terfermentasi Rhizopus oryzae yang paling baik untuk pertumbuhan ikan patin E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai syarat untuk mengembangkan pengetahuan di bidang perikanan
terutama tentang pembuatan pakan ikan
2. Bagi Perikanan
Sebagai masukan informasi bagi pembudidaya ikan dalam pembuatan pakan
ikan
3. Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai masukan informasi mengenai pemanfaatan limbah onggok singkong
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal)
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan perairan Indonesia.Patin ini
banyak terdapat di beberapa sungai–sungai besar di Kalimantan, Sumatra dan
Jawa. Nama lain untuk ikan patin jambal, yaitu patin jendil.
1. Morfologi dan Taksonomi Ikan Patin
Morfologi ikan patin jambal dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Ikan Patin Sumber: (Rukmana, 2001).
Menurut Santoso (1996), taksonomi ikan patin adalah sebagai berikut: Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea Famili : Pangasidae Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius djambal Nama Inggris : Catfish
Ikan Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak
dengan punggung berwarna kebiruan.Ikan Patin tidak memiliki sisik, kepala
ikan Patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke
bawah.Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish.Panjang tubuhnya dapat
mencapai 120 cm. Sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang
berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi pada bagian belakang,
sedangkan jari-jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6-7 buah (Kordi,
2005).
2. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan patin banyak dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa
perairan air tawar, yakni di waduk, sungai–sungai besar dan muara–muara
sungai.Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nokturnal, yakni melakukan
aktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka bersembunyi di
liang-liang tepi sungai. Benih patin di alam biasanya bergerombol dan sesekali
muncul di permukaan air untuk menghirup oksigen langsung dari udara pada
menjelang fajar.Untuk budidaya ikan patin, media atau lingkungan yang
dibutuhkan tidaklah rumit, karena patin termasuk golongan ikan yang mampu
3. Pertumbuhan Ikan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun
volume dalam waktu tertentu.Pertumbuhan ikan biasanya diikuti dengan
perkembangan, yaitu perubahan dalam kenampakan dan kemampuannya yang
mengarah pada pendewasaan.Pada pertumbuhan normal terjadi rangkaian
perubahan pematangan yaitu pertumbuhan yang mengikutsertakan
penambahan protein serta peningkatan panjang dan ukuran (Ganong, 1990).
Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika ada materi untuk membangun suatu
struktur atau organ dan energi untuk proses pembangunannya. Protein,
karbohidrat dan lemak diperlukan oleh tubuh ikan sebagai materi dan energi
untuk pertumbuhan dan diperoleh dari pakan yang dikonsumsi. Selanjutnya
agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pakan yang
dikonsumsi ikan akan mengalami proses metabolisme (Handayani, 2001).
Pakan dengan kandungan protein rendah akan mengurangi laju
pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan
ikan menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak dan asam lemak
akan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kelebihan protein dan lemak
akan mengakibatkan pertumbuhan lemak di hati dan ginjal, sehingga ikan
menjadi gemuk, nafsu makan berkurang dan bengkak disekitar perut
(Afrianto, 2005).
empedu dan lipase pankreatik akan mengubah lemak menjadi partikel lemak
berukuran kecil yang disebut micel yang akan diserap oleh dinding usus.
Beberapa lemak yang disimpan sebagai trigliserida dapat dikonversi menjadi
fosfolipid dengan melepas satu dari tiga asam lemak dari gliserol dan
menggantikannya dengan kelompok fosfat.Fosfolipid sebagai komponen
penting dalam pembentukan struktur membrane sel sehingga esensial dalam
membentuk jaringan baru.Lemak tidak jenuh pada ikan dapat dicerna dan
diasilmilasi tetapi biasanya tidak dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau untuk
energi dan hanya terakumulasi di dalam otot dan sebagai lemak organ dalam
(Fujaya, 2004).
Karbohidrat dalam pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida,
disakarida, dan monosakarida.Karena tidak memiliki air liur maka pencernaan
karbohidrat dimulai pada segmen lambung, tetapi secara intensif tejadi pada
segmen usus yang memiliki enzim amylase pankreatik.Karbohidrat diserap
oleh dinding usus dalam bentuk glukosa, setelah diabsorbsi oleh sel, glukosa
dapat segera diubah menjadi energi atau dapat disimpan dalam bentuk
glikogen (Fujaya, 2004).
4. Kebiasaan Makan
Ikan patin mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam
cenderung bersifat karnivora.Pada saat larva, patin bersifat kanibalisme, yaitu
memiliki sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri.Jika kekurangan pakan,
larva patin tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri.Oleh karena itu,
ketika masih dalam tahap larva, pemberian pakan tidak boleh terlambat.
Pada budidaya ikan, makanan ikan patin akan berubah sejalan dengan
pertambhan umur dan perkembangannya. Larva patin yang berumur 0-2 hari,
belum diberi pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan
berupa kuning telur (yolk) yang menempel di perut. Umur 2-7 hari, larva ikan patin diberi pakan telur Artemia sp. Umur 7-15 hari larva patin diberi pakan cacing sutera atau Tubifex sp. Sementara itu, benih patin mulai umur 15-30 hari sudah diberi pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein
minimal 40%.
Dihabitat aslinya, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing,
udang-udanagn, moluska, serangga dan biji-bijian.Berdasarkan jenis pakannya yang
beragam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala
(omnivora).Namun demikian, pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang
terbaik dan mutlak diberikan bagi ikan patin yang dibudidayakan secara
intensif.Pakan buatan pabrik atau pelet memang memiliki kualitas yang
terjamin dengan kandungan nutrisi yang lengkap sehingga sangat baik untuk
perkembangan dan pertumbuhan patin yang optimal.Namun, yang menjadi
relatif mahal.Ikan patin termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap
makanan tambahan.
Sebagai hewan nokturnal, patin banyak melakukan aktivitas dan mencari
makan pada malam hari dan lebih menyukai tempat yang agak gelap, agak
dalam, dan teduh.Pada siang hari, ikan patin memilih berdiam diri atau
berlindung di tempet-tempat yang gelap.Namun, pada ikan patin yang
dibudidayakan di kolam pemeliharaan, terutama budidaya yang dilakukan
secara intensif, patin bisa dibiasakan untuk makan pada pagi atau siang hari,
kendati nafsu makannya tetap lebih tinggi jika pakan diberikan pada malam
hari.
5. Kualitas Air
Menurut Mahyuddin (2010), kualitas air pada kolam budidaya harus
sesuai dengan persyaratan ikan yang dibudidayakan. Air harus bersih, kaya
akan pakan alami, mengandung unsur hara dan mineral, dan tidak
mengandung bahan-bahan yang beracun. Kualitas air yang kurang baik dapat
menyebabkan ikan lemah, nafsu makan menurun dan mudah terserang
penyakit sehingga dapat menyebabkan kematian. Penilaian kualitas air
dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap parameter-parameter yang
mempengaruhinya. Beberapa pengaruh masing-masing parameter kualitas air
terhadap kehidupan ikan Patin adalah sebagai berikut.
Ikan memerlukan oksigen untuk bernafas dan mendukung proses
metabolismenya. Oksigen juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Pada kadar oksigen terlarut kurang dari 2 mg/l, ikan
akan mengalami penurunan nafsu makan dan perkembangannya kurang
baik, kandungan oksigen terlarut untuk budidaya ikan patin dalam air
minimal 3 mg/l (Mahyuddin, 2010).
b. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen
yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan.Kisaran pH yang
optimal untuk pertumbuhan ikan Patin yaitu 5 - 11 (Arie, 2007).Menurut
Mahyuddin (2010) nilai pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan
organisme mati lemas. Sementara itu, pH yang terlalu tinggi menyebabkan
konsentrasi CO2 rendah sehingga proses fotosintesis terganggu. c. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan ikan dan
kencernaan pakan.Peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak
mengkonsumsi pakan sehingga dapat menurunkan rasio konversi pakan
dan dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme.Ikan Patin tumbuh baik
di daerah dengan suhu 25–300C.Perubahan temperatur yang sangat drastis
dapat mengganggu laju respirasi dan aktivitas jantung.Selain itu,
2008). Selain itu, suhu juga bisa menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi nafsu makan ikan secara otomatis akan mempengaruhi
pertumbuhannya. Bila suhu rendah, nafsu makan rendah, matabolisme
relatif lambat. Sebaliknya, ketika suhu meningkat, nafsu makan,
metabolisme, dan pertumbuhan akan kembali meningkat (Mahyuddin,
2010).
6. Pakan
Pakan merupakan sumber energi bagi ikan untuk kelangsungan hidup
dan kelestarian keturunan.Energi dalam pakan dapat dimanfaatkan setelah
pakan tersebut dirombak menjadi komponen lebih sederhana (Afrianto,
2005).Sebagaimana halnya makhluk hidup lain, ikan juga membutuhkan
zat–zat gizi tertentu dalam kehidupannya. Zat gizi yang diperlukan adalah
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air (Mujiman, 1987). a. Protein
Dalam pakan ikan, protein merupakan unsur yang paling penting
karena kualitas pakan ditentukan oleh kandungan proteinnya. Secara
garis besar, fungsi utama protein dalam tubuh ikan adalah sebagai
sumber energi, berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan
jaringan tubuh, mengganti jaringan tubuh yang rusak, berperan dalam
pembentukan gonad (reproduksi), komponen utama pembentukan enzim
Sumber protein bisa berasal dari tumbuhan dan hewan. Sumber
protein yang berasal dari tumbuhan relatif lebih susah dicerna oleh ikan
karena protein nabati terbungkus oleh selulosa. Selain itu, kandungan
asam amino pada protein nabati juga tidak lengkap sehingga masih
membutuhkan tambahan protein hewani.Kebutuhan ikan terhadap
protein berkisar 20–60%. Menurut Afrianto (2005), pakan dengan
kandungan protein rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses
reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi
mudah terserang penyakit. Sumber protein pakan antara lain tepung
ikan, tepung kedelai, tepung cacing dan lain-lain.
b. Lemak, Karbohidrat, Vitamin dan Mineral
Lemak yang terkandung dalam makanan ditentukan oleh
kandungan asam lemaknya terutama asam lemak esensial.Asam lemak
yang sangat penting terdapat dalam makanan adalah asam lemak tidak
jenuh (Hepher, 1988). Menurut Soedarmo (1974), selain sebagai bahan
bakar tubuh, lemak membantu penyerapan mineral-mineral tertentu
terutama kalsium serta penyerapan vitamin-vitamin terlarut. Kandungan
lemak pakan yang dibutuhkan oleh sebagian besar jenis ikan, yakni
antara 4-16%.
Karbohidrat mempunyai fungsi utama sebagai penghasil energi
terggantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora membutuhkan
karbohidrat 15-20%, golongan ikan omnivora memerlukan karbohidrat
hingga 35% dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih banyak
lagi, yaitu mencapai 61% (Mujiman, 1987).
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan dalam jumlah yang
relatif sedikit terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan ikan
dan hanya dapat diperoleh dari makanan.Vitamin secara spesifik
diperlukan dalam metabolisme yaitu sebagai koenzim.Selain itu fungsi
vitamin lainnya adalah untuk mempertahankan fungsi berbagai jaringan
serta mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru. Dari
sifat fisiknya, vitamin dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu vitamin
yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D E, K, vitamin yang
larut dalam air meliputi vitamin C dan vitamin B kompleks yaitu
vitamin B1, B2, B6, B12 (Soedarmo, 1974). Menurut (Soedarmo, 1974).
Unsur-unsur mineral yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit
tetapi esensial. Mineral yang dibutuhkan oleh ikan antara lain kalsium,
fosfor, natrium, mangan, besi, tembaga, yodium, dan kobalt.
c. Pakan Alami dan Pakan Buatan
Secara ekologis, makanan alami ikan dapat dikelompokkan sebagai
plankton, nekton, bentos, perifiton, epifiton, dan neustron (Mujiman,
udangan kecil, siput, cacing dan jentik nyamuk (Santoso, 1996). Dalam
budidaya ikan secara intensif menurut tersedianya pakan dalam jumlah
yang cukup tepat waktu, dan kontinyu dengan mengandalkan pakan
alami kadang kala banyak dipengaruhi faktor-faktor alam dan
lingkungan seperti cahaya, suhu, hama penyakit, bahan beracun, dan
lain-lain (Mujiman, 1987). Pembuatan pakan didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai
ekonomisnya.
Penggunan pakan buatan dapat memperoleh banyak keuntungan,
antara lain dapat meningkatkan produksi melalui metode padat
penebaran yang tinggi dengan waktu pemeliharaan yang lebih pendek
serta dapat memanfaatkan limbah industri pangan seperti tepung onggok
singkong, tepung ikan, tepung kanji, dedak, minyak jelantah, daun
singkong yang dapat digunakan sebagai pakan campuran.
B. Onggok Singkong
Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang
berupa limbah padat setelah proses pengepresan. Onggok yang diolah menjadi
tepung onggok singkong jumlahnya melimpah, memiliki harga yang relatif
murah, ketersediaannya berkelanjutan, dan sampai saat ini masih belum
dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Penggunaan tepung onggok
yang rendah (2-5%), kandungan serat kasar yang cukup tinggi (12-20%).
Onggok singkong dan tepung onggok singkong dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.2Onggok singkong (Kiri) dan tepung onggok singkong (Kanan)
(Sumber:www./onggok/singkong.html)
Komposisi nutrisi padatepung onggok singkong dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Pada Tepung Onggok Singkong
No Komponen
Kandungan Nutrisi (%)
A B C
1 Protein 3,6 1,88 1,28
2 Lemak 2,3 0,25 0,55
3 Karbohidrat 65,9 81,10 87,24
4 Serat 8,1 15,62 8,92
5 Abu 4,4 1,15 2,01
6 Air 20,31 20 8,27
Keterangan kode A, B, C pada Tabel 2.1 : A. Ningrum (2007)
B. Wizna (2008)
C. Basuki (2013)
C. Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses yang melibatkan reaksi oksidasi
reduksi sehingga terjadi perombakan kimia terhadap suatu senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh makhluk hidup. Senyawa kompleks
yang berupa karbohidrat, protein, dan lemak akan diubah menjadi glukosa, asam
amino, asam lemak, dan gliserol. Proses fermentasi dapat diterapkan dalam
pembuatan pakan ikan. Setelah fermentasi, bahan yang sebagian besar
komponennya sudah berupa senyawa sederhana dapat diberikan sebagai pakan
ikan sehingga ikan tidak perlu mencerna lagi, melainkan sudah dapat langsung
menyerapnya.Organ pada ikan dapat memanfaatkan karbohidrat hasil fermentasi
secara lebih baik sebagai sumber energi.Pada prinsipnya fermentasi dapat
mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan
sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya (Santoso,
1996).
Pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan di antaranya dapat
menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna,
warna yang diinginkan. Mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum
fermentasi adalah kapang, bakteri, dan khamir.Pertumbuhan kapang mudah
dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas berwarna putih
(Sukarminah, 2008).
Menurut Fajarudin (2014) waktu dalam proses fermentasi yang semakin
lama akan mengakibatkan penurunan kadar air. Semakin lama waktu fermentasi
maka akan banyak glukosa yang dihasilkan sehingga mikroorganisme
berkembangbiak menjadi semakin banyak, kemampuan mikroba Rhizopus oryzae memecah glukosa untuk menghasilkan metabolit primer (asam laktat dan alkohol) dan metabolit sekunder semakin banyak.
Keuntungan lain dari proses fermentasi adalah meningkatnya gizi dan
daya simpan pakan karena proses fermentasi akan merombak senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh
tubuh. Protein, lemak, dan polisakarida dapat dihidrolisis sehingga bahan
pangan setelah difermentasi mempunyai daya cerna yang lebih tinggi. Selain itu,
selama proses fermentasi berlangsung, akan terjadi penurunan pH yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga daya simpan pakan
buatan lebih lama. Selama proses fermentasi, perombakan senyawa kompleks
akan menghasilkan senyawa volatil yang mempunyai aroma khas. Senyawa
volatil inilah yang akan memperbaiki aroma dan cita rasa pakan buatan hasil
fermentasi sehingga ikan akan terangsang untuk mengkonsumsi pakan lebih
(substrat), macam mikroba atau inokulum, dan kondisi lingkungan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba (Mudjiman, 1992).
D. Rhizopusoryzae
KapangRhizopus oryzae merupakan kapang yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). KapangRhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam
laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004).KapangRhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino
dengan bantuan enzim lipolitik (Septiani, 2004).Selain itu kapang Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease dengan adanya enzim proteolitik (Margiono, 1992).
Menurut Soetrisno (1996) sifat-sifat kapangRhizopus oryzae yaitu koloni berwarnaputih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus atau sedikit
kasar dan tidak berwarnahingga kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari
stolon dan mengarah ke udara, baiktunggal atau dalam kelompok (hingga 5
sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan danterletak pada posisi yang sama
dengan sporangiofora; sporangia globus atau sub globusdengan dinding
berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitambila
telah masak; kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit
pertumbuhan 350C,minimal 5-70C dan maksimal 440C. Klasifikasi Rhizopus oryzae menurut Germain, (2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryzae
MorfologiRhizopus oryzaetersaji pada Gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Rhizopus oryzae
(Sumber:www./fermentasi/Rhizopus.html)
E. Hasil Penelitian yang Relevan
A. Dalam penelitianAntika, (2014), mengatakan kandungan nutrisi (protein)
tepung onggok singkong meningkat dengan adanya miselium dari kapang
Tabel 2.2 Hasil analisa proksimat tepung onggok singkong (100gr) sebelum dan sesudah fermentasi dengan Rhizopus oryzae
Parameter (%) Sebelum difermentasi
Sesudah difermentasi
Kadar air 8,27 4,13
Protein 1,28 8,06
Lemak 0,55 0,74
Kadar abu 2,01 2,89
Serat kasar 8,92 2,11
Karbohidrat 87,24 59,20
Setelah dilakukan uji Anova penggunaan tepung onggok singkong
terfermentasi Rhizopus oryzae memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat ikan nila merah.
B. Penelitian peningkatan kualitas bahan nabati (dedak padi dan dedak polar)
melalui proses fermentasi (Rhizopus oryzae) dan penggunaannya dalam
pakan ikan mas (Cyprus carpio) yang dilakukan oleh Suhendra, (2008).
Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap yang pertama untuk menentukan
lama fermentasi bahan nabati dengan Rhizopus oryzae dengan penentuan 1,
3, 5 hari sedangkan tahap kedua yaitu pengujian bahan hasil fermentasi
tersebut berupa uji kadar nutrisi dengan uji proksimat untuk melihat
pengaruhnya terhadap pakan ikan mas.
Tahap kedua ini menggunakan ikan mas dengan bobot ±5,47 gram.
Wadah yang digunakan yaitu akuarium volume 100L, dengan padat
proksimat kandungan nutien tertinggi untuk dedak padi dengan lama waktu
fermentasi 3 hari kandungan protein meningkat menjadi 19,02% sedangkan
kandungan lemaknya turun 13,33%. Pada dedak polar kadar protein naik
38,14% sedangkan kadar lemak turun 19,28%. Pada pengujian tahap kedua
dedak polar memberikan hasil lebih baik atau memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan ikan mas dari pada dedak padi.
F. Kerangka Berfikir
Onggok yang berasal dari hasil pengolahan tepung tapioka jumlahnya
melimpah, memiliki harga yang relatif murah, ketersediaannya berkelanjutan,
dan sampai saat ini masih belum dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan.
Tepung onggok singkong memiliki kandungan protein yang rendah (2-5%),
kandungan serat kasar yang cukup tinggi (12-20%).Untuk meningkatkan
kandungan nutrisi dalam penggunaan onggok singkong, maka dilakukan proses
fermentasi menggunakan jenis kapang Rhizopus oryzae yang dilarutkan dalam air dengan penambahan urea yang diharapkan dapat menurunkan kandungan
serat kasar, serta menaikkan kandungan protein. Dengan data dari
penelitianAntika, (2014)dan Suhendra, (2008) tepung onggok singkong yang
difermentasi Rhizopus oryzae selama 3 hari dapat meningkatkan kandungan
protein dalam tepung onggok singkong.Adapun kerangka pemikiran
Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir penelitian G. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :
1. Perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong berpengaruhterhadap pertumbuhan ikan patin.
2. Penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi 3 hari paling baik pada pertumbuhan ikan patin.
Tepung Onggok Singkong
Pengolahan (Fermentasi)
Pakan Alternatif
Rhizopus oryzaedilarutkan
dalam air di tambahkan Urea
Kandungan Nutrisi (Protein) Meningkat
Pakan Alternatif Ikan Patin
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu mengujikan
perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong dengan kapang
Rhizopus oryzae pada pakan ikan terhadap pertumbuhan ikan patin.Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu faktor. Adapun dalam penenlitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu :
1. Variabel bebas : Perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong
Terdiri dari 4 perlakuan dengan perbedaan waktu fermentasi dan kontrol.
Tabel 3.1 Perlakuan perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong
Kode Perlakuan
P1 Fermentasi 1 hari
P2 Fermentasi 3 hari
P3 Fermentasi 5 hari
K(+) Pelet Komersial (MLP3)
K(-) Tanpa fermentasi
2. Variabel terikat : Besarnya berat basah ikan pada setiap kali pengukuran
sampai dengan penetapan akhir percobaan
pemberian pakan sebanyak 3% dari total berat ikan.
B. Batasan Penelitian/ Definisi Operasional
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini perlu
diadakan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Subjek dalam penelitian ini adalah ikan patin
2. Jumlah ikan yang digunakan untuk penelitian sebanyak 40 ekor
3. Penelitian ini menggunakan perbedaan waktu fermentasi tepung onggok
singkong yaitu 1, 3, 5 hari
4. Perlakuan yang digunakan untuk penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Perlakuan P1 : Tepung onggok singkongfermentasi 1 hari
b. Perlakuan P2 : Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari
c. Perlakuan P3 : Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari
d. Kontrol negatif : Tepung onggok singkong tanpa fermentasi
e. Kontrolpositif : Pelet komersial (MLP3)
5. Penelitian yang akan dilakukan mencakup pertumbuhan ikan patin (berat
tubuh ikan dari awal sampai akhir).
C. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : satu
kolam beton berukuran 5 x 1,5 m yang di bagi menjadi 5 kolam dengan
kompor gas, pisau, timbangan digital, baskom, ember, kertas label, plastik,
jaring ikan, pH meter, termometer, DO meter, kamera, ayakan, pengaduk,
kain lap dan alat tulis.
2. Bahan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Ikan uji :
Ikan uji adalah ikan patin yang berasal dariPasar Cangkringan
yang telah dibesarkan selama 2 bulan sejak penebaran bibit awal di kolam
uji.Jumlah bibit yang disebarkan di kolam uji sebanyak 40 ekor per
kolam.
b. Pakan Uji :
Pakan yang digunakan adalah pakan buatan berbahan baku tepung
ikan, tepung onggok singkong,onggok singkong, minyak jelantah, dedak
dan ragi tempe (Rhizopus oryzae) yang sudah dilarutkan dalam air.Komposisi bahan-bahan baku yang digunakan sebagai formulasi
pakan dapat dilihat di Tabel 2.
Daun
Singkong 10% 10% 10% 10%
-
Minyak
Jelantah 5% 5% 5% 5%
-
Tepung
Kanji 5% 5% 5% 5%
-
Dedak 10% 10% 10% 10% -
Keterangan : K Positif (+) = pelet komersial (MLP3)
D. Cara Kerja 1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah persiapan pembuatan pakan ikan
mandiri dan persiapan pembuatan tempat pemeliharaan ikan.
a) Cara pembuatan pakan : bahan baku yang digunakan seperti tepung
ikan,tepung onggok singkong, daun singkong, air, tepung terigu dan
minyak jelantah tersebut ditimbang sesuai dengan formulasi pakan.
Namun untuk perlakuan P1, P2, P3 tepung onggok singkong yang
digunakan terlebih dahulu difermentasi dengan kapang Rhizopus oryzae yang sudah dilarutkan dalam air dengan menambahkan urea dan
difermentasi sesuai dengan perlakuan. Kemudian bahan-bahan tersebut
dicampur hingga homogen. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan
dan pengeringan dengan penjemuran selama dua hari. Lampiran 1 & 2
b) Pembuatan tempat pemeliharaan ikan meliputi pembersihan kolam dan
2. Pelaksanaan
Ikan ditempatkan dalam kolam yang sudah di sekat dengan jaring
berukuran 1 x 1,5 m sebanyak 40 ekor per kolam. Ikan uji berukuran 7-8cm
dengan berat rata-rata 10 gram.Pemeliharaan dilakukan selama 5
bulan.Frekuensi pemberian pakan yaitu 2 kali sehari yakni pagi dan sore.Pagi
pada pukul 07:00 dan Sore pada pukul 16:00 dengan feeding rate (FR) 3% dari bobot tubuh ikan.Selama masa pemeliharaan dilakukan pengukuran berat
tubuh ikan Patin setiap 2 minggu sekali.
3. Pengamatan
Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati adalah
pertumbuhan berat mutlak, Survival Rate(SR) dan kualitas air media pemeliharaan.
a. Pertumbuhan Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada
akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Pertumbuhan berat mutlak
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2003).
Wm =Wt−Wo
Keterangan :
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt = Berat rata-rata akhir (g) Wo = Berat rata-rata awal (g)
b. Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR)
budidaya merupakan indeks tingkat kelangsungan hidup suatu jenis ikan
dalam suatu proses budidaya dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan
dipanen. SR ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
kegiatan budidaya ikan. Jika ikan yang hidup saat panen banyak dan
yang mati hanya sedikit tentu nilai SR akan tinggi, namun sebaliknya
jika jumlah ikan yang mati banyak sehingga jumlah ikan yang masih
hidup saat dilakukan pemanenan tinggal sedikit tentu nilai SR ini akan
rendah.
Kelangsungan hidup (SR) diperoleh berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Zonneveld et al. (1991), yaitu :
SR = [Nt / No] x 100% Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) No : Jumlah ikan awal (ekor)
c. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah: pH air,
suhu air, oksigen dan terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air
dirata-ratakan dan dihitung menggunakan uji statistik Variabilitas
(ketersebaran). Parameter tersebut diukur setiap 2 minggu sekali dengan
cara sebagai berikut :
Untuk mengukur pH digunakan alat ukur pH meter.pH meter
dinetralkan terlebih dahulu tepat pada 7,0. Kemudian dicelupkan ujung
pH meter pada air di masing-masing kolam, sampai angka yang
ditunjukkan.
2. Suhu
Untuk mengukur suhu digunakan termometer laboratorium. Dengan
cara memasukkan termometer laboratorium kedalam air pada kolam
yang kan di ukur. Amati perubahan alkohol atau raksa yang ada di dalam
termometer. 3. DO
DO di ukur dengan seperangkat alat test kit yang berisi bahan-bahan
untuk mengukur DO.Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar
oksigen terlarut adalah :
Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml
(tidak boleh ada udara yang masuk)
Kemudian menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam botol
BOD
Tutup botol tersebut dan kocok hingga larutan homogen dan terjadi
endapan
Langkah selanjutnya menambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian
menutup botol BOD
Setelah itu memasukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250ml
Melakukan titrasi dengan 0,025 N Na2S2O3 hingga larutan berwarna
kuning muda
Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru
Melanjutkannya dengan titrasiNa2S2O3 0,025 N hingga bening.
F. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Complete Randomized Design.Menurut Fathul dkk, (1997)Complete Randomized Design atau rancangan acak lengkap (RAL) merupakan rancangan dasar dengan berbeda
perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan.Ciri khas
percobaan ini yaitu bahan percobaan yang digunakan harus bersifat homogen.
Dalam rancangan penelitian ini dilakukan pembuatan denah percobaan dengan
pengacakan untuk memperoleh nilai yang tidak biasa, nilai tengah maupun
beda antar nilai tengah. Pengacakan dilakukan terhadap penempatan perlakuan
satuan percobaan.
Gambar 3.1 Kolam Ikan yang Digunakan Keterangan :
: Dinding kolam : Sekat Jaring
: Bambu : Tanah
: Tali
P1 : Tepung onggok singkong fermentasi 1 hari P2 : Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari P3 : Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari K (-) : Tepung onggok tanpa fermentasi
K (+) : Pelet Komersial (MLP3)
Pada penelitian ini terdapat 5 perlakuan yaitu perbedaan waktu fermentasi
tepung onggok singkong dengan Rhizopus oryzae yaitu, tepung onggok singkong tanpa fermentasi, fermentasi 1, 3, 5 hari dan 2 kontrol positif dan
negatif. Masing-masing perlakuan diambil 20 ekor ikan sebagai sampel dalam
pengukuran. Pengukuran berat ikan dilakukan setiap 2 minggu sekali data
seperti dibawah ini :
Tabel 3.3 Pertumbuhan Berat Ikan Patin Selama 2 Minggu Sekali Pengukuran 1 tgl : ………..
Ikan P1 P2 P3 K(-) K(+)
1
2
3
4
5
Dst...
20
Rata-rata
G. Metode Analisis Data
Data yang diharapkan adalah berat basah ikan Patin setiap pengukuran 2
minggu sekali yang dihitung dalam satuan gram sebagai indikator bahwa pelet
ikan yang diberi bahan baku tepung onggok singkong terfermentasi berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan ikan Patin.Pengambilan data dilakukan sebanyak
10 kali selama 20 minggu.Data diambil setiap 2 minggu sekali dengan kelipatan
14 hari setelah ikan dimasukkan dalam kolam dan seterusnya.
Data mengenai berat basah ikan yang telah diperoleh selama masa
factor. Digunakan confident interval 0,95 atau a = 0,05. Bila probabilitas p lebih besar dari a, maka signifikan. Perhitungan anova one factor menggunakan program Microsoft Excel 2007. Pengujian statistik ini bertujuan untuk
mengetahui perlakuan yang sungguh memberikan pengaruh secara signifikan.
Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan program SPSS dan
Microsoft Excel 2007. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang
dilakukan merupakan data mentah yang meliputi berat ikan patin.Analisis data
menggunakan uji Anova. Uji anova merupakan salah satu uji komparatif yang
digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) pada data yang lebih dari 2
kelompok. Dalam melakukan analisis data dengan uji tersebut tentunya harus
didukung dengan pengujian normalitas serta homogenitas, dalam arti bahwa
kedua pengujian tersebut merupakan persyaratan analisis data sebelum
melakukan uji anova menggunakan Microsoft Excel 2007.
Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk
memperlihatkan bahwa data penelitian yang dilakukan memiliki distribusi yang
normal atau tidak. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan dengan taraf
signifikan ( a = 0,05). Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas adalah apabila nilai signifikan lebih besar dari a, maka data tersebut berdistribusi normal.Sebaliknya, apabila nanti signifikan lebih kecil dari a, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.Setelah dilakukan uji normalitas maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian tersebut bertujuan megetahui
keputusan dalam uji homogenitas adalah apabila nilai signifikan lebih dari a, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data
adalah tidak sama. Sedangkan apabila nilai signifikan lebih besar dari a, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah
sama. Uji normalitas maupun uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS.
Dari pengujian statistik menggunakan uji Anova one factor diperoleh hasil
Fobs < Fcritberarti data tidak signifikan. Ho diterima, Hi ditolak, yang berarti
rata-rata pertumbuhan berat harian ikan Patin tidak menunjukkan perbedaan
nyata pada masing-masing perlakuan. Maka berdasarkan hasil analisis bisa
dikatakan bahwa perlakuan perbedaan waktu fermentasi tepung onggok
singkong dengan Rhizopus oryzae tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan berat harian ikan patin.
H. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas X semester Genap yakni pada babPerubahan
lingkungan/iklim dan daur ulang limbah.
BAB IV
A. Hasil
1. Pertumbuhan Rata – rata Berat Ikan Selama 2 Minggu
Peningkatan berat ikan patin selama 5 bulan pemeliharaan
menunjukkan bahwa pakan yang diberikan mengandung cukup energi dan
memenuhi kebutuhan ikan untuk tumbuh (Sugianto, 2007).Dengan
kebutuhan nutrisi yang tercukupi, maka kebutuhan energi untuk kegiatan
metabolisme ikan juga terpenuhi.Dari hasil penelitian yang telah
dilakukanmengenai pengaruh perbedaan waktu fermentasi tepung onggok
singkong terhadap pertumbuhan berat tubuh ikan patin, diperoleh hasil
sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pertumbuhan berat ikan patin
Keterangan : P1 = Tepung onggok singkong fermentasi 1 hari P2 = Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari P3 = Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari K (-) = Tepung onggok singkong tanpa fermentasi
0
Pertumbahan berat ikan patin (g)
K
-P1
P2
P3
K (+) = Pelet komersial (MLP3)
Perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan berat ikan patin.Gambar
4.1.menunjukkan bahwa pertumbuhan berat ikan patin pada perlakuan K(-)
(tepung onggok singkong tanpa fermentasi) menghasilkan berat ikan
terendah sedangkan perlakuan P2 (tepung ongok singkong fermentasi 3 hari)
memberikan berat ikan patin tertinggi dibandingkan perlakuan P1, P3, dan K
(-). Namun pertumbuhan berat ikan pada perlakuan P2 lebih rendah dari
perlakuan kontrol positif atau pelet komersial (MLP3).
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Anova (Tabel 4.1),
perlakuan perbedaan waktu fermentasi tepung onggok singkong pada pakan
ikan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pertumbuhan ikan
patindengan nilai Fobserved = 1.195lebih kecil dari nilai Sig = 0,326 , atau dengan kata lain, tidak signifikan. Jadi keempat perlakuan tersebut
meningkatkan pertumbuhan berat ikan patin, namun rata-rata pertambahan
berat ikan patin antar perlakuan tidak berbeda secara nyata.
Tabel 4.1 Hasil Uji Anova Pertumbuhan Berat Ikan Patin.
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 12103.120 4 3025.780 1.195 .326
Within Groups 113927.520 45 2531.723 Total 126030.640 49
2. Kelangsungan Hidup/ Sintasan
Penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi dalam waktu
yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan
hidup benih ikan patin.Kelangsungan hidup ikan patin dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain pemeliharaan, kualitas air, penyakit dan makanan yang
diberikan. Dari hasil pengamatan dan pengukuran selama penelitian diperoleh
Gambar 4.2 Kelangsungan Hidup Ikan Patin
Keterangan : P1 = Tepung onggok singkong fermentasi 1 hari P2 = Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari P3 = Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari K(-) = Tepung onggok singkong tanpa fermentasi K(+) = Pelet komersial (MLP3)
Uji Survival Rate (SR)menunjukkan bahwa masing-masing uji pada tiap perlakuan memberikan kelangsungan hidup yang berbeda. Kelangsungan
hidup pada perlakuan K(-), P1 dan K(+) mencapai 100% kemudian disusul
perlakuan P2 dengan kelangsungan hidup 95%, dan P3 dengan kelangsungan
hidup 92,5%. Menurut Suyanto (2005), angka mortalitas (kematian) yang
mencapai 30 – 50% masih dianggap normal.
Berdasarkan analisis uji normalitas, hasil yang diperoleh pada (Tabel
4.2) menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 yang berarti bahwa data berat ikan
yang didapatkan berdistribusi normal. Sedangkan analisis uji homogenitas
varians yang dihasilkan dengan nilai levene statistic 0,688 dan nilai sig 0,604
pada level probabilitas yang berarti bahwa perlakuan setiap perbedaan lama
waktu fermentasi tepung onggok singkong pada pakan ikan terhadap
pertumbuhan ikan patin memiliki varians yang sama (homogen).
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
3. Kualitas Air
Air merupakan media penting bagi kehidupan ikan. Kualitas air yang
memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air diamati untuk menentukan kualitas perairan diantaranya adalah
suhu, derajat keasaman (pH) dan kandungan oksigen terlarut (DO). Data dari
suhu, pH, dan DO selama penelitian dapat dilihat dari gambarberikut :
ikan P2 .108 10 .200* .964 10 .834
P3 .091 10 .200* .977 10 .948
P4 .090 10 .200* .975 10 .933
K .084 10 .200* .982 10 .974
Test of Homogeneity of Variances Berat Ikan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Gambar 4.3 Pengukuran suhu selama pemeliharaan ikan patin
Gambar 4.4 Pengukuran pH selama pemeliharaan ikan patin
Gambar 4.5 Pengukuran DO selama pemeliharaan ikan patin
Keterangan : P1 = Tepung onggok singkong fermentasi 1 hari P2 = Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari P3 = Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari K (-) = Tepung onggok singkong tanpa fermentasi K (+) = Pelet komersial (MLP3)
Hasil pengukuran kualitas air yang meliputi parameter fisika dan kimia air
disajikan pada Gambar 4.3, Gambar 4.4, Gambar 4.5. Kualitas air selama
pemeliharaan dalam kisaran normal untuk budidaya ikan. Pada gambar 4.3
mengenai pengukuran suhu selama pemeliharan ikan patin dalam kisaran normal
yaitu 27 – 29,10C.Sedangkan untuk Gambar 4.4 (pH) dan Gambar 4.5 (DO) juga
berada dalam kisaran normal. Untuk pH di antara 7,0 – 8,0 dan DO di antara 3,4 –
5,2 mg/L.
Kualitas air selama pemeliharaan, diuji dengan menggunakan uji statistik
dengan uji Variabilitas (ketersebaran) untuk menunjukkan data yang diperoleh diantara 3 perlakuan dan 2 kontrol lebih serupa atau sangat berbeda dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Kualitas Air Selama Pemeliharaan Ikan Patin
Perlakuan Ph Suhu DO
K (-) 7,28 ± 0,21 28,15 ± 0,54 4,67 ± 0,37
P2 7,33 ± 0,20 28,15 ± 0,61 4,67 ± 0,40
P3 7,38 ± 0,22 28,15 ± 0,56 4,67 ± 0,43
P4 7,34 ± 0,24 28,15 ± 0,50 4,67 ± 0,38
K (+) 7,30 ± 0,23 28,15 ± 0,60 4,67 ± 0,43
Keterangan : P1 = Tepung onggok singkong fermentasi 1 hari P2 = Tepung onggok singkong fermentasi 3 hari P3 = Tepung onggok singkong fermentasi 5 hari K(-) = Tepung onggok singkong tanpa fermentasi
K(+) = Pelet komersial (MLP3)
Dari hasil uji Variabilitas kualitas air, Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan pada setiap perlakuan lebih serupa
atau tidak jauh berbeda.
B. PEMBAHASAN
Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, pemberiannya tepat waktu dan
bernilai gizi baik, merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan
usaha budidaya ikan (Sahwan, 2004).Afrianto, (2005) menambahkan bahwa
pemberian pakan tambahan (pelet) bagi ikan budidaya sangat penting, terutama
pada lokasi yang kandungan pakan alaminya tidak mencukupi kebutuhan.Jumlah
dan kualitas pakan tambahan tersebut juga perlu diperhatikan karena sangat
Dalam penelitian ini, komposisi pakan buatan terdiri dari tepung ikan, tepung
onggok singkong, tepung kanji, dedak, daun singkong dan minyak
jelantah.Pembuatan pakan buatan ini dengan menggunakan bahan pokok tepung
onggok singkong yang difermentasi dalam waktu yang berbeda. Menurut Supriyati
et al. (1998), tepung onggok singkong yang digunakan mengandung nutrisi karbohidrat 51,8%, protein 2,2%, serat kasar 31,6%, dan abu 2,4%. Tingginya serat
kasar yang terdapat pada tepung onggok singkong akan sulit dicerna oleh tubuh ikan
sehingga perlu pendegradasian serat kasar atau penurunan serat kasar pada tepung
onggok singkong. Begitu juga dengan rendahnya kandungan protein akan
menghambat pertumbuhan ikan patin. Protein merupakan unsur yang paling penting
karena kualitas pakan ditentukan oleh kandungan proteinnya. Ikan cenderung
memilih protein sebagai sumber energi yang utama (Asmawi, 1986). Secara garis
besar, fungsi utama protein dalam tubuh ikan adalah sebagai sumber energi,
berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh, mengganti
jaringan tubuh yang rusak, berperan dalam pembentukan gonad (reproduksi),
komponen utama pembentukan enzim dan hormon serta berperan dalam proses
metabolisme dalam tubuh ikan (Rukmana, 2001).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kandungan nutrisi dalam bahan baku
pembuatan pakan diperlukan suatu proses yang dapat meningkatkan kandungan
nutrisi tepung onggok singkong tersebut yaitu dengan menggunakan bantuan
kapang Rhizopus oryzae, karena kapang ini dapat menghasilkan enzim proteolitik yang dapat merombak senyawa kompleks protein menjadi senyawa yang lebih