• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci Iklan “Seruan Pontianak”

Dalam dokumen Aplikasi Gaya Pop dan Unsur Budaya Indon (Halaman 54-57)

Teks dan gambar dalam iklan adalah satu ke- satuan yang utuh dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Tidak bermaksud melepaskan teks dari gambar, pada subbab ini akan didekon-

struksi bagaimanakah satuan makna (unit of

meaning) teks iklan “Seruan Pontianak” untuk mengetahui kata kunci yang sering kali muncul.

Frekuensi kata yang sering muncul dalam iklan

tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1: Kata Kunci Iklan “Seruan Pontianak”

No. Kata kunci Frekuensi muncul

1. kekerasan 12 2. Madura 4 3. Tionghoa 3 4. pembunuhan 2 5. minta 2 6. akar kekerasan 2 7. menyerukan 2 8. Dayak 1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kata “kekerasan” muncul sebanyak 12 kali, diikuti “Madura” 4 kali, Tionghoa 3 kali, kemudian kata “pembunuhan”, “minta”, “akar kekerasan”, “menyerukan” masing-masing muncul 2 kali. Lalu, kata “Dayak” muncul hanya 1 kali.

Kesimpulan

Iklan adalah salah satu dari isi media. Bukan tanpa maksud para penggagas dan penyeru pe- san perdamaian di Kalimantan Barat memasang iklan “Seruan Pontianak”. Mereka sangat ma-

fhum mengenai keampuhan sebuah media di

dalam menyampaikan pesan kepada khalayak seperti halnya keampuhan pengaruh jarum suntik menyembuhkan pasien. Para penggagas dan pemasang iklan “Seruan Pontianak” meng-

anut teori jarum suntik (hypodermic needle theory)

yang meyakini bahwa media massa mempunyai

dampak langsung, segera, dan sangat berpe- ngaruh pada khalayaknya.

Para penggagas dan pemasang iklan “Se- ruan Pontianak” berupaya untuk menggi ring khalayak mengetahui sesuatu, dan setelah mengetahui sesuatu, khalayak terpengaruh. Jika pengaruhnya sedemikian kuat maka khalayak akan melakukan sesuatu sesuai dengan pesan dalam iklan tersebut.

Para penggagas iklan “Seruan Pontianak” secara cermat telah menghitung siapa khalayak

yang dijangkau atau khalayak yang akan diterpa

oleh pesan iklan tersebut, yaitu khalayak pem-

baca tiga media yang terbit di Pontianak (Borneo

Tribun, Tribun Pontianak, dan Pontianak Post) yang dipasangi iklan, yakni masyarakat Kalimantan Barat. Hal ini sesuai sebagaimana dikemukakan

Fowles (1996) bahwa dalam iklan terdapat kore-

lasi antara pesan dan konsumen. A tension exist

between the advertising message and the individual

consumer, a tension reflected in the composition of

the message (Fowles, 1996: 93). Terdapat tekanan

tertentu yang hendak disampaikan sebuah iklan

kepada khalayaknya dan tekanantersebut terda-

pat dalam komposisi pesannya.

Dalam iklan “Seruan Pontianak”, tekanan- nya terdapat dalam seruan perdamaian agar semua pihak segera mengakhiri permusuhan. Hendaknya kekerasan di Kalimantan Barat diki- kis habis sampai ke akar-akarnya. Semua pihak, terutama Pemerintah, diharapkan menjaga per- damaian tersebut. Karena inti iklan adalah pe- san perdamaian yang diserukan dari kota Pon- tianak maka iklan tersebut diberi judul “Seruan Pontianak”.

Daftar Pustaka

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. 2009. Mass

Communication Theory: Foundations, Ferment, and Feature. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd.

Berger, P. L. dan T. Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociol- ogy of Knowledge. Garden City, NY: Anchor Books.

Blumer, H. 1969. Symbolic Interactionism: Perspec- tive and Method. Englewood Cliffs, NJ: Pren- tice-Hall.

Davidson, Jamie. 2009. From Rebellion to Riots:

Collective Violence on Indonesian Borneo. Sin- gapore: NUS Press.

Donald L. Harowitz. 1985. Ethnic Groups in Con-

flict. California: University of California. Deetz, Stanley. 1976. “Gadamer’s Hermeneutics

and American Communication Studies”, paper presented at the Annual International Colloquium on Verbal Communication. Djuweng, Stepanus dan Wolas Krenak. 1993.

Manusia Dayak: Orang Kecil yang Terperang- kap Modernisasi. Pontianak: Institute of Daya- kologi Research and Development.

Djuweng, Stepanus. 1997. Indigenous peoples and

land-use policy in Indonesia: A Dayak Showcase

Pontianak: Intitute of Dayakology Research and Development.

Evans, H.N. Ivor. 1922. Among Primitive Peoples

in Borneo. London: Seeley-Service & C.O. Limited.

Feith, Herbert. 1999. Pemilihan Umum 1955. Ja- karta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Flynn, Sydwell Mouw. 2004. Up The Notched-Log Ladder Arthur and Edna Among The Dayaks of

Borneo. Author House.

Fowles, Jib. 1996. Advertising and Popular Culture. California: Sage Publications, Inc.

Gadamer, Hans-Georg. 1975. Truth and Method.

London-New York: Continuum.

Grant, Edward. 1996. The Foundations of Modern

Science in The Middle Ages: Their Religious, Institutional, and Intellectual Context. Cam- bridge: Cambridge University Press.

Gunter, Barrie. 2000. Media Research Methods.

London: Sage Publications Ltd.

Harian Equator, 27 September 2012.

Horowitz, DL.1985. Ethnic Groups in Conflict.

Berkeley: University of California Press.

_________. t.t. “Ethnic Confict Theory” dalam

www.polsci.wvu.edu/ diunduh pada 2 No-

vember 2012.

Handrianto, Budi. 2006. Kebeningan Hati &

Pikiran. Depok: Gema Insani.

Heidhues, Mary Somers. 2003. Golddiggers, Farm-

ers, and Traders in the “Chinese District” of West Kalimantan, Indonesia. Ithaca: Cornell South- east Asia Program Publications.

_________.2003. “Primitive’ Politics: The Rise

and Fall of the Dayak Unity Party in West

Kalimantan, Indonesia” dalam ARI Working

Paper Series. Singapore: National University of Singapore.

_________. 2008. From Rebellion to Riots: Collective

Violence on Indonesian Borneo. Madison: The University of Wisconsin Press.

Heiner, Robert. 2002. Social Problems: An Intro-

duction to Critical Constructionism. Oxford: Oxford University Press.

Iklan layanan masyarakat “Seruan Pontianak”

dalam Borneo Tribune, Tribun Pontianak, dan

AP Post pada hari Senin, 28 September 2009.

Kadarusman. 1969. Masalah Cina. Pontianak:

Pemda Tingkat I Kalimantan Barat.

Kadarusno. 1997. Kalimantan Barat Membangun.

Memori sebagai Gubernur KDH Tingkat I Kal- bar 1972-1977. Pontianak: Mandau Dharma.

Kaid, Lynda Lee. 2004. Handbook of Political Com-

munication Research. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publishers.

Karman, Hasan. 2012. Pengelolaan Lingkungan

Fisik dan Sosial Etnis Tionghoa Eks Pengungsi Kerusuhan 1967. Disertasi pada Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun Jakarta.

Katz, E. dan Lazarsfeld, P. 1955. Personal Influ- ence. New York: The Free Press.

Katz, Helen. 2010. The Media Handbook: A Com-

plete Guide to Advertising Media Selection. New York: Routledge.

Klinken, van Gerry. 2007. Perang Kota Kecil. Ja- karta: Yayasan Obor Indonesia.

Kolodzy, Janet. 2006. Convergence Journalism.

Maryland: Rowman & Littlefield Publishers,

Inc.

Lasswell, Harold D. and Abraham Kaplan.1952.

Power and Society. London: Routledge and Kegan Paul.

Leiss, William, dkk. 2005. Social Communication

in Advertising: Consumption in the Market- place. New York: Routledge.

Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss (edi-

tors). 2009. Encyclopedia of Communication

Theory. California: Sage.

Lontaan, J.U. 1975. Sejarah, Hukum dan Adat Is-

tiadat Kalimantan Barat. Pontianak: Pemda Tingkat I Kalbar.

Lonsen, F.X. dan L.C. Sareb. 2002. Hukum Adat Dayak Kecamatan Jangkang Kabupaten Sang- gau Kalimantan Barat. Dewan Adat Kecama- tan Jangkang.

McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media: The

Extensions of Man. New York: McGraw Hill.

Nöth, Winfried. 1997. Semiotics of the Media: State

of The Art, Projects, and Perspectives. Berlin: Mouton de Gruyter.

Olong, Hatib Abdul Kadir. Tato. 2006. Yogyakar-

ta: LKiS.

Ooi, Keat Gin. 2001. The Japanese Occupation of

Borneo 1941-45. New York: Routledge. Parry, Richard Lloyd. 2005. In the Time of Mad-

ness: Indonesia on the Edge of Chaos. London: Random House.

Petebang, Edi. 1998. Dayak Sakti: Ngayau, Tar-

iu, Mangkok Merah (Konflik Etnis di Kalbar

1996/1997). Pontianak: Institut Dayakologi.

Petebang, Edi dan Eri Sutrisno. 2000. Konflik Et-

nik di Sambas. Jakarta: Institut Studi Arus In- formasi.

Sellato, Bernard. 1992. Hornbill and Dragon: Art

and Culture Borneo. Singapore:

Surmanek, Jim. 1996. Media Planning. Chicago:

NTC Business Book.

Surrete, Ray. 2007. Media, Crime, and Criminal Jus-

tice. Belmont: Wadsworth.

van Klinken, Gerry. 2007. Perang Kota Kecil: Kek-

erasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Wernick, Andrew. 1991. Promotional Culture: Ad-

vertising, Ideology, and Symbolic Expression: Theory, Culture & Society Prio Monographs. Sage Publications.

Pendahuluan

Animasi dengan menggunakan teknik mask dan vertex dapat dilakukan, beberapa orang menye-

butnya dengan nama vector animation. Namun

sebenarnya, istilah vector ini menjadi rancu bila

ternyata gambar yang digunakan bukanlah hasil

ilustrasi yang dibuat berdasarkan digital vector,

tetapi bitmap dari hasil photo lalu digerakkan

seperti puppet yang menekankan animasi ber-

dasarkan sambungan seperti di area persendi- an.

Teknik ini sudah muncul di zaman masa lalu sekitar abad 15 di masa Kerajaan Demak area di Indonesia kini, yaitu oleh Raden Patah dan di-

sebut dengan nama Wayang seperti Gambar 1

di bawah, wayang

berarti bayangan

sebab mirip de-

ngan teknik shadow

puppet yang meng-

gunakan tangan

dan diberi sinar dari arah depan sehingga tercipta bayangan jatuh di

belakang ta ngan

yang jatuh di tem- bok atau kain atau media lain sesuai kebutuhan.

Walk Cycle suatu Karakter Sederhana

Dalam dokumen Aplikasi Gaya Pop dan Unsur Budaya Indon (Halaman 54-57)