• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senarai Nama Penggagas Iklan dan Pe nyeru Perdamaian

Dalam dokumen Aplikasi Gaya Pop dan Unsur Budaya Indon (Halaman 50-52)

Para tokoh penyeru perdamaian adalah juga bagian integral dari iklan. Mereka adalah nama yang menggagas dan menyerukan pesan perda- maian “Seruan Pontianak”.

Mengetahui siapa mereka sangat penting untuk memahami makna dan menangkap sua- sana jiwa di balik teks iklan tersebut. Mengapa?

Karena teks iklan sebagai symbolic reality meru-

pakan hasil konstruksi dari subjective reality dan

hasil konstruksi oleh masing-masing individu, penggagas dan penyeru iklan perdamaian “Se- ruan Pontianak” ini ternyata tidak jauh berbeda. Sementara hasil konstruksi subjektif ini ada-

lah cerminan atau refleksi dari realitas objektif

(Berger dan Luckmann, 1966), yakni konstruksi realitas sosial atas peristiwa kekerasan yang ter- jadi selama ini di Kalimantan Barat.

Berikut ini senarai nama penggagas dan pe- nyeru perdamaian “Seruan Pontianak”. Urutan nama didasarkan secara alfabetis, bukan pada penting tidaknya tokoh atau kedudukan mereka dalam masyarakat. Senarai tokoh penyeru per- damaian itu sebagai berikut.

Abdullah H.S., Agustinus, Ahmad Shiddiq, Al- exander Mering, Amrin Zuraidi Rawansyah, Andi

Fachrizal, Andi Nuradi, Andika Lay, Andreas Har- sono, Ansela Sarating, Aseanty Widaningsih Pahlevi, Aswandi, Aulia Marti, Bas Andreas, Basilius Trihary- anto, Benny Susetyo Pr, Bong Su Mian, Budi Miank,

Budi Rahman, Chairil Effendy, Charles Wiriawan,

Deman Huri Gustira, Dewi Ari Purnamawati, Dian

Lestari, Dwi Syafriyanti, Faisal Riza, Fitriani, Frans

Tshai, Gerry van Klinken, Gusti Suryansyah, Gustiar, Hairul Mikrad, Haitami Salim, Hamka Siregar, Hen- drikus Christianus, Heriyanto Sagiya, Hermayani Putera, Ilyas Bujang, Indah Lie, Johanes Robini Mari- anto OP, K. Husnan K.H. Nuralam, Koesnan Hoesie, Kristianus Atok, Laili Khairnur, Marselina Maryani Soeryamassoeka, Max Yusuf Alqadrie, Mohammad, Nur Iskandar, Nuralam, Pabali Musa, Padmi Tjan-

dramidi, Pahrian Siregar, Paulus Florus, Pay Jarot Su- jarwo, Ridwan, Rizal Adriyanshah, Rizawati, Rizky Wahyuni, Rohana, Sapariah Saturi Harsono, Sarumli

Sanah, Severianus Endi, Siti Lutfiyah, Stefanus Akim,

Subardi, Subro, Supriadi, Syamsudin, Tan Tjun Hwa, Tanto Yakobus, Viryan Azis, W. Suwito, Wendi Jayan- to, Yohanes Supriyadi, Yulianus, Yusriadi, dan Zeng Wei Jian.

Para penggagas dan penyeru pesan perda- maian “Seruan Pontianak” tersebut adalah tokoh lintas agama, suku, strata sosial, ekonomi, poli- tik, dan tidak semuanya berdomisili di wilayah Kalimantan Barat. Akan tetapi, mereka memi- liki hasil konstruksi yang sama atas pe ristiwa kerusuhan sosial yang terjadi di Kali mantan Ba- rat. Mereka sama-sama menginginkan agar kon-

flik dapat segera dicabut hingga akar-akarnya sehingga konflik antaretnis di Kalimantan Barat

tidak terulang lagi.

Hal itu diakui oleh Nur Iskandar, salah satu penggagas iklan tersebut. Adalah Nur juga yang menandatangani iklan permohonan maaf satu halaman penuh yang dimuat pada 7 Oktober 2009 di tiga koran yang memuat “Seruan Pon- tianak”. Mengapa permohonan maaf ini harus terbit, tidak menjadi fokus pembahasan. Akan tetapi, sebagaimana dikemukakan Nur Iskan-

dar2, “Sebenarnya iklan ‘Seruan Pontianak’ tidak

pernah benar-benar dicabut. “Pencabutannya atas permintaan dan desakan beberapa pihak karena merasa iklan kami tendensius. Jika tidak dicabut, iklan tersebut dapat menimbulkan ke- salahpahaman sehingga potensial memicu per- tikaian terbuka.”

Menurut Nur Iskandar, iklan “Seruan Pon-

tianak” adalah upaya dan langkah preventif para penggagasnya didorong keinginan untuk

menghentikan konflik antaretnis yang sudah

berlangsung sejak lama dengan skala yang se- makin masif.

Ibarat api, kita jangan menunggu sampai be- sar baru dipadamkan. Selain panik, kita jadi

takut. Demikian konflik etnis di Kalimantan

Barat yang terjadi berkali-kali dan semakin lama semakin mengkhawatirkan. Orang boleh mengatakan bahwa seruan perdamai- an itu tiba-tiba, tidak ada angin tidak ada hujan. Tetapi ini benar-benar pengalaman di lapangan, betapa persoalan sepele mulai

dari masalah pribadi hingga perkelahian

kelompok dapat memicu konflik horizontal

yang menyeret massa yang lebih luas. Kita tidak mau pengalaman masa lalu terulang lagi. Kita ingin tindakan preventif. Jika ada kasus serupa, kita serahkan kepada aparat keamanan.

Senarai nama para penyeru iklan “Seruan

2

Wawancara dengan Nur Iskandar di Pontianak, 26 Mei 2012.

Gambar 3: Iklan permintaan maaf dari penyeru perdamaian “Seruan Pontianak”

Pontianak”, ternyata tidak duduk bersama da- lam satu meja perundingan sebelum mempub-

likasikannya. Menurut Edi Petebang3, yang me-

ngaku membaca draft iklan “Seruan Pontianak”

sebelum dipublikasikan dan memberikan usul- an bagaimana sebaiknya, iklan itu sendiri sarat kontroversi. Petebang kemudian mengusulkan dua hal, tetapi tidak digubris sehingga ia meno- lak dimasukkan ke dalam senarai nama pengga- gas iklan (blog Edi Petebang, Pontianak, 8 Okto- ber 2009).

Kemudian, saya kirim usulan/saran ter-

hadap isi draft SP tersebut. Intinya: secara

esensi saya setuju; tetapi secara teknis dan

3

kepatutan tidak setuju. Karena itulah, saya mengusulkan dua hal: pertama, jangan me- masukkan angka-angka dan penyebutan nama etnis; kedua, kata-kata yang dipakai jangan vulgar. “Jika dua usulan saya ini tidak bisa diakomodir, maka saya menolak namanya dimasukkan,” pinta saya. Akhir- nya, nama saya pun tidak ada di SP terse- but.

Menurut Petebang, terdapat empat keberat- an yang membuatnya menolak namanya di- masukkan ke dalam senarai penggagas.

Pertama, kemunculannya yang tiba-tiba yang menimbulkan pertanyaan “ada apa?” di baliknya.

Kedua, soal data korban. Data korban terse- but cenderung tendensius merujuk etnis terten- tu. Kalau mau jujur, bukankah etnis lain (yang tidak disebut dalam SP itu) juga puluhan, bah- kan ratusan yang jadi korban? Jika memang mau

fair, mestinya semuanya dipaparkan.

Ketiga, cara penyampaian yang vulgar dan kasar.

Keempat, penyebutan nama seakan-akan di- catut sehingga keesokan harinya banyak yang menarik diri.

Iklan “Seruan Pontianak” sebagai Sym-

Dalam dokumen Aplikasi Gaya Pop dan Unsur Budaya Indon (Halaman 50-52)