• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

penilaian otentik.

2. Pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang terencana dalam proses pembentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, dimana ciri-ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan diperdayakan melalui teladan atau perbuatan dalam kehidupan sehari-hari

3. Pendekatan tematik integratif adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan suatu konsep dan memecahkan sendiri konsep tersebut. 4. Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dilandasi dengan pendekatan ilmiah yang dirancang sedemikian rupa, di mana peserta didik diharapkan dapat mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya secara utuh sehinggah dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalahnya sendiri.

5. Penilaian otentik adalah jenis penilaian yang dilakukan guru secara menyeluruh kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui proses pengambilan data yang bisa memberikan gambaran kepada guru untuk melakukan penilaian.

6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari LKS, media pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap mulai dari Satuan Pendidikan, Kelas/ Semester, Tema/ Sub Tema, Pertemuan ke berapa, Alokasi Waktu, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran,

Materi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode, Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian dan lampiran-lampiran. 2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi

siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Dalam kurikulum SD 2013 RPPTH disusun dengan menggunakan pendekatan tematik integratif. Dalam pendekatan tematik integratif, materi ajar disampaikan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh muatan pelajaran. Kompetensi dari berbagai muatan pelajaran diintegrasikan ke dalam berbagai tema yang mengintegrasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik, yang terdiri dari kegiatan mengamati (observating), mananya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan.

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik terdiri dari beberapa jenis yaitu; penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis. Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Kinerja siswa dinilai melalui pengamatan menggunakan lembar pengamatan. Penilaian proyek digunakan untuk menilai tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa menurut periode

waktu tertentu berupa investigasi yang dilakukan oleh siswa mulai perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Penilaian portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang sengaja dibuat dan mencerminkan runtutan upaya siswa. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD dimana penyusunannya memperhatikan penulisan tanda baca, huruf kapital, nama orang, nama tempat dan juga tanda tata penghubung.

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

Menurut Hidayat (2013: 1), setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum yang diterapkan telah mengalami sejumlah pergantian atau perubahaan yang merupakan akibat dari sistem ekonomi, sosial budaya, ekonomi, dan perkembangan IPTEK. Menurut Arifin (2011: 1), kurikulum merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan sebagai pedoman pelaksanaan suatu pembelajaran pada semua jenjang pendidikan yang berlaku disuatu Negara tertentu. Di Indonesia kurikulum dilandasi atas filsafat dan dasar Negara yang berlaku, yaitu Pancasila dan UUD 1945 (

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Menurut Hidayat (2013: 111), setiap perubahaan kurikulum yang dilakukan menunjukan bahwa sistem kurikulum bersifat dinamis mengikuti setiap perubahaan dan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum tidak semata dirubah begitu saja, tetapi perubahan kurikulum harus memiliki tujuan dan arah yang jelas, sehingga jelas tujuan yang dihasilkan dari perubahan kurikulum tersebut, begitupun dengan perubahan kurikulum SD 2013. Kurikulum SD 2013

diharapkan menghasilkan produk yang mampu menghadapi tantangan dimasa yang akan datang.

Pengembangan kurikulum SD 2013 merupakan lanjutan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai dirintis pada tahun 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Daryanto & Sudjendro, 2014:28). Perubahaan dan pengembangan kurikulum SD 2013 juga diperlukan karena adanya beberapa kesenjangan yang terjadi pada kurikulum saat ini (KTSP) sekaligus untuk mengantisipasi tantangan perkembangan zaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Berikut menurut Mulyasa (2014: 61), tabel kesenjangan kurikulum yang berlaku saat ini.

Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL

A. KOMPETENSI LULUSAN

1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter

1. Berkarakter mulia 2. Belum menghasilkan keterampilan

sesuai kebutuhan

2. Keterampilan yang relevan 3. Pengetahuan-pengetahuan lepas 3. Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. MATERI PEMBELAJARAN 1. Belum relevan dengan kompetensi

yang dibutuhkan

1. Relevan dengan materi yang dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial 3. Terlalu luas, kurang mendalam 3. Sesuai dengan tingkat

perkembangan anak C. PROSES PEMBELAJARAN

1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran berorientasi

pada pada buku teks

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual

bahasan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN

1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proposional

2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan

2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogik, sosial, dan personal 2. Fokus pada ukuran kinerja PTK 2. Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM 1. Satuan pendidikan mempunyai

pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3. Pemerintah hanya menyiapkan

sampai standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

Menurut Hidayat (2013: 122) dan Abidin (2014: 8), pada dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma belajar, yaitu perubahan bagaimana pendidikan itu seharusnya diselenggarakan dan makna dari pendidikan itu sendiri dimana pendidikan akan dihadapkan sejumlah tantangan yang semakin berat di masa yang akan datang. Salah satu tantangannya adalah bagaimana pendidikan dapat menghasilkan produk manusia yang utuh. Pada kurikulum sebelumnya, produk yang dihasilkan dari kurikulum adalah sumber daya manusia yang lebih dititikberatkan pada kompetensi

berpikir dan komunikasi. Untuk mengubah semuanya itu perlu perubahaan

terhadap pola pikir manusia. Berikut ini merupakan merupakan penyempurnaan pola pikir yang dikemukakan oleh Mulyasa (2014: 63).

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir

No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar Isi dirumuskan

berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan 4. Kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

Menurut Hidayat (2013: 126), salah satu ciri yang menandakan perubahan pada kurikulum SD 2013 adalah empat standar pendidikan yang meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Lebih lanjut menurut Mulyasa (2014: 77), pengembangan kurikulum SD 2013 ditandai dengan penataan ulang pada tingkat nasional terhadap Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. Elemen perubahaan kurikulum SD 2013 dituangkan dalam table berikut ini.

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

ELEMEN DESKRIPSI

SD SMP SMA SMK

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Kedudukan mata

pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Pendekatan (ISI)

Kompetensi dikembangkan melalui Tematik terpadu

dalam semua mata pelajaran

Mata pelajaran Mata pelajaran wajib dan pilihan

Mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) ISI - Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya - Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains - Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6 - Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran - TIK menjadi media semua mata pelajaran - Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler - Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10 - Jumlah jam bertambah 6 JP/ minggu akibat perubahaan pendekatan pembelajaran - Perubahaan sistem ada pada mata pelajaran wajib dan ada pada mata pelajaran pilihan - Terjadi

pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa - Jumlah jam bertambah 2 JP/ minggu akibat perubahaan pendekatan pembelajaran - Penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spectrum kebutuhan saat ini - Penyeragaman mata pelajaran dasar umum - Produktif disesuaikan dengan tren perkembangan industri - Pengelompokkan mata pelajaran produktif sehinggah tidak terlalu rinci pembagiannya. ELEMEN DESKRIPSI SD SMP SMA SMK Proses pembelajaran

- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat

- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan Tematik dan

terpadu

IPA dan IPS masing-masing

Adanya mata pelajaran wajib,

Kompetensi keterampilan yang

diajarkan secara terpadu

pilihan sesuai bakat dan minatnya

sesuai dengan standar industri Penilaian - Penilaian berbasis kompetensi

- Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) - Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL - Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama

penilaian Ekstrakurikul er - Pramuka (wajib) - UKS - PMR - Bahasa Inggris - UKS - Pramuka - PMR - Dll

Perlunya ekstrakurikuler partisipasi aktif siswa dalam

permasalahan kemasyarakatan (menjadi bagian dari pramuka)

b. Penguatan Pendidikan Karakter 1) Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang membentuk kepribadian sesorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormmati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. (Thomas Lickona: dalam Mahmud, 2012: 23).

Menurut Scerenko (1997), dalam Samani dan Hariyanto (2012: 45) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diperdayakan melalui teladan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik

emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).

Menurut Maksudin (2013: 82) pendidikan karakter adalah suatu proses ilmiah pengembangan format kemampuan dan pemikiran yang diinginkan yang berhubungan dengan isu nilai-nilai.

Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 42), pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Menurut Aqib (2012: 36), pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehinggah peserta didik berperilaku sebagai insani kamil.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang terencana dalam proses pembentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, dimana ciri-ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan diperdayakan melalui teladan atau perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 43), pendidikan karakter memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut ini; a) Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran

baik, dan berperilaku baik”.

b) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

c) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

c. Pendekatan Tematik Integratif

Kemendikbud pertama kali mulai menerapkan kurikulum SD 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 di beberapa sekolah yang dijadikan sebagai model implementasi kurikulum SD 2013 di semua jenjang pendidikan sekolah terutama jenjang SD/MI karena pada jenjang ini paling banyak terjadi perubahaan. Tematik integratif merupakan salah satu ciri implementasi kurikulum SD 2013 pada jenjang SD (Majid, 2014: 80).

Menurut Daryanto & Sudjendro (2014: 81), tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Menurut Majid (2014: 86), pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam beberapa tema.

Tema mempunyai maksud untuk menyatukan isi dari kurikulum menjadi satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan Bahasa peserta didik, dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Lebih lanjut menurut Hosnan (2014: 364), pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehinggah siswa dapat menemukan pengalaman nyata secara langsung dan melatih kemandirian siswa dalam menemukan sesuatu hal dan memecahkan sendiri masalah tersebut. Melalui pengalaman nyatanya tersebut siswa dapat memahami berbagai hal karena apa yang dipelajarinya bukan hanya membahasa masalah yang dihadapinya itu melainkan juga masalah-masalah atau konsep-konsep lain lain yang masih berhubungan. Untuk mewujudkan semuanya itu, guru perlu merancang pembelajar yang dapat membuat pengalaman belajar menjadi lebih bermakna dan lebih efektif.

1) Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid (2014: 89), dalam membuat perencanaan pembelajaran siswa, guru haru mengetahui beberapa prinsip pembelajaran tematik integratif dalam implementasi kurikulum SD 2013 sebagai berikut ini;

a) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, kontekstual, dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema merupakan alat pemersatu materi dari beberapa mata pelajaran yang berhubungan.

b) Pembelajaran tematik integratif harus mencakup materi dari beberapa mata pelajaran yang mungkin saling berkaitan. Materi-materi yang terpilih akan menjelaskan tema secara lebih bermakna.

c) Pembelajaran tematik integratif sebisa mungkin mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

d) Materi pembelajaran yang disatukan dalam satu tema harus mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

e) Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu memaksa, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

2) Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Selain mengungkapkan prinsip pembelajaran tematik integratif, Majid (2014: 89), juga mengemukakan karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut;

a) Berpusat pada siswa (student cantered)

Sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar dan guru sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran.

b) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Melalui pengalaman langsung siswa dihadapkan dengan masalah-masalah konkrit sebagai dasar untuk memahami sesuatu yang lebih abstrak. c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain menjadi tidak begitu jelas. Hal ini dikarenakan fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu untuk memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini sangat diperlukan siswa dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

e) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah siswa sekalipun.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain di luar kelas. Ketika tema yang akan dipelajari berhubungan dengan alam maka siswa akan belajar di luar kelas.

3) Tahapan Pembelajaran Terpadu

Selanjutnya dalam modul PLPG (2013: 197), dijelaskan prosedur perancangan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:

a) Memilih dan menentukan tema

Guru harus terlebih dahulu memetakan terlebih dahulu tema-tema pengikta keterpaduan. Untuk itu guru juga harus berdiskusi dengan siswa menentukan tema berdasarkan minat dan kebutuhan siswa sendiri.

b) Melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar, serta membuat indikator

Guru terlebih dahulu membaca dan memahami semua SKL, KI, dan KD dari semua mata pelajaran yang akan dipadukan. Setelah guru memiliki beberapa tema untuk satu tahun pembelajaran, guru selanjutnya mulai menganalisis SKL, KI, dan KD dari semua mata pelajaran yang akan dipadukan.

langkah terakhir adalah guru mulai merumuskan indikator berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

c) Melakukan pemetaan kompetensi dasar, indikator dengan tema Kompetensi dasar dari semua mata pelajaran telah disediakan dalam kurikulum SD 2013 dan juga tema untuk setiap proses pembelajaran untuk kelas satu sampai kelas enam juga telah dibuat oleh tim pengembang kurikulum SD 2013, namun demikian guru juga masih perlu mengembangkan indikator dan melakukan kegiatan pemetaan kompetensi dasar dan indikator tersebut dikaitkan dengan tema yang sudah tersedia dimasukan kedalam format pemetaan agar lebih mudah dalam proses penyajian pembelajaran, indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu dengan cara memberikan tanda cek (√)

pada indikator tersebut.

d) Membuat jaringan tema kompetensi dasar

Setelah melakukan pemetaan kompetensi dasar, indikator dengan tema dalam satu tahun pelajaran dan telah memetakan indikator mana saja yang akan disajikan dalam tema, maka sebaiknya dilanjutkan dengan membuat jarring KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format jaringan KD dan indikator.

e) Menyusun silabus tematik terpadu

Setalah guru membuat jaringan KD dan indikator, guru kemudian menyusun silabus tematik untuk lebih memudahkan guru dalam meliha seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan dalam proses pembelajaran. Di dalam silabus tematik ini memberikan gambaran secara umum tema yang dipilih akan disajikan dalam beberapa minggu dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam penyajian tema tersebut.

f) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik terpadu

Langkah yang paling terakhir dalam perancangan adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik terpadu. Dalam RPP tematik terpadu ini diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam tema.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik terpadu adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan suatu konsep dan memecahkan sendiri konsep tersebut. Tema yang diambil pun tidak jauh dari lingkungan siswa, semuanya diambil berdasarkan kondisi dan tempat siswa melakukan

aktifitasnya. Terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti setiap proses pembelajaran yang berlangsung.

d. Pendekatan Saintifik

Menurut Abidin (2014: 127), pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Menurut Hosnan (2014: 34), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Dalam Modul PLPG (2013: 200), pendekatan saintifik dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi pelajaran dengan menggunakan metode saintifik. Dalam metode saintifik informasi dapat diperoleh dari mana saja, kapan saja, dan tidak tergantung pada satu sumber

informasi saja, yaitu guru. Sangat diharapkan dengan menggunakan metode belajar ini, peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu oleh guru.

Penerapan metode saintifik dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses yang meliputi, pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Semua kegiatan itu dilakukan oleh siswa sendiri, guru hanya sebatas mengawasi dan membimbing kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk melatih kedewasaan siswa, melatih siswa untuk berpikir kritis, dan melatih siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Hosnan, 2014: 34) dan (Modul PLPG, 2013: 200).

Berdasarkan pandangan para ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dilandasi dengan pendekatan ilmiah yang dirancang sedemikian rupa, dimana peserta didik diharapkan dapat mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya secara utuh

Dokumen terkait