• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar

Kurikulum secara konseptual adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi mudah bangsanya.Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Pada saat itu, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh seorang pelari dalam tempat berpacu mulai dari start sampai finish.

Kurikulum merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan pencapaian pendidikan, pada kurikulum 2013 ada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi.

Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau suatu pendidikan.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru di Indonesia yang mulai diteapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 juga merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006. Kurikulum 2013 dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penugasan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa, 2013:68).

Daryanto (2014: 320) mengatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 atau biasa disebut dengan KTSP. Kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman yang mencakup belajar seorang siswa serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa, baik berada di sekolah maupun di luar

sekolah yang didasarkan atas tanggung jawab sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan (Arifin, 2013). Hamalik, (2007) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum bersifat dinamis yang berarti kurikulum akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat yang terus berkembang serta kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, dimana hal tersebut berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa sesuai dengan rancangan program-program dalam pendidikan yang mencakup kegiatan dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik dibanding dengan kurikulum sebelumnya, di antaranya:

Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013 pada Bab III poin E menjelaskan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 pada sekolah dasar dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2014:45) yang menuturkan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan salah satu bentuk pembelajaran terpadu (integrated instruction). Yani (2014:118) menuturkan bahwa pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 menggunakan model webbed atau jaring laba-laba.

Pengembangan kurikulum 2013 dimulai dengan menentukan tema. Tema di sini adalah wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada siswa secara menyeluruh. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi sub-tema dengan tetap memperlihatkan keterkaitan antar mata pelajaran lain. Setelah itu, dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung (Yani, 2014:118). Joni (dalam Prastowo, 2014: 59) memaparkan bahwa pembelajaran terpadu akan terjadi apabila eksplorasi topik atau tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema atau peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. Hal ini

menjelaskan bahwa kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik yang merupakan salah satu contoh pembelajaran terpadu.

b. Menggunakan pendekatan saintifik

Abidin (2014:125) mengungkapkan bahwa pendekatan

saintifik menutut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli

sains. Siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas

selayaknya langkah-langkah penerapan metode ilmiah. Pendekatan saintifik menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat (Barringer dalam Abidin, 2014:125).

Sujarwanta (2012:75) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya. Apa yang diperoleh dan dipelajari siswa dilakukan dengan indera dan akal pikirannya sendiri sehingga siswa mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik (Fadlillah, 2014:175). Pendekatan saintifik dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikan (communicating).

Kegiatan pembelajaran ini dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa secara maksimal. Kelima proses pelajar secara saitinfik tersebut diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran (Fadlillah, 2014:176). c. Mengembangkan pendidikan karakter

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat pada kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan (Mulyasa, 2013:7).

Yani (2014:54-65) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan perubahan mindset baru untuk memudahkan guru melakukan pekerjaannya, khususnya dalam melakukan penilaian aspek sikap. Aspek sikap dalam kurikulum 2013 terdapat dalam Kompetensi Inti pertama dan kedua (sikap spiritual dan sosial).

Hal ini membuktikan besarnya muatan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013.

d. Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.Artinya, Kurikulum 2013 dianggap berhasil jika siswa memiliki kemampuan menganalisis, mengomunikasikan dan mencipta. BSNP (dalam Yani, 2014:74) mengungkapkan bahwa pendidikan bukan hanya membuat siswa berpengetahuan, melainkan juga menganut sikap keilmuan yang ilmiah yaitu kritis, logis, inventif dan inovatif, serta konsisten dan adaptif.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya sehingga memungkinkan siswa untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara berpikir kritis, logis dan analitis (Abidin, 2014:125).

e. Penilaian autentik

Fadlillah (2014:178) menyebutkan bahwa penilaian

autentik merupakan karakteristik kurikulum 2013 yang menjadi

pembeda dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 menekankan proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assessment). Penilaian

autentik dikatakan apabila siswa diminta untuk menampilkan

tugas atau situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna (Mueller dalam Kurinasih dan Sani, 2014:58).

Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan arti penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output). Proses penilaian berjalan bersama-sama dengan proses pembelajaran meliputi kesiapan, proses dan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penilaian autentik dapat lebih mudah membantu para guru dalam mengetahui pencapaian kompetensi siswa yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sebab untuk ketiga kompetensi tersebut ada instrumen penilaian masing-masing (Fadlillah, 2014:179).

Penilaian autentik yang dilakukan meliputi tiga aspek penilaian yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, pengamatan, evaluasi diri atau evaluasi antar teman. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Penilaian keterampilan dapat dilakukan melalui penilaian kinerja, produk dan portofolio (Majid dan Rochman, 2014:7).

Pernyataan di atas sedikit berbeda dengan pernyataan Kunandar (2014:26) yang menerangkan bahwa kurikulum 2013 memiliki Kompetensi Inti (KI) sebagai salah satu karakteristiknya. Kompetensi Inti merupakan gambaran secara kategorial yang nantinya akan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya siswa menguasai kompetensi yang ada yang diharapkan menghasilkan tingkat yang memuaskan. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi dan hasilnya segera diikuti pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi yang memuaskan.

Dalam Pemendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah Bab II Pasal 2 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sedangkan Majid (2014:50) menerangkan bahwa kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki pada satuan pendidikan atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Pemendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah Bab II Pasal 2 juga menyebutkan bahwa kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Dengan demikian, kompetensi inti digunakan untuk mencapai standar kompetensi lulusan, kemudian dispesifikkan lagi menjadi kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti.

Dokumen terkait