• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABUHAN BILIK: Pusat Pemerintahan Belanda Kedua Tahun 1895-1932

PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN BELANDA DI LABUHAN BATU (1865-1932)

5.2 LABUHAN BILIK: Pusat Pemerintahan Belanda Kedua Tahun 1895-1932

Labuhan Bilik merupakan wilayah dari kesultanan Panai, berada di hilir sungai Panai membuat wilayah ini sangat strategis. Wilayah ini memiliki posisi strategis karena berada di muara, pertemuan aliran sungai Bilah dan sungai Panai yang mengalir langsung ke Selat Malaka melalui sungai Berombang.133 Pemerintah Belanda melihat wilayah Labuhan Bilik sangat strategis untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

Pada tahun 1895 pusat pemerintahan Belanda di Kampung Labuhan Batu dipindahkan ke Labuhan Bilik. Hal ini sehubungan dengan surat dari Resident Sumatra Timur tanggal 5 Oktober 1893 No. 4167/4 serta Besluit pemerintah Belanda tanggal 23 Januari 1894 No.22 yang mengusulkan untuk mengalihkan pusat administrasi Controleur Labuhan Batu yang berada di Kampung Labuhan Batu ke Labuhan Bilik.134

Pada tahun 1894 Residen Sumatera Timur W.J.M. Michelsen memerintahkan Controleur Labuhan Batu A.J.W. Vermandel untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke Labuhan Bilik. Hal tersebut tertulis dalam surat Residen

133 Naf’an Rathomi “Pelabuhan Labuhan Bilik pada masa Kolonial Belanda(1862-1939)”, Skripsi-1 belum diterbitkan, Universitas Sumatera Utara, 2011, hlm. 2.

134 Resident Oostkust van Sumatra, Medan, den 13 Juli 1909 No. 3621/4.

tertanggal 28 Februari 1894 No. 17 yang berisi perintah, untuk menarik pusat pemerintahan Afdeeling Labuhan Batu ke Labuhan Bilik. Perpindahan pusat pemerintahan Afdeeling Labuhan Batu ke Labuhan Bilik baru dilaksanakan secara resmi pada tahun 1895, dalam besluit tertanggal 17 Juni 1895 No. 599 dan staatblad No. 149.135

Labuhan Bilik merupakan pelabuhan dan pusat perdagangan di Labuhan Batu yang di awasi oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1875.136 Pelabuhan ini merupakan pintu masuk ke wilayah Afdeeling Labuhan Batu sekaligus sebagai pelabuhan ekspor dan impor barang. Ada tiga perusahaan dagang yang membuka kantornya di Labuhan Bilik yaitu, Handel Mij. Guntzel & Schumachter, Harrisons &

Crosfiel Ltd, dan Van Nie & Co. Selain kantor dagang di Labuhan Bilik juga terdapat agen K.P.M. yang melayani pengangkutan barang dari pelabuhan Belawan, Tanjung Balai, Labuhan Bilik, Bagan Si Api-api, Bengkalis, Singapura, dan Penang.137

Perpindahan pusat pemerintahan Belanda ke Labuhan Bilik merupakan salah satu cara Controleur Labuhan Batu untuk mengawasi langsung kegiatan ekspor dan impor barang di pelabuhan. Selain melakukan pengawasan pelabuhan, perpindahan ini akan memudahkan dalam mengawasi wilayah Afdeeling Labuhan Batu. Sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di Labuhan Batu, wilayah Labuhan Bilik berkembang menjadi kota perdagangan.

135 Ibid.

136 Luckman Sinar, op.cit., hlm. 307.

137 M. Hamerster, op.cit., hlm. 31.

Wilayah Afdeeling Labuhan Batu yang sebelumnya memiliki luas wilayah 634.010 hektar, bertambah luas menjadi 858.990 hektar dengan bergabungnya wilayah Kualuh ke Afdeeling Labuhan Batu pada tahun 1886.138 Investasi perkebunan yang mulai berkembang di Afdeeling Labuhan Batu merupakan salah satu faktor utama dalam perpindahan pusat administrasi ini.

Pada tahun 1890 merupakan awal masuknya perkebunan di Afdeeling Labuhan Batu, yang didirikan oleh Maatschappij Swis Deli-Bila. Perusahaan ini membuka perkebunannya di Pulau Sikantan, yang letaknya berseberangan dengan Labuhan Bilik.139 Perusahaan ini membudidayakan tanaman tembakau, namun saat panen tiba hasil yang didapat tidak memuaskan. Hal tersebut terjadi akibat banjir yang membuat perkebunan tergenang oleh air dan merusak tanaman. Akibatnya perusahaan merugi dan menghentikan penanaman tembakau di Afdeeling Labuhan Batu pada awal tahun 1892.140

Beberapa tahun setelah penghentian penanaman tembakau, Maatschappij Swis Deli-Bila mencoba kembali membuka perkebunan baru di Afdeeling Labuhan

138 Luas wilayah keseluruhan Afdeeling Labuhan batu adalah 858.990 H.A atau 8.589,9 KM2 yang terdiri dari Bilah 279.000 hektar, Panai 103.010 hektar, Kualuh 224.980 hektar dan Kota Pinang 252.000 hektar. .Ph. J. Deys, Memorie van Overgave van de Onderafdeeling Labuhan Batu, Labuhan Bilik, 1926, hlm. 1.

139 Karl J. Pelzer, op.cit., hlm. 74.

140 P.H. Van Der Kemp, De Geschiedenis van het londensch Tractaat van 17 Maart 1824, hlm.550.

Batu dengan tanaman kopi. 141 Perusahaan ini mendapatkan konsesi lahan seluas 1500 Ha. di Pangkatan, yang merupakan wilayah dari kesultanan Bilah. Kemerosotan harga biji kopi di pasar eropa dan serangan hama tanaman kopi membuat perusahaan ini merugi, dan kemudian mengubah tanaman perkebunan kopi dengan tanaman karet.142

Pada tahun 1899 Maatschappij Swis Deli-Bila mengganti tanaman karet di perkebunan Pangkatan dengan 10.000 bibit pertama. Beberapa tahun setelah selesai penanaman, perkebunan ini di ambil alih oleh PT Sumatra Para Rubber Plantation Ltd. Pohon-pohon karet yang sudah dapat di sadap menunjukkan hasil memuaskan bagi perusahaan. PT Sumatra Para Rubber Plantation Ltd. yang mendapatkan hasil memuaskan dari perkebunan karet di Pangkatan, banyak mengundang investor untuk membuka perkebunan dan menanamkan modalnya di Afdeeling Labuhan Batu.143

N.V. Verenigde Hevea Plantegen der Bilah-Landen, merupakan salah satu perusahaan yang membuka perkebunan di Afdeeling Labuhan Batu. Setelah melihat hasil perkebunan PT Sumatra Para Rubber Plantation Ltd., N.V. Verenigde Hevea Plantegen der Bilah-Landen menjadi salah satu perusahaan yang menanamkan

141 Tanaman kopi dapat tumbuh pada ketinggian 500 – 1000 meter di atas permukaan laut.

Tetapi untuk mendapatkan hasil yang optimal tanaman kopi lebih bagus di tanam di ketinggian 800-1500 meter di atas permukaan laut dengan kelembab udara sekitar 16 – 20 oc dan memiliki waktu musim kemarau yang singkat. http://digilib.unila.ac.id/12202/4/BAB%20II%20TIPUS.pdf 27 Januari 2018, pukul 22.10 wib.

142 Raja Azman Syarif, op.cit., hlm. 324.

143 Karl J. Pelzer, op.cit., 74.

modalnya di Labuhan Batu. Perusahaan ini membuka perkebunannya pertama kali pada tahun 1906 dengan tanaman karet.

Pada tahun 1915 keresidenan Sumatera Timur berubah status wilayahnya dari keresidean menjadi provinsi.144 Begitu juga dengan wilayah-wilayah keresidenan Sumatera Timur yang sebelumnya terdiri dari Afdeeling Deli, Afdeeling Asahan, Afdeeling Batu Bara, Afdeeling Labuhan Batu, dan Afdeeling Siak. Pada saat berubah menjadi provinsi Sumatera Timur wilayah ini di bagi kedalam lima afdeeling yang membawahi beberapa onderafdeeling diantaranya sebagai berikut:

 Afdeeling Deli dan Serdang yang berpusat di Medan, terdiri dari empat

onderafdeeling yaitu, Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang, dan Padang Berdagai.

 Afdeeling Asahan yang berpusat di Tanjung Balai, terdiri dari tiga

onderafdeeling yaitu, Asahan, Batu Bara, dan Labuhan Batu.

 Afdeeling Simalungun dan Tanah Karo berpusat di Siantar, terdiri dari dua

onderafdeeling yaitu Simalungun dan Tanah Karo.

 Afdeeling Langkat yang berpusat di Tanjung Pura, terdiri dari dua onderafdeeling yaitu, Langkat Hulu, dan Langkat Hilir.

144 Edi Sumarno, op.cit., hlm. 27.

 Afdeeling Bengkalis yang berpusat di Bengkalis, terdiri dari lima

onderafdeeling yaitu, Bengkalis, Bagan Siapi – api, Siak, Rokan, Kampar Kiri.145

Setelah Keresidenan Sumatera Timur berubah statusnya menjadi Provinsi Sumatera Timur membuat beberapa wilayah mengalami penurunan status wilayah.

Salah satunya ialah wilayah Labuhan Batu yang awalnya berstatus afdeeling berubah menjadi onderafdeeling dari Afdeeling Asahan.

Pada tahun 1916 pemerintah Belanda melakukan pengaturan dan pengangkatan wedana di Labuhan Batu. Hal ini bersamaan dengan penghapusan kepala-kepala suku (adat) yang sebelumnya dibentuk pemerintah Belanda untuk memerintah distrik. Pemerintah Belanda di Labuhan Batu melihat banyak kepala adat yang mengawasi distrik tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu Controleur Labuhan Batu melakukan pengaturan dan mengangkat wedana sebagai ganti dari kepala-kepala adat. Kepala-kepala adat yang tidak memenuhi syarat digantikan oleh pegawai Belanda, sedangkan yang memenuhi persyaratan diangkat menjadi wedana.146

Dari empat wilayah kesultanan, Onderafdeeling Labuhan Batu memiliki 13 distrik yang terdiri dari:

145 Ibid.

146 M. Hamerster, op.cit., hlm.101.

1. Kualuh terdiri dari 3 distrik : Kualuh hulu, Kualuh hilir, Aek Natas.

2. Bilah terdiri dari 4 distrik : Bilah hulu, Bilah hilir, Marbau, Raja Na. IX-X.

3. Panai terdiri dari 3 distrik : Panai hulu, Panai tengah, Panai hilir.

4. Kota Pinang terdiri dari 3 distrik : Kampung Raja, Kota Pinang, Sungai Kanan.

Pengakatan wedana di Onderafdeeling Labuhan Batu belum banyak membantu pekerjaan dari controleur. Perkembangan perkebunan yang bertambah luas memerlukan tambahan tenaga pengawasan dan pengutipan pajak di wilayah ini.

Kedudukan Controleur Labuhan Batu yang berada di Labuhan Bilik, membuat wilayah ini sulit diawasi secara keseluruhan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama.147

Pengawasan di wilayah hulu Bilah dan Kualuh selalu mendapatkan kesulitan.

Pendangkalan aliran sungai membuat jalur transportasi di wilayah ini memburuk.

Controleur Labuhan Batu membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk sampai

147 Wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu kondisi alamnya sulit di tebak terutama wilayah kesultanan Bilah. Aliran sungai terutama di wilayah Bilah sering terjadi pendangkalan akibat sampah ranting pohon yang jatuh ke sungai dan juga penebangan pohon yang tidak sesuai di wilayah hulu mengakibatkan terjadinya erosi tanah di pinggiran sungai yang terbawa arus sungai hingga ke wilayah hilir

ke wilayah hulu Bilah dan Kualuh. 148 Oleh karena sulitnya medan dalam pengawasan, membuat pemerintah Belanda membentuk wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu menjadi dua wilayah administrasi. Berdasarkan besluit pemerintah Belanda tanggal 19 Agustus 1924 No. 29, menetapkan seorang gazaghebber atau pegawai pemerintah Belanda di Merbau untuk bertugas mengawasi dataran tinggi Kualuh dan Bilah.149

Pemerintah Belanda membagi wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu menjadi dua wilayah administrasi. Wilayah pertama terdiri dari Kota Pinang dan Panai dengan luas wilayah 355.010 H.A yang berada dalam pengawasan langsung dari Controleur Labuhan Batu di Labuhan Bilik. Wilayah kedua terdiri dari Bilah dan Kualuh dengan luas wilayah 503980 H.A yang berada dalam pengawasan pegawai pemerintah Belanda di Marbau.150 Wilayah administrasi Marbau bertugas mengawasi distrik Bilah Hulu, Marbau, Raja Na. IX-X, Kualuh Hulu, dan Aek Natas.151 Pegawai

148 Pendangkalan aliran sungai di Onderafdeeling Labuhan Batu, terutama aliran sungai Bilah disebabkan karena terjadinya penebangan hutan di hulu yang menimbulkan erosi tanah. Pohon-pohon yang tumbang serta sampah ranti pohon yang berjatuhan ke sungai menimbulkan penumpukan dan pengendapan aliran sungai.

149 Seorang pegawai pemerintah dipekerjakan untuk membantu Controler Labuhan Batu untuk mengawasi daerah dataran tinggi Kualuh dan Bilah yang di tempatkan di Marbau . Wilayah dataran tinggi Kualuh dan Bilah yang sangat luas dan sulitnya medan untuk memasuki wilayah tersebut. Serta jarak yang jauh dari tempat kedudukan Controleur Labuhan Batu di Labuhan Bilik membuat wilayah tersebut kurang diawasi. Karena hal tersebut Controleur Labuhan Batu menepatkan seorang pegawai pemerintah untuk mengawasi pajak di dataran tinggi Kualuh dan Bilah terutama di Marbau dan Tanjung Pasir yang merupakan pusat perkebunan. Ibid., hlm. 97.

150 Ph. J Daijs, op.cit., hal. 1.

151 M. Hamerster, op.cit., hlm. 97.

pemerintah Belanda yang berkedudukan di Marbau merupakan perwakilan dari Controleur Labuhan Batu di Labuhan Bilik.152

Pemerintah Belanda dan perusahaan perkebunan memberikan layanan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat dan juga buruh perkebunan di Onderafdeeling Labuhan Batu. Perkembangan perkebunan yang semakin pesat di wilayah ini banyak mendatangkan buruh perkebunan dari Jawa. Di wilayah Afdeeling Asahan terdapat 14 rumah sakit, terdiri dari 2 rumah sakit pemerintah dan 12 rumah sakit swasta. Rumah sakit pemerintah Berada di Tanjung Balai dan Labuhan Bilik.

Dari 12 rumah sakit swasta, 11 diantaranya merupakan rumah sakit milik perkebunan.

Layanan kesehatan di Onderafdeeling Labuhan Batu berpusat di wilayah Labuhan Bilik dan Kampung Masjid. Layanan kesehatan juga diberikan ke wilayah Negeri Lama dan Kota Pinang, dengan waktu yang tidak di tentukan.153 Pada tahun 1922 tercatat layanan kesehatan di Labuhan Bilik melayani 2521 pasien, dan Kampung Masjid 1435 pasien. Tahun 1923 layanan kesehatan di Labuhan Bilik melayani 2472 pasien, dan Kampung Labuhan Batu 1635 pasien.154

Pembangun sekolah-sekolah di Afdeeling Asahan seperti. H.I.S. (Hollandsch Inlandsche School) dan 7 sekolah umum bumi putra atau sekolah kelas II yang

152 Ibid.

153 Ibid., hlm. 130-131.

154 Ibid., hlm. 132

tersebar di wilayah Asahan, Batu Bara dan Labuhan Batu. H.I.S merupakan sekolah untuk orang Eropa dan bangsawan atau orang kaya, sekolah ini berada di Tanjung Balai. Sekolah umum bumi putra di Onderafdeeling Labuhan Batu terdapat di wilayah Labuhan Bilik dan Kampung Masjid.155

Selain H.I.S. dan sekolah umum bumi putra terdapat sekolah rakyat dan sekolah perkebunan. Sekolah rakyat dan sekolah perkebunan merupakan sekolah pertama sebelum masuk ke sekolah bumi putra. Terdapat 54 sekolah rakyat dan sekolah perkebunan di Afdeeling Asahan, 19 diantarannya ada di Onderafdeeling Labuhan Batu.156

Pembangunan infrastruktur juga mulai dikerjakan di wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu. Pada tahun 1924 pemerintah Belanda dan perusahaan perkebunan bekerja sama membangun jalan darat untuk menghubungkan wilayah-wilayah di Onderafdeeling Labuhan Batu. pembangunan jalan dimulai dari simpang kawat ke perkebunan Mambang Muda dan selanjutnya diteruskan ke wilayah-wilayah lainnya.157

155 Ibid., hlm. 125

156 Terdapat 17 sekolah rakyat di Onderafdeeling Labuhan Batu berada di wilayah, Tanjung Mangedar, Sei Brombang, Titi Payung, Sei Djawi-djawi, Sialang Ampat, Gunting Saga, Ujung Padang, Negeri Lama, Marbau, Pulo Hopur, Pangkattan, Rantau Prapat, Kampung Raja, Air Merah, Kota Pinang, Langga Payung, dan Huta Godang. 2 sekolah perkebunan terdapat di Brussel dan Pernatian yang merupakan perkebunan milik Maatschappij Sennah Rubber Company Ltd. Ibid, hlm.

125-126.

157 Ibid., hlm.. 23.

Pembangunan jaringan rel kereta api juga sudah merambah wilayah Labuhan Batu. Pembangunan pertama kali dilakukan pada tahun 1926 dengan dibangunnya jaringan rel dari Kisaran ke Mambang Muda yang diresmikan pada tanggal 04 September 1929 dengan panjang rel 57.111 meter. Pembangunan jaringan rel kereta api juga terus dilanjutkan, pada tahun 1928 sebelum peresmian rel Kisaran-Mambang Muda, dengan menyambung rel Mambang Muda ke Milano dan selanjutnya ke Rantau Prapat.

Penempatan kantor pengawasan di Marbau ternyata masih kurang efektif untuk beberapa wilayah, salah satunya ialah wilayah kerajaan Na.IX-X. Wilayah ini tersebar di 19 kampung, berada di dataran rendah dan dataran tinggi membuat wilayah ini sulit di awasi. Sungai merupakan jalur transportasi satu-satunya ke wilayah kerajaan Na.IX-X.158 Untuk mencapai wilayah ini pegawai Belanda hanya dapat menggunakan sampan kecil.

Pada tahun 1929 Controleur Labuhan Batu M. Boon, memindahkan kantor pengawasan di Marbau ke Aek Kota Batu. Hal ini dilakukan atas keputusan Gubernur tanggal 12 September 1929 No. 1982 untuk mengubah daerah pengawasan yang ada sebelumnya. 159 Aek Kota Batu yang menjadi wilayah administrasi bertugas

158 Wilayah kerajaan Na.IX-X terutama di kampung yang berada di dataran tinggi, jika perjalanan dilakukan melalui wilayah Marbau akan menjadi sulit. karena jalir sungainya yang semakin menyempit ditambah dengan banyanya tebing-tebing batu di antara sungai akan menambah susah mencapai daerah tersebut.

159 Heer M. Boon, Memorie van Overgave, Laboehan Batoe, 16 Juni 1929 - 8 Mei 1931, Labuhan Bilik, 1931, hlm 1.

mengawasi wilayah-wilayah Kualuh, Aek Natas, Raja Na. IX-X, Marbau, Bilah Hulu, Kota Pinang, dan Sungai Kanan. Sedangkan wilayah administrasi di Labuhan Bilik mengawasi wilayah-wilayah Kualuh Hilir, Bilah Hilir, Panai Hilir, Panai Tengah, dan Kampung Raja.160

Perubahan wilayah pengawasan tersebut, bertujuan untuk memudahkan pengawasan di wilayah Labuhan Batu. Hal ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur jalan darat dan perkembangan perkebunan di wilayah hulu Labuhan Batu.

Wilayah administrasi Labuhan Bilik yang berada di hilir Labuhan Batu, akan lebih muda jika pengawasannya difokuskan di wilayah hilir saja. Sebaliknya, wilayah administrasi Aek Kota Batu akan mengawasi wilayah hulu Labuhan Batu.

Tabel 10: Nama-Nama Controleur Labuhan Batu yang manjabat di Wilayah Administrasi Labuhan Bilik.

No Nama Controleur Labuhan Batu Awal Menjabat Akhir Jabatan 1. C.F. Janssen van Raaij. Countroleur

le. klasse

03 Agustus 1894 12 Januari 1897 2. W. Doornik. Ads. Countroleur 12 Januari 1897 07 Februari 1897 3. J.M. Masset. Countroleur le. lasse 07 Februari 1897 23 Mei 1898 4. F.R. Spelti. Countroleur wd 23 Mei 1898 08 Juni 1898 5. W. Doornik. Countroleur le. klasse 08 Juni 1898 22 Maret 1899 6. F.C.A. Jeekel. Ads. Countroleur 22 Maret 1899 19 April 1899

7. ……….. 19 April 1899 25 September

1899 8. H.E. Muller. Countroleur le. klasse 28 September

1899

10. B.R.C. Wittenreed. Countroleur le. … Desember 1899 15 Mei 1901

160 Ibid., hlm. 2.

klasse

11. F.L. Waattendorf. Ads. Countroleur.

Wd

15 Mei 1901 ……….1901

12. L.C.L. Fontijn. Countroleur. wd ………1901 24 November 1901

13. C.C. Krom. Ads. Countroleur. wd 03 Desember 1901 30 April 1902 14 E.G. Th. Maier. Countroleur le.

klasse

01 Mei 1902 30 Agustus 1903 15 L. Rijckmans. Countroleur le. klasse 30 Agustus 1903 10 November

1903 18. A.A.M van Lierop. Countroleur. wd 22 Februari 1905 06 Maret 1905 19. F. Beaveside. Countroleur le. klasse 06 Maret 1905 11 Mei 1905 20. V.L. Doup. Countroleur. wd 11 Mei 1905 21 Mei 1905 21. V.H. Haaksma. Countroleur le. klasse 21 Mei 1905 25 Juni 1908 22. L.E.C. Dekker. Ads. Countroleur. wd 25 Juni 1905 30 Oktober 1905 23. K.H. van Prehn. Ads. Countroleur.

Wd

30 Oktober 1905 30 November 1905

24. V. Obdeijn. Countroleur 30 November 1905

27. G.U. van Renesse van Duivenbode.

Fd. Countroleur

05 September 1911

30 November 1914

28. J.H. Jub: Vanschmid. Countroleur.

Wd

12 Februari 1913 19 April 1913 29. J. Oberman. Countroleur. wd 06 Maret 1914 16 Juni 1914 30. G.U. van Renesse van Duivenbode.

Fd. Countroleur

16 Juni 1914 30 November 1914

31. W.H. Keucherius. Countroleur 30 November 1914

06 April 1916 32. G. Gerlach. Countroleur 06 April 1916 29 November

1918 33. G.A.W.Ch. de Haze Winkelman.

Ads. Countroleur

……….. ………..

34. A.A. Lijsten. Countroleur …………..1919 12 Juli 1920 35. F. van Konijnenburg. Countroleur 12 Juli1920 ………1921

36. A. TC. Velde. Wd. Countroleur ………….. ………

37. A.Th. van Ginkel. Countroleur ……….1921 …...Mei 1922 43. A. Twerda. Countroleur 08 September

1926

05 Maret 1927 44. W.B. Hollman. Ads. Countroleur 20 Mei 1927 16 November

1927 45. Mr. C.C. de Rooij. Adm: Ambtenaar 16 November

1927

……….

46. M. Boon. Countroleur BB 18 Juni 1929 08 Mei 1931 47. Mr. L.K. Hubenet. Countroleur BB 08 Mei 1931 30 November

1931

Sumber : Memorie van Overgave, Controleur Labuhan Batu G.J. Forch.

Tabel 11: Nama-nama Gazaghebber yang berkedudukan di Marbau dan Aek Sumber : Memorie van Overgave, Controleur Labuhan Batu G.J. Forch.

Tabel diatas merupakan nama-nama pegawai Belanda atau gazaghebber yang ditugaskan di wilayah administrasi Marbau dan Aek Kota Batu. Pegawai Belanda ini ditugaskan mengawasi daerah hulu Bilah dan Kualuh dan pada tahun 1929 wilayah yang diawasi menjadi keseluruhan wilayah hulu Labuhan Batu. Pada tahun 1931 pemerintah Belanda memindahkan wilayah kedudukan Controleur Labuhan Batu ke

Rantau Prapat, dengan menarik wilayah administrasi di Aek Kota Batu ke Labuhan Bilik.

Perkembangan perkebunan dan pembangunan jalur transportasi darat memiliki dampak pada mundurnya kota-kota pelabuhan. Perkembangan perkebunan di wilayah hulu Labuhan Batu memiliki dampak positif pada perkembangan pemukiman. Rantau Prapat menjadi salah satu wilayah yang pemukiman terus berkembang dengan adanya perkebunan dan jalur transportasi yang melintasi wilayah tersebut.

Dokumen terkait