PROSES MASUKNYA PENGARUH BELANDA DI LABUHAN BATU 1862- 1862-1919
3.2 Proses Penaklukan Kesultanan-kesultanan
3.2.3 Terbentuknya Afdeeling Labuhan Batu tahun 1865
Afdeeling Labuhan Batu dibentuk dan disahkan pemerintah Belanda pertama kali pada tahun 1885. Disahkannya Afdeeling Labuhan Batu berdasarkan surat keputusan Pemerintah tertanggal 27 Juni 1865 No. 15 dan tangan 03 Oktober 1865
61 Ibid., hlm. 67.
No. 44. yang berisikan, pemerintah Belanda menerima sebagian daerah yang diberikan oleh kesultanan Panai dan Kota Pinang, untuk dijadikan tempat kedudukan controleur di Labuhan Batu, serta menjadi pusat dari Afdeeling Labuhan Batu.62
Tempat kedudukan Controleur J.C.F. Vigelius berada di wilayah kesultanan Panai tepatnya hulu kota Labuhan Bilik. Wilayah ini sebelumnya disebut sebagai Afdeeling Panai en Bilah karena pada masa itu wilayah tersebut terdiri dari kesultanan-kesultanan yang disatukan Belanda menjadi satu wilayah jajahannya.
Tempat kedudukan controleur di wilayah ini sebelumnya tidak memiliki nama kampung, dan menjadi Kampung Labuhan Batu berawal dari tempat bersandar-nya kapal-kapal yang dibangun Belanda menggunakan beton dan lama kelamaan berubah menjadi nama tempat.63
Pada tahun 1871 Belanda dan Inggris melakukan perundingan tingkat tinggi yang dilakukan di Eropa untuk membahas mengenai wilayah jajahan dan perdagangan di Sumatera. Perundingan ini dilakukan untuk mengganti perjanjian sebelumnya antara Belanda dan Inggris. Dalam perundingan ini menghasilkan dua keputusan yang disepakati oleh Belanda dan Inggris, disebut sebagai traktat Sumatera.
62 Ibid.
63 Cerita rakyat Labuhan Batu, mengenai asal usul nama Labuhan Batu yang hingga saat ini digunakan sebagai nama dari wilayah kabupaten. Nama Labuhan Batu di ambil dari tempat bersandar-nya kapal-kapal pejabat Belanda yang berkedudukan di Labuhan Batu. Tempat bersandar-bersandar-nya kapal tersebut dibangun dengan beton batu yang disebut masyarakat sebagai pelabuhan batu. Dari pelabuhan batu, lama kelamaan berubah menjadi Labuhan Batu. Dan nama Labuhan Batu dijadikan sebagai nama kampung tempat kedudukan dari Controleur Labuhan Batu.
Adapun hasil kesepakatan dari perundingan tersebut ialah:
a. Inggris akan menutup mata atas tindakan Belanda memperluas wilayah jajahannya di Sumatera karena sudah melanggar traktat London dan membuat perjanjian baru dengan Siak untuk menguasai wilayah Sumatera Timur.
b. Pemerintah Inggris meminta kepada Belanda agar pedagang-pedagang Inggris diperbolehkan melakukan perdagangan di wilayah Sumatera. Belanda yang sudah melanggar traktaat London dijadikan tuntutan Inggris untuk meminta hak berdagang di Sumatera. Hal ini diminta Inggris karena perdagangan di wilayah Sumatera terutama Sumatera Timur yang berkembang akan sangat menguntungkan bagi per-dagangannya.
Dengan perjanjian ini Inggris telah menghianati sebuah perjanjian yang dibuat oleh Raffles dengan sultan Aceh. Perjanjian tersebut dibuat oleh Inggris dan sultan Aceh pada tahun 1819. Isi dalam perjanjian tersebut ialah Inggris berjanji dengan sultan Aceh untuk saling membantu mengusir Belanda dari Sumatera.64
Pada tahun di sahkan-nya traktat Sumatera terjadi pemberontakan di wilayah kesultanan Kota Pinang. Pemberontakan dilakukan oleh dua kepala kampung dari kampung Dja Membalai dan Dja Hoeala dibantu yang dipertuan Na Lobeh, kepala kampung Goenoeng Tinggi di Padang Lawas. Pemberontakan tersebut menewaskan beberapa orang dan merampok barang-barang rakyat kesultanan Kota Pinang serta ditujukan kepada pemerintah Belanda di Labuhan Batu. Kejadian ini dianggap
64 Tengku Luckman Sinar, op.cit., hlm. 206.
Belanda sebagai penghinaan, pemerintah Belanda melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah yang melakukan pemberontakan tersebut. Dengan surat keputusan tertanggal 10 Desember 1871, Controleur Labuhan Batu Mr. J. Van Kuathoven memimpin ekspedisi untuk menghukum kepala kampung Gunung Tinggi dan memusnahkan kampung-kampung yang memberontak tersebut.65
Traktat Siak dan traktat Sumatera merupakan perjanjian antara Belanda dengan Siak serta Belanda dan Inggris yang menjadi satu awal acaman bagi kedaulatan sultan-sultan di Sumatera Timur. Traktaat Siak yang sebelumnya di gunakan Belanda untuk menaklukan kesultanan-kesultanan Sumatera Timur dengan mengakui wilayahnya sebagai taklukan Siak dan menerima Belanda menjadi pelindung atas daerahnya.66
Pada tanggal 15 Mei 1873 pemerintah Belanda membentuk Keresidenan Sumatera Timur menjadi wilayah sendiri. Keresidenan Sumatera Timur berpusat di Bengkalis, terdiri dari 4 wilayah afdeeling yaitu Siak, Labuhan Batu, Asahan dan Deli. Dengan dibentuknya Keresidenan Sumatera Timur sebagai pemerintahan sendiri, Belanda mulai ikut campur dalam sistem pemerintahan dari kesultanan-kesultanan di sana.67
65 M. Hamerster, op.cit., hlm. 68.
66 Luckman Sinar, op.cit., hlm. 184.
67 Ibid., hlm. 308.
Pemerintah Belanda mulai ikut mencampuri sistem pemerintahan kesultanan, dengan mengambil alih hak pajak dan cukai dari para sultan. Sebagai ganti dari pajak dan cukai tersebut, pemerintah Belanda memberi ganti rugi per-tahunnya. Hak pajak dan cukai kesultanan di Labuhan Batu di ambil alih pada tanggal 21 November 1875, yang mana setiap kesultanan mendapatkan ganti rugi dari Belanda. Kesultanan Bilah mendapatkan ganti rugi sebesar f 8.750, kesultanan n Panai f 7.750, dan kesultanan Kota Pinang f 7.750.68
Selain mengambil hak pajak dan cukai pemerintah Belanda mulai mengatur batas-batas antar wilayah kesultanan di Labuhan Batu. Dengan dikeluarkannya surat keputusan pemerintah Belanda tertanggal 26 Februari 1878 No. 9 mengenai pengaturan batas-batas wilayah tersebut. Controleur J.B. Neumann mulai mengatur batas-batas dari wilayah kesultanan Bilah yang berbatasan dengan wilayah Padang Lawas. Tetapi pada kesempatan tersebut Controleur J.B. Neumann tidak dapat memutuskan batas antara kedua wilayah tersebut, karena keduanya tidak dapat menunjukkan batas wilayah masing-masing.69
Controleur Labuhan Batu J.H.M.L. Bowel melanjutkan tugas dari controleur sebelumnya J.B. Neumann untuk mengatur batas-batas wilayah kesultanan di Labuhan Batu. J.H.M.L. Bowel menetapkan batas-batas antara wilayah kesultanan Kota Pinang dengan wilayah Padang Lawas pada tahun 1881.
68 Ibid., hlm. 307.
69 M.M. Horison. Memorie van Overgave Afdeeling Labuhan Batu, Labuhan Bilik, 1934, hlm. 1-2.
Pada tahun 1884 terjadi perampokan di wilayah Labuhan Batu, diduga dilakukan sekelompok orang yang datang dari laut Selat Malaka. Orang-orang tersebut merupakan kelompok bajak laut, mereka datang ke Labuhan Batu dan menyerang wilayah Labuhan Bilik serta merampok barang-barang milik kantor cukai pemerintah Belanda.
Pelantikan tengku Biung anak dari Jang dipertuan Ni’ matoe’ llah Alhadji Abdullah Sjah, sebagai sultan kesultanan Kualuh pada tanggal 25 Maret 1886 yang dilakukan pemerintah Belanda di Bengkalis. Pelantikan sultan Kualuh ini sekaligus menghapuskan pengaruh kesultanan Asahan terhadap wilayahnya. Wilayah kesultanan Kualuh yang dibebaskan dari Asahan, digabungkan pemerintah Belanda dengan wilayah Afdeeling Labuhan Batu, yang dilakukan oleh Residen Sumatera Timur di Bengkalis.70
Pemerintah Belanda di Labuhan Batu melanjutkan kembali pekerjaannya mengatur batas-batas wilayah kesultanan. Pekerjaan ini sempat tertunda, karena adanya beberapa urusan dan permasalahan di wilayah Afdeeling Labuhan Batu. Pada tahun 1886 Controleur Labuhan Batu, R.C. Swaab mengatur perbatasan antara kesultanan Bilah dengan Kota Pinang dan kampung Raja dengan keputusan residen tertanggal 31 Agustus 1886 No. 163. Pada tahun 1887 Controleur R.C. Swaab kembali menetapkan batas wilayah di Afdeeling Labuhan Batu, antara wilayah kesultanan Kota Pinang dengan wilayah jajahan Siak. Di wilayah kesultanan Panai
70 M. Hamerster, op.cit., hlm. 59.
penetapan batas-batas dilakukan pada tahun 1888 dengan wilayah jajahan Siak.71 Pada kesultanan Kualuh, ditetapkan batas-batas antara wilayah kesultanan Bilah dan Kualuh pada tahun 1888.72
Setelah selesai dengan pengaturan batas-batas wilayah di Labuhan Batu.
Controleur Labuhan Batu membentuk distrik di setiap kesultanan. Distrik-distrik tersebut, diperintah oleh kepala adat serta beberapa kepala kampung yang diambil dari keluarga sultan dan berada di bawah perintah Controleur Labuhan Batu. Kepala adat dan kepala kampung ditugaskan Controleur Labuhan Batu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kecil yang ada di distrik masing-masing.73
Residen Sumatera Timur W.J.M. Michelsen di Medan, berencana memindahkan pusat Afdeeling Labuhan Batu. Hal ini disampaikannya residen melalui surat yang dikirimnya pada tanggal 05 Oktober 1893 No. 4167/4 kepada Controleur Labuhan Batu. Surat itu berisi perintah, yang ditujukan kepada Controleur Labuhan Batu untuk mencari wilayah strategis. Wilayah tersebut dimaksudkan Residen Sumatera Timur untuk dijadikan sebagai pusat dari Afdeeling Labuhan Batu yang baru.
Residen W.J.M. Michelsen mengusulkan wilayah Labuhan Bilik sebagai pusat dari Afdeeling Labuhan Batu yang baru, hal tersebut disampaikannya kepada
71 Luckman Sinar, op.cit., hlm. 322.
72 D.G. Stibbe, op.cit., hlm. 1766.
73 Ibrahim Jafar, op.cit., hlm. 21.
Controleur Labuhan Batu dalam surat tertanggal 23 Januari 1894 No. 22. Pada tanggal 28 Februari 1894 Residen Sumatera Timur mengirimkan surat khusus ke Labuhan Batu, yang isinya memutuskan dan memerintahkan Controleur Labuhan Batu untuk memindahkan pusat administrasinya ke wilayah Labuhan Bilik.74
Pemerintah Hindia Belanda melakukan politik kontrak dan penyataan pendek (Korte Verklaring) dengan sultan-sultan atau raja-raja di Indonesia pada tahun 1907.
Perjanjian dilakukan pemerintah Belanda dengan sultan-sultan di Labuhan Batu, yang terdiri dari sultan Bilah, sultan Panai, dan sultan Kota Pinang pada bulan juni 1907.
Belanda melakukan perjanjian pendek dengan sultan-sultan tersebut.75
Asisten residen Asahan melakukan kunjungan kerja ke wilayah Afdeeling Labuhan Batu di Labuhan Bilik pada tanggal 28 Februari 1910. Asisten residen beserta Controleur Labuhan Batu melakukan kunjungan ke kampung Aer Merah untuk melakukan pertemuan dengan sultan Kota Pinang dan Jang dipertuan Kampung Raja orang besar kerajaan Kota Pinang. Pertemuan tersebut membahas mengenai wilayah kesultanan Panai yang sebelumnya direbut kesultanan Kota Pinang pada tahun 1839. Pada pertemuan itu sultan Kota Pinang dan Jang dipertuan Kampung Raja menyerahkan secara keseluruhan wilayah kesultanan Panai yang dikuasainya.76
74 Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 3.
75 Luckman Sinar, op.cit., hlm. 408.
76 Residen Oostkust van Sumatra, Medan, den 16 Maart 1910, No. 1694/4.
Pada tahun 1915 Keresidenan Sumatera Timur berubah status pemerintahannya menjadi provinsi yang dipimpin oleh gubernur. Perubahan status pemerintahan ini juga terjadi pada beberapa wilayah lainnya. Afdeeling Labuhan Batu menjadi salah satunya, status pemerintahannya diturunkan menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu di bawah Afdeeling Asahan.77
Struktur Pemerintahan Belanda:
Dalam struktur pemerintahannya di nusantara, Belanda menempatkan seorang Gubernur Jenderal sebagai pimpinan tertinggi di wilayah jajahan, yang dibantu oleh gubernur dan residen. Gubernur Jenderal merupakan wakil Ratu Belanda di wilayah jajahannya yaitu Hindia Belanda (Indonesia). Gubernur merupakan perwakilan dari pemerintah pusat di Batavia, dimana seorang gubernur memimpin wilayah yang sama dengan wilayah provinsi pada saat ini. Residen merupakan perwakilan dari Gubernur
77 Edi Sumarno, op.cit., hlm. 27.
Ratu Belanda Gubernur Jendral
Asisten Residen Residen
Wedana Controleur
Jenderal di Batavia untuk memimpin keresidenan. Asisten residen merupakan perwakilan Gubernur Jenderal dibawah residen yang memimpin suatu afdeeling.
Dalam sebuah afdeeling terdiri dari beberapa onderafdeeling yang dipimpin atau diawasi oleh seorang controleur. Dalam menjalankan pemerintahan di sebuah onderafdeeling, controluer dibantu beberapa wedana yang ditempatkan pada setiap distrik.78
Pada tahun 1917 Gubernur Sumatera Timur Simon van der Plas memutuskan batas-batas wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu secara keseluruhan. Karena sebelumnya masih terjadi kesalahan dalam penempatan batas-batas antar wilayah tersebut. Gubernur Sumatera Timur mengeluarkan surat keputusan pada tanggal 17 februari 1917 No. 21 yang sebelumnya juga menerbitkan surat keputusan yang sama pada tanggal 19 september 1916 No. 52 mengenai batas-batas wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu. Perbatasan antara kesultanan Kualuh, Bilah, Kota Pinang dengan wilayah Tapanuli dan Padang Lawas, serta perbatasan wilayah kesultanan Panai dan Kota Pinang dengan wilayah Siak dinyatakan selesai oleh Gubernur Sumatera Timur.79
78 http://tarampapam.blogsport.com/ 2011/06/sistem-pemerintah-hindia-belanda.html?m=1, 4 Oktober 2018, pukul 21.04 wib.
79 M.M. Horison, op.cit., hlm. 1-2.
3.2.4 Pengintegrasian Wilayah Kesultanan Kualuh ke Afdeeling Labuhan Batu