• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terdapat 7 campur kode kata dari bahasa Indonesia yaitu satuan lingual siap grak

C. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Bahasa Jawa dalam Adegan Gara-gara Wayang Orang Sriwedari di Kota

2. Lakon Sirnaning Angkara pada Hari Sabtu, tanggal 5 Juni 2010

a. Setting and Scene

Peristiwa tutur dalam lakon Sirnaning Angkara berlangsung di Alas Gandaka. Situasi tuturan bersifat informal, karena tuturan terjadi antara Gareng (O1), Petruk (O2), Bagong (O3), Anake Bagong (O4), dan Semar (O5). Hal ini dapat diperhatikan pada data tuturan keduanya sebagai berikut.

Data (76) : (O1) Gareng

(O2) Petruk

:

:

Ning ngene, kira-kira neng alas ki ana wong dodol wedang ora ya?

‘Tapi begini, kira-kira di hutan itu ada orang jualan minuman tidak ya?’

Kowe ki ra nggenah, lha wong alas kok. Alas ki anane mung flora dan fauna, satwa dan taru. Satwa kuwi kewan, taru kuwi pepohonan. Dadi ya ra enek bakul gedhe, bakul kintel, bakul arta ki ra ana. Tur ya ngene kakanda.

‘Kamu itu bercanda, (lha) hutan (kok). Hutan itu adanya hanya tumbuh-tumbuhan dan binatang, satwa dan taru. Satwa itu hewan, taru itu pepohonan. Jadi ya tidak ada pedagang besar, pedagang katak, pedagang uang itu juga tidak ada. Tetapi ya begini kakanda.’

(D2. 21,22/SA/05/06/2010)

Data di atas Gareng (O1) bertanya kepada Petruk (O2) di Hutan itu apa ada orang berjualan. Hubungan Gareng (O1) dengan Petruk (O2) sangat akrab, yaitu hubungan teman dengan situasi tuturan bersifat informal (santai). Dari data di atas menggunakan bahasa ngoko, karena keduanya memiliki status yang sama.

b. Participant

Pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan lakon Sirnaning Angkara adalah Gareng sebagai penutur (O1), Petruk sebagai mitra tutur (O2), Bagong sebagai mitra tutur (O3), Anaknya Bagong sebagai mitra tutur (O4), dan Semar sebagai mitra tutur (O5).

commit to user c. Ends

Tujuan tuturan dalam lakon Sirnaning Angkara adalah Bagong dengan anaknya mengambil makanannya Gareng dan Petruk secara tidak sengaja, karena yang mempunyai Gareng dan Petruk saat itu baru melaksanakan perlombaan yang disebutkan di atas adalah tapa mbisu yang akhirnya berakibat adu mulut antara Gareng, Petruk dan Bagong. Dan akhirnya datanglah Semar yang ikut menyelesaikan masalah itu.

Data (77) : enthuk? kowe ya ra doyan? takkekne anakku ora nesu? kowe ya ra doyan? ora nesu? ora njaluk ra pa pa ya? kowe ya ra doyan? takenthekne kabeh ya? gen digawa anakku ra nesu ya?

iki digawa mulih lho nang…kana…kana dikekne Mboke kana ya?

‘Ini ada makanan. Tan ini bukan punyamu Tan? ini aku makan boleh?...hallo…kamu ya tidak marah? aku makan sama anakku ini ya tidak apa-apa? sini…aku makan tidak marah ya? kita makan boleh? kamu ya tidak mau? aku kasih anakku tidak marah? kamu ya tidak mau? tidak marah? tidak minta tidak apa-apa ya? kamu ya tidak mau? aku habiskan semua ya? biar dibawa anakku tidak marah ya? Ini aku bawa pulang (lho) di…sana…sana dikasihkan Ibu sana ya?’

Cut…cut…cut, wis ngrusakne tanian Bagong i, kowe nyapa ta Gong?

‘Berhenti…berhenti…berhenti, sudah merusakkan tanaman Bagong i, kamu kenapa sih Gong?’

Takpangane ya?

‘Aku makan ya?’

Pangganen!

‘Makan sana!’

Heh? kowe ra nesu?

‘Heh? kamu tidak marah?’

Ngrusoi pangganan e.

‘Mengganggu makanannya.’

Gong kowe i.

‘Gong kamu itu.’

Pak, ora enak.

commit to user

Bagong...kudune kowe tau, step.

‘Bagong…seharusnya kamu mengerti, bodoh.’

Iki mau, iki mau pangganan apa ki?

‘Ini tadi, ini tadi makanan apa ini?’

Lha wong lehku gresek yok an kok.

‘(Lha) emang dapatku sisa juga (kok)’

O…lha edan i.

‘(O)…(lha) gila kamu.’

Sing nduwe kene malah sing lha ya mangan kono, sing maringi sapa? Ora aku taktakok sik.

‘Yang punya sini malah yang (lha) yang makan situ, yang memberi siapa? Tidak aku bertanya dulu.’

Haduh.

Penyakitmu kuwi marine kapan?

Penyakitmu itu sembuhnya kapan?’

Ya bengi ki.

‘Ya malam ini.’

Angger-angger mesthi nyangkingi anake uwong, anake dhewe datang dicangking.

‘Tiba-tiba membawa anaknya orang, anaknya sendiri tidak pernah dibawa.’

Lha ya Bagong kuwi lho, awake dhewe wis rikuhe kaya ngene.

‘(Lha) ya Bagong itu (lho), kita sendiri sudah menderita kayak begini.’

Lha ya iki ana, ana pawujudan penonton.

commit to user (O2) Petruk

(O3) Gareng

(O2) Petruk

(O5) Semar

(O2) Petruk (O5) Semar (O3) Gareng

: :

:

:

: : :

‘(Lha) ya ini ada, ada permintaan penonton.’

Ka gone sapa e Le Gong?

‘Dari siapa Gong?’

Orak, ki mau anake sapa sik kok ngapusi banget ik, mbok sekali-kali anakmu dicangking.

‘Tidak, ini tadi anaknya siapa dulu (kok) bohong sekali, sekali-kali anakmu dibawa.’

Lhoh Bapake kon gawa pangganan neh lho, nyapa Bapak ngenthit?

‘(Lhoh) Bapaknya suruh bawa makanan lagi (lho), mengapa Bapak menyembunyikan?’

Heh?..heeee...heh?…heee…eeee…mbok ja geger rebutan pangganan.

‘Heh?…heeee…heh?…heee…eeee…jangan bertengkar berebut makanan.’

Lha wung ya lumrah ta Pak, wong da edan rebutan pangganan.

‘(Lha) ya biasa kan Pak, ya pada gila berebut makanan.’

Nek omongan dipikir dhisik, mengko ndak gela, Petruk.

‘Kalau bicara dipikir dulu, nanti menyesal, Petruk.’

Kaya Bapake iki.

‘Seperti Bapaknya ini.’

(D2. 72-107/SA/05/06/2010)

Data di atas adalah tuturan Bagong dengan membawa anaknya yang mengganggu Gareng dan Petruk di dalam bersemedi yang dalam data disebutkan tapa mbisu, keduanya sangat jengkel akan ulah Bagong beserta anaknya yang dengan begitu saja mengambil makanan keduanya yang dijadikan taruhan. Sempat terjadi adu mulut, akan tetapi tidak berlangsung lama tiba-tiba Semar datang ikut menyelesaikan masalah tersebut.

d. Act Sequence

Bentuk dan isi ujaran. Bentuk tuturan dalam lakon Sirnaning Angkara berbentuk dialog. Status sosialnya sama, antara abdi dengan abdi. Situasi tuturan bersifat informal (santai). Dapat diperhatikan dalam data sebagai berikut.

commit to user Data (78) :

(O1) Petruk

(O2) Bagong (O1) Petruk

:

: :

Cut…cut…cut, wis ngrusakne tanian Bagong i, kowe nyapa ta Gong?

‘Berhenti…berhenti…berhenti, sudah merusakkan tanaman Bagong i, kamu kenapa sih Gong?’

Takpangane ya?

‘Aku makan ya?’

Pangganen!

‘Makan sana!’

(D2. 73-75/JK/Ad.V/23/12/2005)

Data di atas menunjukkan Petruk (O1) merasa jengkel kepada Bagong (O2) karena mengganggunya, dan O2 serasa tidak mempedulikan.

e.Key

Nada dalam lakon Sirnaning Angkara menunjukkan dengan nada tinggi dan keras karena merasa jengkel. Dapat diperhatikan dalam data sebagai berikut.

Data (79) : (O1) Petruk

(O2) Bagong (O2) Petruk

:

: :

Cut…cut…cut, wis ngrusakne tanian Bagong i, kowe nyapa ta Gong?

‘Berhenti…berhenti…berhenti, sudah merusakkan tanaman Bagong i, kamu kenapa sih Gong?’

Takpangane ya?

‘Aku makan ya?’

Pangganen!

‘Makan sana!’

(D2. 73,74,75/JK/Ad.V/23/12/2005)

Data di atas menunjukkan tuturan Petruk yang merasa jengkel pada Bagong.

commit to user f. Instrumentalitas

Alat yang dipakai dalam peristiwa tutur dalam lakon Sirnaning Angkara adalah bahasa lisan berbentuk dialog. Dengan menggunakan tingkat tutur Ngoko, Madya, Krama, bahasa Indonesia, dan bahasa Asing.

g. Norms

Norma perilaku percakapan dalam lakon Sirnaning Angkara dapat dilihat dari data dialog antara Gareng (O1) dan Petruk (O2).

Data (80) : (O1) Gareng (O2) Petruk

(O1) Gareng (O2) Petruk

: :

: :

O…ngono ta?

‘(O)…begitu ya?’

O…iya, anggen-anggen kang ambabar marang kaendahan, sigit endah kuwi klebu, iku Budaya. Budaya maling kuwi dudu Budaya. Budaya kok ngospek lho, Budaya goblok-goblok kuwi dudu Budaya.

‘(O)…ya, pikiran-pikiran yang mengandung sesuatu akan keindahan, bagus indah itu termasuk, itu Budaya. Budaya mencuri itu bukan Budaya. Budaya (kok) mengospek (lho), Budaya bodoh-bodoh itu bukan Budaya.’

Hah…haa.

‘Hah…haa.’

Budaya ya sarwa sing endah, edi lan peni babare marang adi luhung.

‘Budaya ya segala yang baik, yang indah-indah kembali kepada nilai luhur.’

(D2. 9-12/SA/ 05/06/2010)

Data di atas Gareng (O1) bertanya, kemudian dijawab Petruk (O2) sampai selesai. Norma interpretasinya dapat diperhatikan dalam data sebagai berikut.

Data (81) : (O1) Gareng (O2) Petruk

: :

O…ngono ta?

‘(O)…begitu ya?’

O…iya, anggen-anggen kang ambabar marang kaendahan, sigit endah kuwi klebu, iku Budaya. Budaya maling kuwi dudu

commit to user

Budaya. Budaya kok ngospek lho, Budaya goblok-goblok kuwi dudu Budaya.

‘(O)…ya, pikiran-pikiran yang mengandung sesuatu akan keindahan, bagus indah itu termasuk, itu Budaya. Budaya mencuri itu bukan Budaya. Budaya (kok) mengospek (lho), Budaya bodoh-bodoh itu bukan Budaya’

Sehingga, O2 (Petruk) bisa menginterpretasikan jawabannya kepada O1 (Gareng) yang menanyakannya.

h. Genres

Bentuk penyampaian dalam lakon Sirnaning Angkara berbentuk dialog atau percakapan.