• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Humoris yang Disampaikan dalam Adegan Gara-gara Wayang Orang Sriwedari di Kota Surakarta

Terdapat 7 campur kode kata dari bahasa Indonesia yaitu satuan lingual siap grak

B. Pesan Humoris yang Disampaikan dalam Adegan Gara-gara Wayang Orang Sriwedari di Kota Surakarta

Hasil penelitian ini mengenai pesan humoris yang disampaikan dalam gara-gara wayang orang Sriwedari di Kota Surakarta oleh pemain gara-gara/

punakawan dalam setiap lakon pementasan berbeda-beda.

Penjelasannya sebagai berikut.

1. Dalam lakon Bambang Sekethi pada hari Jumat, tanggal 19 Februari 2010 menyampaikan pesan budaya yang tersirat bahwa Gamelan Sekaten Kraton Surakarta Hadiningrat yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari telah tiba untuk diletakkan di Acara Sekaten Surakarta. Diharapkan Acara Sekaten setahun sekali agar para generasi berikutnya bersedia melestarikan dan menjaga peninggalan budaya Jawa tersebut.

Data (67) : (O1) Bagong (O2) Petruk (O1) Bagong (O2) Petruk (O3) Gareng (O2) Petruk

(O1) Bagong (O3) Gareng

: : : : : :

: :

Kowe bar ka ngendi Truk?

‘Kamu habis dari mana Truk?’

Sekatenan, mau ndherekne Kagungan Dalem Bapa Sekaten.

‘Sekatenan, tadi menghantarkan Kagungan Dalem Bapa Sekaten.’

Oh…iki Gamelane wis medhun ta Truk?

‘(Oh)…ini Gamelannya sudah turun kan Truk?’

Miyos.

‘Keluar.’

Sampun miyos.

‘Sudah keluar.’

Kagungan Dalem miyos trus digunakake dipapanake ana ing cacah gangsal wangunan.

‘Kagungan Dalem keluar terus digunakan diletakkan ada di lima bangunan.’

O…

‘(O)...’

Nggih..nggih.

‘Ya..ya.’

commit to user utara itu…apa..Kyai Guntur Sari.’

O…Guntur Sari.

‘(O)…Guntur Sari.’

Sing kidul Kyai Guntur Madu.

‘Yang selatan Kyai Guntur Madu.’

Penak kidul, kidul madu kabeh lho…lha Guntur Madu ta, madu lak enak banget.

‘Enak selatan, selatan madu semua (lho)...(lha) Guntur Madu kan, madu kan enak banget.’

Guntur kuwi bledheg.

‘Guntur itu petir.’

O…

‘(O)..’

Lha ya kuwi, kaya ngapa kuwi warisan saka Majapahit.

‘(Lha) ya itu, seperti apa itu warisan dari Majapahit.’

Dadi Gamelan kuwi nganu...eee...nganggo warisan barang ta?

Jadi Gamelan itu…eeee….pakai warisan juga ya?’

Ya warisan ngono wae.

‘Ya warisan begitu saja.’

O…warisan.

‘(O)...warisan.’

Kira-kira umure pira Truk?

‘Kira-kira umurnya berapa Truk?’

Wah jaman Majapahit surup kuwi kira-kira taun sewu limang kuna, Majapahit iku wis antara taun kuwi.

‘(Lha) ya sudah lima ratusan lebih. Oleh karena itu, Majapahit tahun kuno, Majapahit itu antara tahun itu.’

O…antara taun kuwi…ya…ya….siji wae apa Truk?

‘(O)...antara tahun itu…ya..ya…satu saja apa Truk?’

Sekaten kuwi ana loro, Kraton Kasunanan Surakarta karo Kasultanan Ngayogyakarta. Jan-jane Cirebon ya ana, sakdurunge ana Kasultanan Kasunanan, Demak kuwi ana Cirebon. Sunan…eeee..Sunan Cirebon kuwi Sunan Gunung Jati utawa Sunan Lerean ing Cirebon kana, kuwi ya nduwe Gamelan Sekaten, ning cara badhan kana…kabeh kuwi dadi Budaya, dadi aset.

commit to user (O3) Gareng :

‘Sekaten itu ada dua, Kraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Sebenarnya Cirebon ya ada, sebelum ada Kasultanan Kasunanan, Demak itu ada di Cirebon.

Sunan…eeee…Sunan Cirebon itu Sunan Gunung Jati atau Sunan Lerean di Cirebon sana, itu ya mempunyai Gamelan Sekaten, tetapi cara adat sana….semua itu menjadi Budaya, jadi aset.’

O…dadi aset.

‘(O)…menjadi aset.’

(D1. 134-158/BS/19/02/2010)

Tuturan di atas, Petruk (O2) menjelaskan Bagong (O1) dan kepada Gareng (O3) tentang kegiatannya hari ini menghantarkan Gamelan Sekaten Kraton Surakarta untuk ditaruh di Acara Sekaten Surakarta. Dan Petruk juga menjelaskan tentang sejarahnya Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu (laki-laki) dan Kyai Guntur Sari (wanita) secara terperinci dan harus dimengerti oleh keduanya, karena itu semua adalah warisan peninggalan budaya masa lampau yang kita semua miliki sebagai aset budaya.

2. Dalam lakon Sirnaning Angkara pada hari Sabtu, tanggal 5 Juni 2010 menyampaikan pesan moral yang tersirat bahwa seseorang itu jangan pernah mengganggu urusan orang lain dan mengambil yang bukan haknya, yang dalam data lakon ini disebutkan sewaktu melakukan tapa mbisu.

Data (68) : (O1) Petruk (O2) Gareng (O1) Petruk (O2) Gareng (O1) Petruk

: : : : :

Saiki awak dhewe cukup prihatin. Pangganan selehne kene.

‘Sekarang kita cukup prihatin. Makanannya taruh sini.’

Ya ditutup.

‘Ya ditutup.’

Wis. Kowe meneng aku meneng sapa sing omongan, kalah.

‘Sudah. Kamu diam aku diam siapa yang berbicara, kalah.’

Ra oleh mangan?

‘Tidak boleh makan?’

Ora enthuk mangan. Sapa sing nyolong kalah, berarti tapa mbisu.

‘Tidak boleh makan. Siapa yang mencuri kalah, berarti tapa diam.’

commit to user

Ya, sing penting iki ditutup.

‘Ya, yang penting ini ditutup.’

Ning engko nek aku sing…nek kowe omongan aku oleh mangan.

‘Tapi nanti kalau aku yang…kalau kamu berbicara aku boleh makan.’

Ya, dadi aku batal. Iki dadi dadekmu.

‘Ya, jadi aku batal. Ini jadi punyamu.’

Neng kene ya?

‘Di sini ya.’

Dadi mung maen kode, ya ta? Kowe gedheg aku manthuk omongane mengo pa?

‘Jadi hanya main kode, ya kan? Kamu mengelengkan kepala aku menganggukan kepala berbicarannya berpaling ya?’

Ya…ya…ya.

Tiba-tiba Bagong dengan anaknya datang, sebagai berikut.

Luwe ya luwe, ya meneng wae ta Tan, takbanting kowe, luwe ya luwe ra omong wae, lha ya ngono lho…kowe mangan apa anak lanang?

‘Lapar ya lapar, ya diam sajalah Tan, aku banting kamu, lapar ya lapar tidak berbicara saja, (lha) ya begitu (lho)…kamu enthuk? kowe ya ra doyan? takkekne anakku ora nesu? kowe ya ra doyan? ora nesu? ora njaluk ra pa pa ya? kowe ya ra doyan? takenthekne kabeh ya? gen digawa anakku ra nesu ya?

commit to user (O1) Petruk

(O3) Bagong (O1) Petruk (O3) Bagong (O2) Gareng (O1) Petruk

:

: : : : :

iki digawa mulih lho nang…kana…kana dikekne Mboke kana ya?

‘Ini ada makanan. Tan ini bukan punyamu Tan? ini aku makan boleh?...hallo…kamu ya tidak marah? aku makan sama anakku ini ya tidak apa-apa? sini…aku makan tidak marah ya? kita makan boleh? kamu ya tidak mau? aku kasih anakku tidak marah? kamu ya tidak mau? tidak marah? tidak minta tidak apa-apa ya? kamu ya tidak mau? aku habiskan semua ya? biar dibawa anakku tidak marah ya? ini aku bawa pulang (lho) di…sana…sana dikasihkan Ibu sana ya?’

Cut…cut…cut, wis ngrusakne tanian Bagong ki, kowe nyapa ta Gong?

‘Berhenti…brhenti…berhenti, sudah merusakkan tanaman Bagong i, kamu kenapa sih Gong?’

Takpangane ya?

‘Aku makan ya?’

Pangganen!

‘Makan sana!’

Heh? kowe ra nesu?

‘Heh? kamu tidak marah?’

Ngrusoi pangganan e.

‘Mengganggu makanannya.’

Gong kowe ki.

‘Gong kamu itu.’

(D2. 51-79/SA/05/06/2010)

Tuturan di atas menunjukkan Bagong (O3) beserta Anaknya (O4) tiba-tiba datang dan mengganggu Petruk (O1) dan Gareng (O2) yang sedang prihatin dalam hal ini tapa mbisu siapa yang menang untuk bisa memiliki makanan yang dijadikan hadiahnya. Namun kedatangan Bagong (O3) beserta Anaknya (O4) sangat mengganggu keduanya.

3. Dalam lakon Sumitra Rabi pada hari Selasa, tanggal 8 Juni 2010 menyampaikan pesan pendidikan dalam keluarga yang tersirat bahwa menjadi orang tua itu harus adil jangan membeda-bedakan di dalam memberikan sesuatu kepada anaknya, baik berwujud barang ataupun uang, karena akan menimbulkan kesenjangan di antara mereka. Meski orang tua itu mengetahui latar belakang dari

commit to user

anak-anaknya tersebut, akan tetapi bagaimanapun mereka adalah darah dagingnya.

Pakaianmu wis ana sing rusak?

‘Pakaian kamu sudah ada yang rusak?’

Durung.

‘Belum.’

Nek suwek guwak, sesuk tuku anyar.

‘Kalau sobek buang, besok beli baru.’

Suwek guwak sesuk tuku anyar.

‘Sobek buang besok beli baru.’

Lha iya.

Klambimu kuwi rusak ora?

‘Baju kamu itu rusak tidak?’

Ya rodok dhedhel kok.

‘Ya agak rusak (kok).’

Ya nek dhedhel, goleke dom bolah dondomi.

‘Ya kalau rusak, carikan jarum benang dijahit.’

Lhoh kowe kuwi anak-anak kok nek mung aku karo Petruk kok beda tembunge kuwi piye ta?

‘(Lhoh) kamu itu anak-anak (kok) kalau hanya aku sama Petruk (kok) berbeda perkataannya itu bagaimana?’

Mau Petruk muni piye?...Truk, nek klambi rusak buwang…guwak tuku anyar.

‘Tadi Petruk berkata bagaimana?...Truk, kalau baju rusak buang…buang beli baru.’

commit to user (O1)Semar

(O3) Gareng

(O2) Petruk (O1) Semar (O2) Petruk

: :

: : :

Golek dom bolah dondomi.

‘Cari jarum benang dijahit.’

Iki anak kowe pa anak beda kok... ora adil takdheplok ora kowe.

‘Ini anak kamu atau anak berbeda (kok)…tidak adil aku injak nanti kamu.’

Kok isa ra adil ki sebabe apa?

‘(Kok) bisa tidak adil itu sebabnya apa?’

Iki perkarane ya mung Mbok-Mbokmu kuwi.

‘Ini permasalahannya ya karena Ibu-Ibumu itu.’

O…

‘(O)…’

(D3. 28-51/SR/08/06/2010)

Tuturan di atas menunjukkan Semar (O1) begitu jelas sifat pilih kasihnya pada anak, dalam hal ini Petruk (O2) dan Gareng (O3) sebagai anaknya. Petruk (O2) yang selalu dikasihi Semar (O1) sebagai bapaknya, akan tetapi berbeda dengan Gareng (O3) sangat berbanding terbalik dalam mendapatkan kasih sayang dari bapaknya. Penyebabnya dilihat dalam data tersebut karena si Gareng (O3) menegur bapaknya dalam hal ini Semar (O1) sewaktu sedang batuk dan mau meludah sembarangan di depannya. Di samping itu semua Semar (O1) masih memandang Gareng (O3) dari latar belakang ibunya.

C. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Bahasa Jawa