• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 3.Kerangka Teori 3.Kerangka Teori

4. Landasan Konsepsional

Bagian landasan konsepsional ini, akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan ini. Konsep adalah merupakan bagian yang penting dari rumusan teori. Kegunaan konsep pada dasarnya dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas. Pengertian konsep sendiri diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang lazim disebut dengan defenisi operasional. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian penafsiran mendua dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu juga dipergunakan untuk memberikan arah pada proses penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: Tindak Pidana Kehutanan dan pencucian uang (money laundering). Dari dua variabel tersebut akan dijelaskan pengertian dari masing-masing sebagai berikut :

a. Tindak Pidana Kehutanan

Penentuan pembalakan liar yang berdampak pada kerusakan hutan (illegal logging) sebagai tindak pidana kehutanan dan tindak pidana lingkungan hidup harus dimulai dari penempatan illegal logging sebagai kejahatan di dalam undang-undang, yang lazim dikatakan sebagai Kriminalisasi. Tindak pidana

illegal logging dikriminalisasi melalui perangkat hukum yang mengatur tentang kehutanan dan pengelolaan lingkungan hidup yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini secara tegas mensyaratkan beberapa perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana, misalnya Pasal 50 ayat 3 butir a, b, c dan diancam pidana dalam Pasal 78 ayat 2, melanggar`Pasal 78 ayat 5, 7 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 41 ayat 1, Pasal 46 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Beberapa pasal di dalam undang-undang tentang kehutanan dan lingkungan hidup yang dikriminalisasi dijadikan sebagai ketentuan hukum tentang perbuatan yang dilarang dan diharuskan, disertai dengan ancaman pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Pelanggaran atas ketentuan hukum pidana biasa disebut sebagai tindak pidana, perbuatan pidana, delik, peristiwa pidana dan banyak istilah lainnya. Terhadap pelakunya dapat diancam sanksi sebagaimana sudah ditetapkan dalam undang-undang.

b. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

Secara sederhana pencucian uang merupakan suatu perbuatan memindahkan, menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh criminal organization, maupun individu yang melakukan tindakan korupsi, perjudian, perdagangan narkotika, kejahatan kehutanan, kejahatan lingkungan hidup dan tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan, menyamarkan atau mengaburkan asal-usul uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang

ilegal. Adapun yang melatar belakangi para pelaku pencucian uang (money laundering) melakukan aksinya adalah dengan maksud memindahkan atau menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang menghasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime dari kejahatan yang dilakukan, menikmati hasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya atau kedalam bisnis yang sah.

Defenisi tentang money laundering atau tindak pidana pencucian uang banyak terdapat dalam kamus, undang-undang, maupun yang dihasilkan dari konvensi-konvensi yang berkaitan dengan money laundering yaitu antara lain : Menurut

“Money Laundering berasal dari money dan laundering. Money adalah : 1. The medium of exchange authorized or adopted by a government as part of its currency coins and currency are money, 2. Assets that can be easily converted to cash, 3. Capital that is invested or traded as a commodity, 4. Funds; Sums of money. Sedangkan pengertian Loundering adalah The Federal crime of transferring illegally obtained money through illegitimate persons or accounts so that its sriginal sourred cannot be traced.”42

Money Laundering disini dengan kata lain adalah kejahatan yang berasal dari hasil pentransferan uang yang didapatkan secara tidak sah melalui orang atau rekening yang sah agar sumber dari uang tersebut tidak dapat dilacak.

G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, sehingga penelitian memfokuskan untuk menelaah dan menganalisis norma-norma hukum, asas-asas hukum yang terdapat di dalam undang-undang tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana kehutanan, maupun di dalam hukum acara pidana beserta peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian,43 oleh karenanya penelitian ini terdiri atas penelitian terhadap asas-asas hukum.

42

Garner, A. Bryan, Black’s Law Dictionary, seventh edition, (West Group: St. Paul, Minn, 1999) hal. 1021

43

Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGarfindo Persada, 1995), hal. 12, bahwa penelitian hukum normatif atau kepustakaan mencakup:

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap taraf singkronisasi vertikal dan horizontal.

d. Perbandingan hukum.

Artinya penelitian ini bertitik tolak dari aturan-aturan hukum yang mengatur tentang tindak pidana pencucian uang dengan cara mengadakan identifikasi terhadap kaidah-kaidah hukum yang telah dirumuskan, misalnya melihat penentuan predicate crime on money laundering yakni illegal logging di dalam tindak pidana pencucian uang dan proses pembuktian yang diatur oleh KUHAP. Setelah itu ditarik asas-asas hukum (beginselen) yang melandasinya, asas-asas ini diartikan sebagai asas materil yang berlaku di dalam undang-undang.44

Selanjutnnya, di dalam penelitian hukum normatif ini juga menggunakan buku-buku literatur yang telah disediakan terlebih dahulu, untuk memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah sebagai perbandingan, maupun sebagai petunjuk dalam menguraikan bahasan terhadap masalah yang dihadapi, selanjutnya peneliti mengumpulkan dan mempelajari beberapa tulisan yang berhubungan dengan topik tesis ini. Penelitian seperti ini menurut Rinal Dwokin disebut dengan istilah penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it written in the book), maupun hukum yang diputuskan

44

Ibid, hal. 62, bahwa di dalam penelitian hukum normatif, maka penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan berperilaku atau bersikap tidak pantas. Penelitan tersebut dapat dilakukan (terutama) terhadap bahan hukum primer dan skunder, sepanjang bahan-bahan tadi mengandung kaedah-kaedah hukum. Sebab, tidak setiap pasal dalam suatu perundang-undangan misalnya, mengandung kaidah hukum, ada pasal-pasal yang hanya merupakan batasan saja sebagaimana lazimnya ditemukan pada bab-bab ketentuan umum dari perundang-undangan tersebut. Penelitian terhadap asas-asas hukum merupakan suatu penelitian filosofis.

oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it is decided by the judge through judicial process).45

Penelitian tesis ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian hanya menggambarkan tentang situasi atau keadaan yang terjadi terhadap permasalahan yang telah dikemukakan, dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada suatu analisis atau suatu klasifikasi, tanpa secara langsung bertujuan untuk menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.46