• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

G. Landasan Teori

Skripsi ini akan membahas peranan pers. Pers dalam skripsi ini diartikan sebagai surat kabar. Hal ini mengacu pada kamus Bahasa Indonesia,16 di mana pers diartikan: 1) usaha percetakan dan penerbitan, 2) usaha pengumpulan dan penyiaran berita, 3) penyiaran berita melalui surat kabar, majalah dan radio, 4) orang yang bergerak dalam penyiaran berita, 5) medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.

Peranan pers17 yang dimaksudkan adalah dalam hal mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di samping adanya strategi perjuangan secara diplomasi dan

16

Sumber: Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 675.

17

Pers berasal dari bahasa latin (pressa) dan bahasa inggris (press), yang diartikan sebagai mencetak, alat untuk mencetak layaknya mesin cetak (drukpres). Mencetak, diartikan sebagai mencetak suatu tulisan atau gambar, baik mengenai hal-hal yang telah terjadi maupun masih berupa perkiraan dan kemudian dilekatkan pada kertas setelah melalui proses drukken–penghimpitan yang keras. Hasil dari proses tersebut, yang kemudian dikenal dengan sebutan Koran—berasal dari bahasa Belanda—(surat kabar), majalah atau tabloid, dan disebar-luaskan kepada khalayak (bersifat informatif). Sumber: Anonimous, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, Jilid 9, (Jakarta: Ictiar Baru van Hoeve, 2005), hlm. 172; Jilid 4, hlm. 127; Jilid 7, hlm. 1-2.

perjuangan bersenjata, pers juga dikatakan berjasa dalam mewujudkan kedaulatan Indonesia. Seperti pendapat yang dikemukakan Harold Crouch, yang menyatakan bahwa: Tanpa diplomasi, para pejuang tidak akan dapat menang, akan tetapi tanpa perjuangan, diplomat-diplomat tidak akan mempunyai suara yang meyakinkan.‖18

Kepopuleran dua strategi perjuangan tersebut (diplomasi dan perjuangan bersenjata) dapat dikarenakan perannya yang dianggap pokok dibandingkan dengan pers.

Meskipun kedaulatan Indonesia terwujud berkat peran yang dijalani oleh strategi diplomasi, adanya pers cukup penting dan turut andil dalam diplomasi yang dilakukan oleh RI-Belanda. Andil pers terlihat pada saat menginformasikan kepada masyarakat umum, tentang diplomasi dan perjuangan bersenjata yang sedang dilancarkan bangsa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat mengetahui apa yang sedang terjadi di Indonesia dan bagaimana mereka harus mensikapi keadaan ini.19

Konflik yang terjadi antara RI-Belanda, jika didasarkan pada pandangan Andrew Arno, disebabkan oleh komunikasi. Komunikasi yang terjadi di dalam konflik dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu konflik menjadi semakin intensif atau konflik menjadi reda. Media massa berperan dalam menyelesaikan konflik, sekaligus konflik ini menjadi berita bagi media massa. Dari media massa, masyarakat

18

Baca: Colin Wild dan Peter Carey, Op.cit, hlm. 150-151.

19

Pers bertindak sebagai penyambung lidah rakyat, untuk menyampaikan segala hal yang terkait dengan keadaan Indonesia saat itu (1945-1950), keadaan yang penuh konflik dengan bangsa asing. Sebagai penyambung lidah rakyat menunjukkan bahwa interaksi pers dengan rakyat lebih dekat sehingga perjuangan pada masa kemerdekaan RI tersebut dapat terwujud karena adanya hubungan dekat pers dan rakyat. Oleh karena itu, pers sangat berperan dalam mengkoordinir massa untuk melakukan perlawanan menghadapi bangsa asing.

mendapatkan informasi mengenai konflik tersebut dan secara tidak langsung media massa menjadi sasaran opini publik.20

Pendapat Arno tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut: komunikasi di depan meja perundingan (diplomasi) tidak tercapai, Belanda kemudian melancarkan perang. Perang tersebut berupa Agresi Militer Belanda I dan II (merupakan konflik antara RI dan Belanda). Pers yang ada di Yogyakarta bertindak sebagai media penyampai informasi dan konflik itu menjadi berita bagi surat kabar.

Sebagaimana yang telah disebutkan di depan, pers, merupakan bagian dari media massa.21 Media massa digolongkan menjadi dua, yaitu media elektronik dan media cetak. Media elektronik terdiri dari film, radio dan televisi. Sedangkan media cetak—disebut Pers, terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid, dsb.22 Meskipun bentuk penyajian informasinya tidak sama tetapi berfungsi sebagai sarana atau alat

20

Ignatius Haryanto, Indonesia Raya Dibredel, (Yogyakarta: Lkis, 2006), hlm. 242-243.

21

Rosihan Anwar, ―Peranan Media Massa Dalam Kebudayaan Nasional‖,

Kumpulan Karangan, (Jakarta: tp, 1992), hlm. 197; Ignatius Haryanto, Op.cit., hlm. 242.

22

Berdasarkan keputusan dewan pers tahun 1970, kategori pers tidaklah semua media massa tetapi hanya media massa yang isi beritanya beraneka ragam—

dalam hal ini corak berita, misal politik, sosial, ekonomi, dsb—media massa yang isinya hanya mengenai seks, seperti tabloid pria dewasa yang beredar saat ini, bukanlah kategori pers. Sumber: Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1987), hlm. 113.Dalam pengertian yang luas, pers adalah seluruh alat komunikasi massa seperti radio, tv, surat kabar, majalah, dsb, tetapi dalam pengertian sempit adalah surat kabar, majalah, tabloid, dsb—untuk dapat disebut sebagai pers, ia harus memenuhi syarat-syarat publisitas (tersebar luas, terbuka), terbit secara periodik, bersifat umum (universalitas) dan aktuil. Sumber: Amir Effendi Siregar, Pers Mahasiswa Indonesia: Patah Tumbuh Hilang Berganti, (Jakarta: PT. Karya Unipress, 1983), hlm. 35; Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 154-155.

komunikasi untuk menyebarkan berita atau pesan kepada masyarakat secara luas. Beragam informasi tentang bidang kehidupan manusia, dimuat di dalamnya, mulai dari bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dsb.

Pers merupakan hasil dari kebudayaan23 yang lahir setelah terjadinya komunikasi antar manusia. Komunikasi yang tidak selalu bisa mengandalkan pertemuan secara langsung, mendorong manusia menggunakan media penghubung. Media yang diciptakan adalah media massa, segala informasi yang dibutuhkan dimuat di dalamnya dengan maksud untuk menciptakan komunikasi secara tidak langsung antara media dan si penerima informasi itu (resipien). Pers adalah hasil dari komunikasi antar manusia tersebut. Dan dalam perkembangan selanjutnya, media elektronik muncul sebagai bagian dari hasil budaya manusia dalam konteks media massa.

Berdasarkan definisi Charles Cooley,24 komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu. Komunikasi pun akan

23

Kebudayaan sering diartikan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia, sedangkan budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Lihat: Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1974), hlm. 80.

24

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 40.

mengalami suatu proses yang dinamakan proses komunikasi. Proses komunikasi adalah penyampaian pesan kepada umum. Proses itu terdiri dari unsur-unsur:

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan, ide, informasi, opini, dsb.

3. Saluran (channel, media), yaitu alat yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan.

4. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.

5. Efek, yaitu pengaruh atau akibat dari kegiatan komunikasi yang dilakukan komunikator kepada komunikan.

Sukses tidaknya suatu komunikasi tergantung dari efek kegiatan komunikasi itu. Dari unsur-unsur proses komunikasi yang dipaparkan Cooley di atas, dapat disimpulkan bahwa pers yang berkedudukan sebagai media atau saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, memiliki pengaruh. Dan pengaruh pers tidak hanya berimbas pada informasi apa yang telah diberitakannya tetapi juga kepada komunikan yang mengetahui informasi dari pers itu. Di sini lah, penilaian terhadap pengaruh pers yang dapat mengukuhkan pers sebagai alat perjuangan yang juga penting peranannya dalam perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945-1950 selain diplomasi dan perjuangan bersenjata.

Media massa berperan sebagai media penghubung dan media yang diciptakan adalah pers, segala informasi yang dibutuhkan dimuat di dalamnya. Kebutuhan akan pers ini, tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi pemerintah. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan informasi, dapat menimbulkan suatu hubungan antara pers,

masyarakat dan pemerintah—hubungan triangle,25 yaitu berupa hubungan yang menguntungkan antara satu dengan yang lain. Menguntungkan karena yang satu berperan sebagai pemberi informasi/pesan dan yang lain sebagai penerima informasi/pesan. Dengan kata lain memiliki hubungan yang fungsional.26

Hubungan antara pers dan pemerintah, dapat mempengaruhi hubungan pers dan masyarakat, serta hubungan masyarakat dengan pemerintah.27 Pandangan tersebut, menyerupai pendapat Rosihan Anwar terhadap pers yang mengatakan bahwa pers setaraf dan sama derajatnya dengan pemerintah, parlemen dan peradilan. Pers merupakan sebuah lembaga politik yang mempunyai haknya sendiri dan terikat erat dengan semua lembaga pemerintah. Pers mempengaruhi lembaga-lembaga tersebut dan pada gilirannya pers dipengaruhi oleh mereka.28 Menurut Rosihan juga, cita-cita pers terdahulu adalah menggerakkan para putra Indonesia menjadi wartawan di zaman pergerakan nasional menuju Indonesia merdeka serta di masa memperjuangkan dan menegakkan Republik terhadap serangan kaum kolonialis dan imperialisme.29

25

Jakob Oetama, Op.cit., hlm. 53.

26

Ibid., hlm. 92.

27

Ibid., hlm. 58.

28

Rosihan Anwar, 1983, Op.cit., hlm. 266.

29

Pandangan Rosihan Anwar tersebut, akan menjadi dasar untuk menjelaskan seberapa besar dan pentingnya pers pasca proklamasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, selain adanya strategidiplomasi dan perjuangan.

Dokumen terkait