• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PERANAN DAN KONTRIBUSI KEDAULATAN RAKYAT SELAMA

B. Kedaulatan Rakyat sebagai Pewarta Usaha Diplomasi

2. Pertemuan Kaliurang

Langkah awal yang ditempuh KTN untuk menyelesaikan konflik RI-Belanda yaitu dengan mengadakan pembicaraan bersama kedua pemerintah (RI-Belanda), dari pembicaraan itu akhirnya disepakati untuk kembali ke meja perundingan. Tempat perundingan yang dituntut keduanya pun tidak sama, Belanda mengajukan Jakarta

13

sebagai tempat perundingan dan Indonesia menolaknya. Mengenai pemilihan tempat tersebut, dalam surat kabarnya, Kedaulatan Rakyat menyampaikan:14

…Belanda tidak suka kalau tempat itu di Jogja, sebaliknja pihak Republik tidak suka kalau di Djakarta atau kota jang diduduki Belanda lainnja. Beberapa kota atau negeri lainnja jg. disebut2: Singapura, India, Bangkok, Manila, Darwin Port dan Hongkong.

Sementara itu Aneta mengabarkan, bahwa suggestie dikemukakan orang di Djakarta supaja pertemuan itu dilakukan di sebuah kapal netral diperairan jg netral di Utara. Pulau Seribu, djadi di Utara Djakarta. Beberapa kalangan di Jogja berpendapat, bila suggestie ini diterima, berarti, bahwa kebebasan bergerak dan mengadakan perhubungan kurang djuga, terutama kurang bagi wakil2 pers Indonesia jang dengan demikian tidak bisa langsung berhubungan dengan pers dan rakjat seperti kalau pertemuan diadakan didaratan sesuatu negeri asing.

Perdana Menteri Amir Syarifoeddin pun menyatakan hal yang sama:15

Ditegaskan sekali lagi, bahwa perundingan jang sebenarnja antara kedua pihak itu djangan diadakan disuatu tempat jang dikuasai Belanda, tetapi diluar daerah pertikaian Indonesia-Belanda. Procedure ini akan merupakan sjarat jang perlu sekali jang memungkinkan tertjapainja penjelesaian jang baik.

Terkait dengan pemilihan tempat perundingan tersebut, pihak KTN kemudian menemui pemerintah RI di Yogyakarta. Pertemuan itu terjadi di Kaliurang dan merupakan perundingan pertama antara KTN dengan delegasi Indonesia. Berikut, kabar yang ditulis oleh Kedaulatan Rakyat dalam rangka kedatangan KTN ke Yogyakarta:

Setelah mengadakan pertemuan dengan presiden dan melangsungkan pertemuan perkenalan dengan kabinet, kemarin sore djam 17.30 Komisi-3-Negara mengadakan perundingan buat pertama kali dengan delegasi Indonesia. Segenap anggauta dan

14 Sumber: “Dimana Akan Berunding?: Didaratan Tidak, Dilautan Tidak?”,

Kedaulatan Rakyat, 4 November 1947.

15 Sumber: “Komisi-3-Negara Besok Di Jogja”, Kedaulatan Rakyat, 28 Oktober 1947.

anggauta tjadangan jang berada di Jogjakarta menghadiri perundingan tersebut. Pembitjaraan mengenai soal untuk menetapkan suatu tempat jang netral atau jang disetudjui kedua belah pihak, dimana nanti akan dapat diadakan pembitjaraan2 jang mengenai pokok soalnja antara wakil2 Pemerintah Negara Belanda dan Republik Indonesia.16

Dari pertemuan itu, kemudian diputuskan tempat yang cocok untuk diadakan perundingan Indonesia-Belanda setelah Perundingan Linggajati dinyatakan gagal. Tempat itu di sebuah kapal milik Amerika.17 Keputusan ini disambut baik oleh kedua negara yang bertikai itu. Selain menghasilkan keputusan mengenai tempat yang akan dipergunakan, pertemuan ini juga menghasilkan notulen Kaliurang, yang didalamnya memuat berbagai keterangan KTN.

Adanya notulen tersebut mengakhiri pertemuan Kaliurang antara RI dan KTN. Mengenai keputusan yang dicapai dalam pertemuan Kaliurang tersebut, Kedaulatan Rakyat dalam Tajuk Rencananya menuliskan:18

Sudah kita tuliskan kemarin, perundingan Kaliurang rupanja telah dapat

menghasilkan ,,pertemuan pendapat”, jang mungkin didjadikan dasar untuk

mentjapai persetudjuan kelak, asal kedua belah pihak tetap dapat memeliharakan good-will dan suasana saling mengerti.

16 Sumber: “Kontak Pertama Kom.-3-Negara Dg. Delegasi Indonesia”,

Kedaulatan Rakyat, 30 Oktober 1947.

17 Sumber: “Pasti diatas Kapal, Perundingan Indonesia Belanda”, Kedaulatan Rakyat, 8 November 1947. Berikut kutipan yang dimaksudkan “Kemarin malam

Komisi 3 Negara telah mengeluarkan komunike jang isinja antara lain menjatakan, bahwa kedua belah pihak ialah Delegasi Indonesia dan Belanda telah menjetujui usul Komisi, supaja perundingan Indonesia-Belanda jang akan datang dilangsungkan diatas kapal jang netral jang diselenggarakan oleh Komisi tersebut. Komisi-3-Negara telah minta bantuan Amerika untuk menjediakan kapal jang diperlukan itu”. Baca juga buku: Pramoedya Ananta Toer, dkk., Loc.cit.; Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka: 1945-1950, (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, 1985), hlm. 155.

18

…,,pertemuan pendapat” tertjapai sudah. Dua dasar disetudjui. Memang dasar jang

masih bersifat umum dan kabur sekali tetapi jang dengan good-will bisa dipakai untuk dasar perundingan selandjutnja.

Panitia Perantara memadjukan ,,additional suggestions” kepada kedua belah pihak.

Tidak ada jang mau mengatakan apa ,,suggestie tambahan” itu. Tapi jang njata,

lekas habisnja perundingan sangat menjolok mata.

Suatu tanda, ,,additional suggestions” ada apa-apanja. Atau lebih djelas lagi, ada apa-apa jang menjebabkan ,,additional suggestions” itu dimadjukan.

Dan tentu ada artinja pula salah seorang anggauta staf Amerika mengatakan: ,,If

you don’t agree, then you have to prepare to fight again!” (,,kalau tuan2 tidak setudju, tuan2 harus bersiap-siap untuk bertempur lagi!”)

Tajuk rencana di atas, menunjukkan bahwa hasil yang dicapai dalam pertemuan di Kaliurang, merupakan wujud tercapainya persetujuan terhadap usul yang diajukan. Dengan begitu pertempuran setidaknya dapat sedikit diredam, karena telah adanya kesepakatan. Kesepakatan itu setidaknya dapat melancarkan, jalan menuju perundingan yang akan segera digelar di kapal Renville.

Pada tanggal 13 Januari 1948, kembali dilaksanakan pertemuan Kaliurang. Pertemuan kali ini bertujuan untuk membicarakan usul enam pasal tambahan yang dikemukakan oleh KTN. Pihak Belanda sendiri mau menerima usul tersebut, berbeda dengan pihak RI yang keberatan menerima usul KTN itu. Alasan keberatannya karena ada kekhawatiran kalau RI akan kehilangan kekuasaannya di masa peralihan. Menanggapi kekhawatiran RI itu, Frank Graham menjamin RI dengan mengatakan you are what you are (anda adalah anda−seperti keadaan yang ada sekarang).

Maksudnya adalah kedudukan RI akan tetap ada seperti sekarang dan jaminan bahwa RI akan mendapat perwakilan yang adil dalam NIS.19

Enam usul tambahan yang dikemukakan KTN, salah satunya adalah “dalam

waktu tidak kurang dari enam bulan tapi tidak lebih dari satu tahun sesudah persetudjuan ini ditanda tangani, maka didaerah-daerah di Jawa, Sumatera dan Madura akan diadakan pemungutan suara (plebisciet) untuk menentukan apakah rakjat didaerah-daerah tersebut akan turut dalam Republik Indonesia atau masuk

bagian jang lain didalam lingkungan Negara Indonesia Serikat”.20

Usul ini pula yang menjadi alasan bagi RI untuk menerima usul tambahan yang diajukan KTN.21 Dan usul ini kemudian masuk kedalam enam pasal tambahan dalam perundingan Renville.

Dokumen terkait