• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan data utama dalam penelitian. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah tulisan-tulisan yang berupa kata, frasa, atau kalimat yang menunjukkan kritik sosial. Sumber data dari penelitian ini adalah 18 karya sastra jenis puisi yang diunggah dalam sosial media instagram.

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah buku-buku acuan, jurnal, skripsi, situs internet, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karya sastra, sosiologi sastra, dan kritik sosial.

31 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah menggunakan studi pustaka. Studi Pustaka yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca, dan mempelajari buku-buku acuan yang berhubungan dengan penelitian (Hadi, 1987:9). Kemudian dilanjutkan dengan teknik simak dan catat. Menurut Subroto teknik simak dan catat yaitu teknik penyimakan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian dan mengadakan pencatatan terhadap data-data yang relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Retnasih, 2014:48). Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data yang diunggah di media sosial instagram berupa karya sastra siber jenis puisi yang berisikan kritik sosial.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Menurut Nasir (dalam Tantawi 2017:66) metode deskriptif berupaya mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena pada fenomena pada objek yang diteliti.

Analisis deskripsi dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (a) Peneliti melakukan pembacaan terhadap puisi-puisi siber di instagram yang telah dikumpulkan untuk memahami secara keseluruhan, (b) Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data berdasarkan butir-butir masalah yang telah dirumuskan, (c) Peneliti kembali menafsirkan seluruh data menggunakan interpretasi untuk menemukan kepaduan dan hubungan antara

32

data, hingga akhirnya diperoleh pengetahuan tentang karya sastra. Data yang telah didapatkan kemudian dipisahkan berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu kritik sosial masalah politik, ekonomi, moral, pendidikan, keluarga, agama, teknologi dan gender. Hasil yang diperoleh adalah berupa uraian penjelasan penelitian yang sifatnya deskriptif.

33 BAB IV

KRITIK SOSIAL DALAM SASTRA SIBER PUISI

Sastra siber merupakan karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan melalui medium internet atau teknologi informatika. Sastra siber yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sastra jenis puisi yang diunggah dan dipublikasikan dalam sosial media instagram. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi yang berisi masalah-masalah sosial yang dikritik pengarang dalam puisinya.

Masalah-masalah sosial dilihat dari interpretasi penulis terhadap teks puisi yang sudah ditafsirkan.

Dalam penelitian ini, terdapat sembilan masalah sosial yang akan dibahas.

Masalah-masalah tersebut berupa masalah sosial politik, ekonomi, moral, pendidikan, keluarga, kebudayaan, agama, gender, dan teknologi. Penulis akan mendeskripsikan kesembilan masalah sosial yang dikritik dalam sastra siber jenis puisi tersebut seperti berikut ini.

4.1 Kritik Sosial Masalah Politik

Sistem politik didefinisikan sebagai sesuatu pola ketegaran kemanusiaan yang sampai tingkat tertentu melibatkan kendali, pengaruh, kekuasaan atau wewenang (Dahla, 1991:15).

Kritik sosial masalah politik muncul seiring dengan terjadinya ketimpangan pada aspek-aspek politik yang meliputi pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan. Ketimpangan bisa terjadi apabila mekanisme politik tidak dijalankan sesuai dengan porsi skala prioritas masing-masing aspek.

34

Salah satu pemicu munculnya masalah sosial dalam aspek politik adalah adanya wewenang dan kekuasaan dari para penguasa yang tidak terkontrol dalam mewujudkan suatu kepentingan tertentu. Wewenang penguasa yang tidak terkontrol mengakibatkan tidak meratanya kesejahteraan bagi masyarakat.

Banyak politisi di negara yang terlibat kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tindak sewenang-wenang, dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang dan wakil rakyat. Perilaku penguasa, aktor politik, dan partai politik seakan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan kritik dalam puisi berikut.

Negeri Orang Dalam Di negeri orang dalam, kehormatan hanya gincu, yang paling utama itu kolega, juga koneksi yang luas

untuk memasukkan sanak saudara;

keahlian tak perlu dicoba, asal ada hubungan siapapun bisa dimasukkan,

asalkan beruang

apapun bisa jadi sebuah kemungkinan.

Di masyarakat orang dalam kami tidak diterima,

kata mereka kami terlalu banyak menuntut,

35 selalu ingin lebih,

tapi tak pernah mau menurut

Puisi Negeri Orang Dalam diunggah oleh akun instagram @aksarataksa pada tanggal 30 Agustus 2019. Masalah politik yang mendasar dalam puisi di atas adalah masalah-masalah yang ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan tindak kesewenang-wenangan dan adanya tindak nepotisme para penguasa.

Kesewenang-wenangan pemerintah mengakibatkan diskriminasi serta penderitaan bagi masyarakat kecil dan miskin. Hal tersebut tampak pada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang mengakibatkan ketimpangan dan ketidakadilan bagi masyarakat kecil.

Secara ide cerita, puisi Negeri Orang Dalam sangat mudah untuk dimaknai karena penggunakaan diksi yang sederhana. Bait pertama merupakan kritik yang ditujukan kepada pemerintah. Pemerintah sebagai sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan masyarakat tidak bisa adil pada masyarakat. Dengan kekuasaannya, penguasa tidak lagi memandang kehormatan, keterampilan dan keahlian masyarakat, yang paling penting memiliki uang dan koneksi yang luas. Orang yang memiliki harta dan takhta akan lebih mudah mendapatkan sesuatu yang ingin dia capai.

Selain kesewenang-wenangan penguasa, pengarang juga mengkritik adanya nepotisme dalam pemerintahan, yaitu lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Nepotisme tentu menunjukkan adanya ketidakadilan bagi masyarakat. Nepotisme hanya menguntungkan mereka yang memiliki akses seperti hubungan kekerabatan,

36

pertemanan, dan lainnya, sehingga sangat merugikan masyarakat seperti halnya masyarakat yang memiliki keahlian atau kemampuan yang dimiliki.

Bait kedua menggambarkan bahwa masyarakat orang dalam tidak menerima masyarakat kecil dan miskin. Berdasarkan konteks puisi, masyarakat orang dalam dapat dimaknai sebagai pejabat pemerintahan maupun orang-orang kaya yang serakah dan mau menang sendiri. Masyarakat kecil dianggap banyak menuntut dan tidak menurut. Penguasa ingin masyarakat kecil menurut saja kepada apa yang terjadi pada masyarakat. Ini juga merupakan kritik kepada pemerintah bahwa masyarakat kecil dan miskin lebih dinomor duakan dari mereka yang memiliki harta dan takhta.

Masyarakat seharusnya tidak dibeda-bedakan. Kedudukan setiap warga negara adalah sama, anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa harus dibeda-bedakan baik yang miskin dan kaya, baik yang berpendidikan ataupun tidak. Persamaan kedudukan masyarakat sebagai warna negara Indonesia tersebut dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Menghargai persamaan dan kedudukan warga negara dapat juga menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia, dapat menumbuhkan sikap tenggang rasa.

Selain kritik sosial masalah tindak kesewenang-wenangan penguasa, ada juga kritik ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat seperti yang disampaikan dalam puisi berikut ini:

Merajam Paru-Paru Harus berapa banyak lagi Paru-paru digilas

37 Oleh udara polutan yang beringas?

Harus berapa banyak dari kami Mati lemas dirajam

Jelaga batu-bara buas Dan dibakar panas?

Harus berapa banyak dari kami sekarat Ditimbulkan dalam kongsi bejat Korporat dan birokrat?

Energi untuk rakyat, energi untuk berdaulat.

Bacot! Rakyat melarat

Dan negeri tamat diganyang duo bejat;

Korporat dan birokrat.

Puisi Merajam Paru-Paru merupakan puisi yang diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada tanggal 9 Agustus 2020. Pengarang dalam puisi berusaha menceritakan efek dari pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) bagi masyarakat.

Pada Tahun 2020 ini, pembangunan PLTU semakin banyak dilakukan diberbagai daerah. Pembangunan PLTU yang berbahan batu bara sebagai bahan baku pengoperasian pembangkit listrik tentu akan sangat berdampak pada polusi udara yang menghasilkan limbah B3, dikarenakan merugikan dan menyebabkan

38

masyarakat terjangkit penyakit pernapasan jika setiap harinya menghirup udara kotor. Hal inilah yang dikritik pengarang dalam puisinya.

Puisi ini mengkritik ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat yang hidup di sekitar pembangunan PLTU. Puisi ditujukan kepada birokrat dan korporat. Dimana PLTU dibangun hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu.

Sedangkan mereka tidak mempedulikan masyarakat yang tinggal dan hidup di daerah pembangunan PLTU dan tidak mempedulikan kelestarian alam. Negara seakan tidak memperdulikan nasib masyarakat, apalagi soal kesehatan masyarakat yang hidup di sekitar PLTU.

Seperti yang kita ketahui, pembangunan PLTU diharapkan dapat mensuplai kebutuhan listrik rumah tangga dan industri masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, ataupun perluasan peluang kerja terutama bagi masyarakat sekitar pembangunan. Akan tetapi, penggunaan kalimat

„Bacot, rakyat melarat’ dalam puisi, terlihat bahwa pengarang meragukan akan sampainya manfaat pembangunan tersebut kepada masyarakat. Pengarang berpendapat bahwa pembangunan hanya akan menguntungkan para penguasa.

Birokrat dan korporat membangun untuk tujuan menghasilkan uang, tidak dengan mensejahterakan rakyat.

Masalah politik yang di kritik dalam karya sastra siber juga dilihat pada masalah kesejahteraan masyarakat kecil. Masalah tersebut dikritik dalam puisi berikut ini.

Sampaikan Pesan Ini Kepada Senayan Sampaikan pesan ini kepada Senayan.

39 Kami Buruh muak

Memanjangkan perbudakan.

Mogok kerja adalah niscaya Jika kami diperhamba

Membuat kapitalis kaya raya.

Bukan kami mau menuntut upah tinggi Kami hanya menjemput sejahtera abadi Sadarkan korporat bahwa kami

Manusia merdeka Yang punya hak asasi.

Sampaikan pesan ini kepada para dewan.

Tolong taruh nurani saat rakit Undang-undang bagi pekerja negeri.

Kami buruh indonesia

Berhak merdeka dalam bekerja

Puisi Sampaikan Pesan ini Kepada Senayan diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada tanggal 20 Agustus 2020. Puisi ditujukan kepada elit politik dan penguasa untuk lebih peka mendengarkan keluhan rakyat yang mereka pimpin.

40

Masyarakat yang hidup sebagai buruh bekerja keras sesuai kemampuannya. Dalam puisi pengarang menjelaskan keadaan kesejahteraan terhadap buruh yang belum merata. Buruh sebagai pekerja bukan hanya ingin mendapatkan penghasilan tetap, akan tetapi juga kesejahteraan sebagai masyarakat. Dalam puisi dijelaskan bahwa buruh bukan sekadar menginginkan upah atau gaji yang tinggi, melainkan kesejahteraan. Buruh sebagai masyarakat juga memiliki hak asasi sebagai seorang pekerja.

Puisi ditulis pengarang sebagai bentuk kritik terhadap disahkannya RUU cipta kerja yang dianggap pengarang merugikan pekerja Indonesia. Pengarang mengkritik RUU cipta kerja yang merampas hak-hak buruh, karena menurutnya RUU cipta kerja dapat mengancam hak setiap orang untuk mendapatkan kondisi kerja yang adil dan menyangkut kesejahteraan dan upah para buruh.

4.2 Kritik Sosial Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi merupakan persoalan-persoalan yang menyangkut cara bagaimana manusia memenuhi kebutuhan materinya dari sumber daya yang terbatas jumlahnya, bahkan dari sumber daya yang langka adanya (Sumaadjmadja, 1980:77).

Dalam memenuhi materinya, masih banyak ketimpangan-ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat, misalnya pengangguran, tingginya harga bahan pokok, dan kurangnya lapangan pekerjaan. Masalah-masalah tersebut dikritik dalam puisi-puisi berikut:

41 BURUH

Aku pekerja imigran dari Indonesia Keberangkatanku karena putus asa Keringat diperas bagaikan santan Tapi upah tak bisa mensejahterakan

Isu kerap menghantui tentang pekerjaanku Fitrah dan cacian kerap terdengar ditelingaku Tapi aku bukan pengemis yang kau hinakan

Aku bukan koruptor meski aku dibantai kemiskinan

Aku merantau ingin mengurangi angka pengangguran di negeriku Memperkaya diri tak memikirkan itu yang dilakukan pejabatku Aku tak menuntut mu aku menuntut keadilan

Karena buruh gaji rendah juga punya hak mendapat keadilan (Diunggah oleh @realitahatti, 3 Mei 2019)

Puisi yang berjudul Buruh diunggah oleh akun instagram @realitahati pada 3 Mei 2019 ini mengkritik kemiskinan dan rendahnya lapangan pekerjaan.

Judul tersebut berkonotasi rintihan kehidupan masyarakat kecil yang tidak mempunyai cukup harta benda sebagai bekal hidup seorang manusia.

Dalam bait pertama puisi, pengarang menggambarkan seorang buruh yang bermigrasi karena hilangnya harapan terhadap keadaan ekonomi yang dialaminya.

Buruh tersebut sudah bekerja keras dengan sekuat tenaga akan tetapi tidak

42

mendapatkan upah yang layak atau hasil kerja kerasnya tidak seimbang dengan upah yang ia peroleh. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat tentu akan melakukan berbagai upaya seperti memilih bekerja di luar negeri.

Demi memenuhi kebutuhan ekonomi, tak jarang manusia rela melakukan apa saja seperti memilih untuk bekerja keluar negeri karena susahnya mendapatkan pekerjaan di negera sendiri dan tidak cukupnya upah atau gaji yang didapatkan karena besarnya pengeluaran kehidupan. Tentu setiap orang akan melakukan segala upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya pengarang yang memilih untuk bekerja di luar negeri karena tuntutan kebutuhan ekonomi.

Seorang pekerja tentu mengharapkan gaji atau upah yang setimpal mengingat kebutuhan hidup yang selalu mengalami kenaikan setiap tahun.

Namun, di dalam puisi, pengarang mencoba mengungkapkan bahwa gaji atau upah yang dia dapat tidak dapat menutupi biaya hidupnya. Hal tersebut merupakan kritik terhadap kemiskinan masyarakat.

Pada bait ketiga, pengarang juga menjelaskan bahwa ia memilih bekerja di luar negeri agar mengurangi angka pengangguran di negera Indonesia. Secara jelas, pengarang mengkritik masih tingginya angka pengangguran di Indonesia.

Dalam bait ketiga puisi, pengarang juga menafsirkan bahwa buruh tidak hanya meminta materi untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, yaitu upah atau gaji yang tinggi. Akan tetapi, juga mengarah pada permohonan atas hak untuk sejahtera. Pengarang puisi mengutarakan kritik atas belum meratanya kesejahteraan pada masyarakat kecil. Buruh yang bermigrasi dalam konteks puisi ini meminta kapada negaranya atau kepada pemerintah untuk membuka lapangan

43

pekerjaan dan memberi upah yang cukup untuk mendapatkan kesejahteraan secara jasmani dan rohani. Secara keseluruhan buruh dalam konteks puisi mengeluh tentang masih tingginya angka pengangguran di Indonesia. Hal tersebut dapat ditafsirkan mewakili pandangan akan realita yang dialami sebagian besar masyarakat, yang mengarah pada harapan akan dibukanya lapangan pekerjaan seluas-luanya bagi masyarakat.

Selain itu, masalah kemiskinan dan pengangguran juga dikritik oleh akun instagram @odemarjinal dalam puisinya sebagai berikut:

Nyanyi Kaum Usiran

Harus berapa banyak lagi kaum sendiri yang dipecat? Setelah hari demi hari mengabdikan diri menggemukkan para pemodal, menciptakan bagi mereka aneka pundi-pundi

Pesangon ala kadar, perut ditikam lapar.

Anak dan istri menangis, makanan habis.

Dapur beku dan kosong. Baju dan kue lebaran sebatas angan-angan.

Harus berapa banyak lagi buruh asing Didatangkan dan diberi penghidupan?

Dengan aneka alasan, berbagai pembenaran

44 Dan pembodohan kepada peradaban.

Sanak sendiri menganggur, buruh asing Dikasih hidup makmur.

Harus berapa banyak lagi, Tuan?

Puisi Nyanyi Kaum Usiran diunggaholeh akun instagram @odemarjinal pada tanggal 5 Mei 2020. Seperti yang di jelaskan pada keterangan unggahan, pengarang menulis puisi dilatarbelakangi oleh pandemi Covid-19 (Corona Virus).

Covid-19 adalah sebuah virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Virus ini menyebar lewat cairan dari mulut dan hidung seseorang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin. Untuk memutus rantai penyebaran virus, negara memutuskan untuk lockdown untuk sementara waktu. Sehingga dampak perekonomian masyarakat terutama bagi kelompok menengah ke bawah sangat besar. Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan. Efek dari Covid-19 ini membuat masyarakat terancam kehilangan pekerjaan terutama pada penduduk yang berpendapatan rendah dan pekerja informal. Penduduk yang kehilangan pekerjaan tentu mengakibatkan masalah ekonomi bagi masyarakat.

Dalam puisi, pengarang menggambarkan masyarakat yang terkena dampak Covid-19, perekonomiannya menurun. Banyak masyarakat terkena PHK dengan pemberian pesangon seadanya. Hal tersebut menjadi permasalahan tersendiri bagi kebanyakan masyarakat. Akibat PHK masyarakat tidak dapat memebuhi kebutuhan hidup keluarganya.

45

Sementara disisi lain, pemerintah mengizinkan kedatangan tenaga kerja buruh asing ke Indonesia. Hal inilah yang di kritik pengarang. Langkah ini dianggap mencederai rasa keadilan rakyat, termasuk buruh di Indonesia yang sedang berjuang melawan Covid-19. Pemerintah seharusnya lebih sensitif dalam memutuskan sebuah kebijakan agar tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Penduduk sendiri yang kelaparan karena menurunnya pendapatan bahkan tidak memiliki pekerjaan, sementara negara menyambut buruh asing untuk diberi penghidupan sejahtera. Seharusnya pemerintah harus lebih mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

4.3 Kritik Sosial Masalah Moral

Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, susila (Poerwodarminto dalam Retnasih, 2014:35).

Kritik sosial masalah moral adalah kritik yang bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan mengkritik nilai-nilai moral yang tidak memperhatikan segi kemanusiaan, serta norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat. Moral pada prinsipnya mengacu pada penilaian baik dan buruk terhadap sesuatu. Ukuran dan penilaian tentang hal baik dan buruk tidak dapat ditentukan begitu saja. Penilaian tersebut juga dipengaruhi oleh etika yang berkembang dalam masyarakat tersebut.

Masyarakat dapat melihat baik buruknya seseorang dalam lingkungannya, akan tetapi masyarakat jarang sekali melihat bagaimana moral yang ada dalam dirinya sendiri. Sebelum menilai baik buruknya sesuatu, kita harus mengaca

46

kepada diri kita sendiri. Apakah sudah baik atau masih buruk. Hal inilah yang dikritik pengarang dalam puisinya berikut ini.

Pesan dari Pemerintah untuk Rakyat Rakyatku tercinta

Kau suruh aku atasi banjir

Kau buang sampah di mana-mana Kau minta ku bangun pendidikan Kau sendiri malas belajar

Kau suruh aku beri pekerjaan Kau punya hobi nganggur Kau minta sediakan buku Kau sendiri tak mau membaca Aku tutup prostitusi

Kau masih suka berwisata ke sana Kau minta beras murah

Kau tak mau jadi petani Aku bangun tempat ibadah

47 Kau pakai mobil tanpa aturan Kau minta jaminan kesehatan Gaya hidupmu tak mau sehat Kau minta atasi korupsi Kau masih suka disuapi Kau minta aku jaga budaya Hobimu nonton film korea Kau minta lapangan olahraga

Hobimu main game online tanpa kenal waktu dan tenaga (Diunggah oleh muaz_giras, 19 April 2019)

Puisi Pesan Pemerintah untuk Rakyat merupakan puisi yang diunggah oleh akun instagram @muaz_giras pada tanggal 19 April 2019. Dalam puisi tersebut, pengarang menggambarkan pemerintah yang mengkritik rakyatnya.

Pengarang mengkritik sikap-sikap masyarakat yang ingin menuntut kehidupan yang lebih baik akan tetapi perilaku dan tindakan masyarakat tidak mendukung terhadap apa yang mereka tuntut. Ketika ingin menyalahkan orang lain, kadang kita lupa untuk bercermin, melihat bagaimana diri kita sendiri bersikap.

Setiap orang tentu menginginkan hidup sejahtera, tanpa masalah, dan hidup bahagia seperti yang diimpikan. Hidup yang seperti itu akan terlaksana apabila masyarakat bekerja sama dalam membangun bangsa. Akan tetapi, sikap dan perilaku masyarakat yang berbeda-beda tentu akan menyebabkan masalah sosial bagi masyarakat itu sendiri.

48

Seperti halnya puisi di atas, pengarang mengkritik perilaku buruk masyarakat terhadap aktivitas di lingkungan hidupnya. Pengarang menilai masyarakat kurang mengintropeksi diri, masyarakat menilai kekurangan pemerintah yang tidak dapat mengatasi banjir, pendidikan yang kurang baik, meminta lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya, sementara masyarakat sendiri masih berperilaku buruk seperti membuang sampah kesungai, malas belajar, malas bekerja, gaya hidup yang tidak sehat, tawuran dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan negara yang baik tidak hanya dari pemerintah saja., tetapi juga berasal dari kesadaran masyarakat. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Selain itu, masalah moral yang di kritik dalam sastra siber (puisi) di instagram adalah sikap peduli sosial. Sikap ini memang membawa dampak positif, akan tetapi sikap peduli sosial yang memiliki maksud dan tujuan di dalamnya merupakan moral yang buruk. Seperti yang digambarkan pada puisi di bawah ini.

Narsis

Para raja mencintai bayangan tubuhnya, maka dari itu mereka abadikanlah

gambar-gambar tubuh mereka, tidak peduli molek atau tidak sedap dipandang

Diabadikan setiap karung beras,

Kresek bantuan sembako, kardus-kardus mie

49 Tak lupa pulak nama lengkap Yang harus dihafal rakyat baik-baik.

Rasa-rasanya setiap rakyat harus mengingat betul Jasa baik dan polesa citra bak malaikat

Mutlak mereka pikir rakyat mesti berbuat baik Kepada mereka yang susah payah berlagak Juru selamat, minimal membantu mereka

Mempertahankan singgasana untuk lima tahun berikutnya.

Tidak peduli beras, mie, sembako, berasal Dari uang rakyat, yang penting foto raja Harus selalu melekat

Poles citra seperti malaikat dan juru selamat Di masa-masa penuh sekarat.

Puisi Narsis diunggah di instagram oleh akun @odemarjinal pada 7 Mei 2020. Pengarang dalam puisi menggambarkan pemerintah yang memberikan bantuan sosial kepada masyarakat. Namun, bantuan sosial tersebut memiliki agenda tersembunyi di dalamnya, seperti mencari popularitas dan ditunggangi kepentingan politik. Penguasa memberikan bantuan akan tetapi bantuan disertakan

50

dengan menempelkan foto-foto atau nama penguasa di karung beras, kardus mie, dan kresek sembako.

Dilihat dari sikap moral, pengarang mengkritik sikap penguasa yang pamrih, mau mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara memanfaatkan

Dilihat dari sikap moral, pengarang mengkritik sikap penguasa yang pamrih, mau mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara memanfaatkan

Dokumen terkait