• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASTRA SIBER SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL ERA MILENIAL SKRIPSI OLEH PRICILYA SARA A HUTAJULU NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SASTRA SIBER SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL ERA MILENIAL SKRIPSI OLEH PRICILYA SARA A HUTAJULU NIM"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SASTRA SIBER SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL ERA MILENIAL

SKRIPSI

OLEH

PRICILYA SARA A HUTAJULU NIM 160701034

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Sastra Siber Sebagai Media Kritik Sosial Era Milenial

Oleh

Pricilya Sara A Hutajulu Nim 160701034

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan dituliskan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Desember 2020

Pricilya Sara A Hutajulu NIM 160701034

(5)

iv

Sastra Siber Sebagai Media Kritik Sosial Era Milenial

Oleh

Pricilya Sara A Hutajulu NIM 160701034

ABSTRAK

Puisi merupakan salah satu karya sastra. Sebagai bagian dari karya sastra, puisi berisi ungkapan pikiran dan perasaan penulis dengan bahasa yang terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik, dan bait. Ungkapan-ungkapan yang dituangkan penulis ke dalam bentuk puisi tersebut dapat berupa kritik terhadap permasalahan sosial yang dialami masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah sosial apa saja yang dikritik dalam sastra siber jenis puisi pada era milenial. Metode yang digunakan dalam menelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa puisi-puisi siber mengandung kritik terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kritik sosial yang terkandung dalam puisi-puisi siber yang ada di instagram adalah 1) kritik sosial masalah politik, 2) kritik sosial masalah ekonomi, 3) kritik sosial masalah moral, 4) kritik sosial masalah pendidikan, 5) kritik sosial masalah kebudayaan 6) kritik sosial masalah keluarga, 7) kritik sosial masalah agama, 8) kritik sosial masalah teknologi, 9) kritik sosial masalah gender.

Kata Kunci: Sastra Siber, Puisi, Kritik Sosial, Sosiologi Sastra.

(6)

v PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat serta izin dari-Nya yang telah memberi kesehatan dan kesempatan bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir memiliki banyak kesulitan yang penulis alami. Namun berkat saran dan dukungan dari semua pihak, hambatan-hambatan itu dapat teratasi dengan baik. Terwujudnya skripsi ini tentunya setelah menempuh perjalanan panjang serta tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pada tempat dan kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada semua orang yang telah berjasa mengarahkan, membimbing, mendukung, dan menyemangati penulis sehingga dapat menyelesaikan studi yang ditempuh. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimakasih atas kesempatan dan fasilitas- fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Dr. Budi Agustono, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimakasih telah menyediakan fasilitas- fasilitas yang penulis gunakan selama kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Terimakasih telah mengarahkan peneliti dalam menjalani perkuliahan dan membantu peneliti

(7)

vi

dalam hal administrasi. Sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, memberi banyak nasihat, motivasi, dan masukan bagi peneliti dalam proses penulisan skripsi.

4. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimakasih telah memberikan informasi terkait dengan perkuliahan kepada peneliti.

5. Drs. Hariadi Susilo, M.Si. dan Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukan dan saran yang diberikan dalam skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimakasih telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama peneliti menjalankan masa perkuliahan.

7. Joko Santoso, A.Md., staf administrasi Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimakasih telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

8. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Baniar Hutajulu dan Mama Risma Hutabarat. Terimakasih untuk kasih sayang, kerja keras dan pengorbanan yang sangat luar biasa penulis rasakan yang tak bisa terbalaskan dengan apapun. Mama yang seharusnya sudah menikmati hari tua tapi harus bekerja keras lagi untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan hidup penulis. Kalian yang rela menahan teriknya matahari, derasnya hujan,

(8)

vii

melahap nasi dingin dan lauk seadanya, semua kalian lakukan sehingga penulis dapat sekolah dan kuliah hingga akhirnya meraih gelar sarjana.

9. Saudara Kandung peneliti yang sangat peneliti sayangi, terutama Kak Hesty Hutajulu dan Kak Thresya Hutajulu. Terimakasih untuk selalu mendukung, memberi semangat, motivasi, dan dana disaat penulis pertama kali menginjakkan kaki dibangku perkuliahan hingga sampai menggapai gelar sarjana ini. Mereka yang mengajarkan kepada penulis bagaimana kerasnya kehidupan, bagaimana cara bertahan hidup tanpa disisi keluarga, bagaimana harus mengenal diri sendiri, dan bagaimana bisa hidup tanpa berpoya-poya. Terimakasih sudah berperan banyak dalam hidup penulis, Kak. Terimakasih atas semua pemberian kalian yang sangat besar kepada penulis.

10. Partner dalam segala hal, Sevenri Harianja, S.S. Terimakasih untuk selalu menjadi teman pemberi ide, tempat bertukar pikiran, dan penyemangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk marahmu yang sebenarnya demi kebaikanku, terimakasih untuk ocehanmu yang tidak mengenal lelah dalam menyuruhku menyelesaian skripsi, terimakasih telah mendengarkan curhatku tentang pengerjaan skripsi yang belum kelar-kelar dan bagaimana jenuhnya mengerjakan skripsi. Dan terimakasih untuk tetap setia disisi penulis sampai saat ini.

11. Teman-teman terbaik penulis, Nataria Sinulingga yang menjadi teman berjuang penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Yang selalu mendengarkan keluhanku, memberi kata-kata semangat dan pantang menyerah padahal dirinya sendiri juga sedang berjuang menggapai gelar

(9)

viii

sarjana. Terimakasih untuk tidak pernah marah dan selalu sabar menghadapi sifatku. Terimakasih telah menjadi teman penulis mengarungi berbagai tempat-tempat indah di Medan, telah menjadi teman susah senang penulis selama di Medan. Anni Robiah, teman berjuang menyelesaian skripsi. Si judes yang baik hati yang memberi pendapat tentang skripsiku. Delima, teman yang akan selalu menjadi temanku.

Terimakasih untuk pembelajaran pertemanan yang kita lalui selama perkuliahan. Sella dan tini, si sahabat karib yang selalu menjadi teman kelompokku saat ada tugas kelompok di bangku perkuliahan.

12. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia stambuk 2016, yang menjadi wadah penulis selama proses perkuliahan. Terimakasih atas pemikiran, motivasi, dukungan, dan doa-doa yang diberikan kepada peneliti.

Dalam usaha penyelesaian skripsi ini, penulis telah berusaha dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, jika ada kekurangan maupun kelemahan, penulis bersedia menerima saran yang bersifat membina, demi sikap ilmiah dan perbaikan bagi penulis pada masa mendatang, semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia ilmu sastra Indonesia.

Medan, Desember 2020

Pricilya Sara A Hutajulu NIM 160701034

(10)

ix DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ... 7

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Tinjauan Pustaka ... 26

BAB III ... 30

METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian... 30

3.2 Sumber Data ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV ... 33

KRITIK SOSIAL DALAM SASTRA SIBER PUISI ... 33

4.1 Kritik Sosial Masalah Politik ... 33

4.2 Kritik Sosial Masalah Ekonomi... 40

4.3 Kritik Sosial Masalah Moral ... 45

4.4 Kritik Sosial Masalah Pendidikan ... 50

4.5 Kritik Sosial Masalah Kebudayaan ... 56

(11)

x

4.6 Kritik Sosial Masalah Keluarga ... 58

4.7 Kritik Sosial Masalah Agama ... 64

4.8 Kritik Sosial Masalah Teknologi ... 69

4.9 Kritik Sosial Masalah Gender ... 72

BAB V ... 78

SIMPULAN ... 78

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN... 83

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah hasil ciptaan dan kreativiras pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang menciptakan karya dari pengalaman, perasaan, ide, dan pengamatannya terhadap gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona menggunakan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah kehidupan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-orang, antarmanusia dan antarperistiwa yang terjadi pada batin seseorang (Damono, 1984:1).

Karya sastra bisa muncul dari hasil perenungan pengarang terhadap fenomena atau masalah yang ada melalui pemahaman yang baik. Selain kreativitas, pengarang dituntut untuk bisa mengaitkan unsur terbaik dari pengalaman-pengalaman hidup manusia. Karya sastra dapat dikatakan sebagai pengungkapan masalah, filsafat dan ilmu jiwa yang dianggap sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi dan emosi serta dapat dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional (Siswanto, 2008:67).

Menurut pandangan Siswanto (2008:74) karya sastra merupakan proses kreatif di mana karya sastra memerlukan perenungan, pengendapan ide serta

(13)

2

pematangan di mana hal ini yang menjadi pembeda karya sastra penulis dari penulis lainnya. Selain itu, penulis juga harus mampu mengaitkan hasil karyanya terhadap lingkungan sekelilingnya. Dengan mengaitkan karya sastra terhadap kehidupan sehari-hari tentu mempermudah pembaca dalam menyerap karya sastra tersebut. Penulis yang baik mempunyai daya serap yang baik sehingga mereka dapat menciptakan jarak antara kehidupan sehari-hari dan kehidupan di dalam karya sastranya.

Salah satu ciri khas sastra yang sangat penting adalah fungsi komunikasi.

Memang benar karya sastra dihasilkan dari imaginasi dan kreativitas sebagai hasil kontemplasi secara individual, tetapi karya sastra juga ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain sebagai komunikasi. Secara garis besar, komunikasi dilakukan melalui; a) interaksi sosial, b) aktivitas bahasa (lisan dan tulisan), dan c) mekanisme teknologi (Ratna, 2003:297).

Salah satu bentuk karya sastra yang kerap dipakai oleh orang-orang dalam menyampaikan pesannya adalah puisi. Puisi adalah bentuk ekspresi penulis yang menggambarkan imaginasi, pemikiran, pengalaman, kritik, ataupun nasehat penulis yang ditujukan ke pembaca. Penulis banyak menggunakan puisi untuk mengekspresikan dirinya termasuk dalam mengkritik masalah sosial.

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan dan berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat (Mas‟oed, 1999:47). Tindakan sosial atau individual yang menyimpang dari kehidupan sosial maupun nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Dimana kritik sosial adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memberikan penilaian terhadap

(14)

3

persoalan atau kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat. Kenyataan sosial yang dikritik adalah kenyataan sosial yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut dapat diungkapkan dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran guna menentukan nilai hakiki suatu masyarakat lewat pemahaman, penafsiran, dari kenyataan-kenyataan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kritik sosial yang dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti pepe, ungkapan-ungkapan sindiran melalui komunikasi antarpersonal dan komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa (Mas‟oed, 1999:49).

Pada era milenial ini, kritik sosial banyak sekali dilontarkan melalui sastra siber. Sastra siber adalah karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan melalui medium internet atau teknologi informatika. Biasanya berupa karya sastra yang bergenre puisi atau prosa, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya karya sastra berupa drama. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan karya sastra siber jenis puisi sebagai bahan penelitian.

Dunia semakin kencang berputar. Hasil-hasil manusia tidak saja tertumpu pada keyakinan tentang bagaimana bisa bertahan hidup, tetapi sudah mencapai taraf pengembangan yang sering tidak diduga-duga. Mungkin sekitar 50 tahun yang lalu, tidak pernah terpikir oleh manusia ketika itu tentang adanya komputer apalagi internet yang kerap disebut sebagai dunia maya. Percaya atau tidak percaya apa yang kita baca di buku, koran, atau apapun yang berbentuk media cetak lainnya berangsur-angsur akan digantikan oleh media elektronik. Begitu

(15)

4

juga dengan sastra yang semula melalui teks cetak sudah mulai berubah wujud ke dalam kemasan digital. Contohnya dapat kita lihat pada era milenial ini tulisan karya sastra yang di tulis dalam media elektronik di aplikasi smartphone seperti Webtoon, Mangatoon, Wattpad, bahkan sudah banyak di sosial media seperti Instagram, Twitter, Facebook, Line, dan lain sebagainya.

Kemajuan teknologi internet inilah yang mendukung munculnya varian sastra siber berdasarkan mediumnya. Sastra siber hadir menjadi hal baru akibat tuntutan perkembangan zaman, khususnya perkembangan teknologi. Melalui medium ini, seseorang pengguna internet dan penggemar sastra akan memanfaatkan medium tersebut untuk melakukan ekspresi, seperti membuat puisi, cerpen, atau sekadar membuat tulisan-tulisan yang ringan.

Pada zaman sekarang, masyarakat banyak menggunakan sastra siber untuk mengekspresikan dirinya termasuk dalam mengkritik masalah sosial melalui media sosial, diantaranya: instagram, facebook, twiter, youtube. Bahkan ada aplikasi khusus untuk menulis karya sastra siber, seperti: wattpad, webtoon, mangaton, dan masih banyak lagi aplikasi yang digunakan pada era milenial.

Berdasarkan alasan di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis sastra siber berjenis puisi sebagai media kritik sosial dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, karena sastra siber adalah media untuk menyampaikan kritik sosial seseorang terhadap kehidupan bermasyarakat yang sifatnya individual maupun bernegara. Dengan pendekatan tersebut penulis dapat menafsirkan dan menginterpretasikan kritik sosial yang ada di puisi siber. Selain itu, sepanjang pengetahuan peneliti, sastra siber sebagai media kritik sosial ini belum pernah dianalisis sebelumnya.

(16)

5 1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah sangat diperlukan agar penelitian dapat mengarah dan terfokus mengenai sasaran yang akan dicapai. Hal ini dilakukan supaya peneliti tidak menyimpang dari tujuan semula. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada sastra siber jenis puisi sebagai media kritik sosial era milenial yang sumber datanya diambil dari puisi yang ada dalam media sosial instagram.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masalah sosial apa sajakah yang dikritik dalam sastra siber jenis puisi yang diunggah di media sosial instagram pada era milenial?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah sosial apa saja yang dikritik dalam sastra siber jenis puisi pada era milenial.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan akan dapat diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut:

(17)

6 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan pemahaman dan memperluas ilmu pengetahuan mengenai sastra siber sebagai media kritik sosial era milenial.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam memahami hasil penelitian.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca menemukan kritik sosial apa saja yang ada dalam sastra siber jenis puisi pada era milenial ini.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti, yang ingin meneliti dari bidang-bidang lain.

(18)

7 BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan unsur-unsur pokok atau gagasan pemikiran suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala atau merupakan definisi yang perlu diamati dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini digunakan konsep sebagai berikut:

2.1.1 Sastra Siber

Istilah sastra siber, dapat dirunut dari asal katanya. Cyber, dalam bahasa Inggris tidaklah berdiri sendiri, melainkan terjalin dengan kata lain seperti siberspace, sibernate, dan cybernetics. Cyberspace berarti ruang (berkomputer) yang saling terjalin membentuk budaya di kalangan mereka. Cybernate, berarti pengendalian proses menggunakan komputer. Cybernetics berarti mengacu pada sistem kendali otomatis, baik dalam sistem komputer (elektronik) maupun jaringan syaraf. Dari pengertian ini dapat dikemukakan bahwa siber sastra adalah aktivitas sastra yang memanfaatkan media komputer atau internet (Endraswara dalam Fitriani, 2011:67).

Karya sastra yang akan diteliti adalah karya sastra dalam bentuk puisi.

Puisi adalah hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan (Tarigan, 2017:3). Karya sastra puisi yang akan diteliti diambil dari media sosial instagram.

(19)

8 2.1.2 Media

Secara etimologi, kata “media” berasal dari bahasa Latin, yaitu “medius”

yang artinya “tengah, perantara atau pengantar”. Istilah media pada umumnya merujuk pada sesuatu yang dijadikan sebagai wadah, alat atau sarana untuk melakukan komunikasi. Menurut Criticos (dalam Daryanto, 2010:4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (dalam Ismail, 2018:204), mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0, yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran informasi atau konten di antara sesama pengguna.

2.1.3 Kritik Sosial

Dalam kehidupan sosial banyak permasalahan yang tidak dapat dihindari oleh manusia, mulai dari masalah ekonomi, kemiskinan, kejahatan, bahkan peperangan. Berbagai permasalahan tersebut mendorong manusia untuk melakukan kritik. Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani “krineis” yang berarti mengamati, membanding, menimbang. Kritik adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya kualitas, nilai kebenaran sesuatu (Tarigan, 2017:188).

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan dan berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat (Mas‟oed, 1999:49).

(20)

9 2.1.4 Era Milenial

Istilah “era milenial” merupakan istilah yang sudah akrab kita dengar.

Istilah tersebut berasal dari kata Millenials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya yang berjudul The Next Great Generation (2000). Milenial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers.

Dalam KBBI V online disebutkan bahwa milenial adalah berkaitan dengan generasi yang lahir antara tahun 1980-an dan 2000-an. Dengan kata lain, generasi milenial ini adalah anak-anak muda yang saat ini berusia antara 15-35 tahun.

Generasi milenial merupakan generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Generasi ini memiliki karakteristik komunikasi yang terbuka, penggunaan media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendekatan Hermeneutika

Sastra adalah sebuah karya yang terbuka terhadap berbagai interpretasi (penafsiran). Interpretasi merupakan proses menyampaikan pesan (makna) yang secara eksplisit dan implisit termuat dalam karya sastra. Interpreter adalah juru bahasa atau penerjemah pesan yang terdapat dalam karya sastra. Pesan yang tidak begitu saja langsung jelas kepada setiap pembaca oleh karena bahasa yang banyak digunakan dalam karya sastra adalah bahasa konotatif. Bahasa yang memungkinkan berbagai penafsiran. Karena cirinya yang demikian inilah, maka

(21)

10

dibutuhkan metode interpretasi yang cocok dan hermeneutika sangat memungkinkan untuk maksud tersebut.

Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari kata kerja bahasa Yunani kuno, yaitu hermeneuein yang berarti menafsirkan atau menginterpretasi, dari kata benda hermenia diterjemahkan penafsiran atau interpretasi (Sumaryono, dalam Simega, 2017:24). Dalam mitologi Yunani, kedua kata ini yakni hermeneuein dan hermenia sering sikaitkan dengan tokoh Hermes, seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Tugas menyampaikan pesan mengandung makna yakni (1) mengungkapkan sesuatu yang masih ada dalam pikiran melalui kata-kata (bahasa) sebagai media penyampaian (speaking), (2) mengusahakan penyampaian yang jelas, logis sesuatu yang sebelumnya kurang jelas atau samar-samar agar maksud dari pembicara dapat dipahammi (explanation), (3) mengalihbahasakan ucapan para dewa ke dalam bahasa yang dapat dimengerti manusia dalam arti menerjemahkan bahasa asing ke bahasa yag dapat dipahami pembaca (translation).

Pengalihbahasaan sesungguhnya identik dengan penafsiran (Parmer, dalam Simega, 2017:25). Dari situ kemudian pengertian kata hermeneutika memiliki kaitan dengan sebuah penafsiran atau interpretasi.

Ricouer (dalam Simega, 2017:25) mendefenisikan hermeneutika sebagai teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan konteks yang berbeda. Karakteristik yang menyebabkan kata-kata memiliki makna yang lebih dari satu bila digunakan dalam konteks-konteks yang berbeda oleh Ricoeur dinamakan „polisemi‟. Karakteristik inilah yang menjadikan hermeneutika

(22)

11

diperlukan dalam memahami manusia. termasuk kehidupan manusia yang terdapat dalam karya sastra.

Selanjutnya, menurut Ricoeur, menafsirkan sebagian tugas utama hermeneutika dimaksudkan untuk memahami teks. Ketika sebuah teks dibaca seseorang, sadar atau tidak ia akan memunculkan interpretasi terhadap teks tersebut. Teks tidak pernah lepas dari unsur bahasa. Analisis dilakukan melalui hubungan simbol-simbol dan simbol tersebu adalah simbol dari fakta. Tidak akan terwujud bahasa yang hanya merupakan serangkaian bunyi yang tidak memiliki makna. Oleh karena makna tersebutlah maka sistem simbol itu disebut bahasa.

Lebih terkait dengan teks simbolik yang memiliki beberapa makna (multiple meaning). Hermeneutik dianggap sebagai teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap teks. Apa yang diucapkan atau ditulis manusia mempunyai makna lebih dari satu bila dihubungkan dengan konteks yang berbeda. Pada hermeneutika dikenal istilah verstehen yaitu cara mengembangkan pengetahuan berdasarkan kemampuan manusia memahami pikiran, pandangan, perasaan, cita-cita, dorongan dan kemauan orang lain. Dalam kaitan dengan pemaknaan karya sastra, pembacalah yang berperan penting dalam penginterpretasian makna teks.

Lingkaran hermeneutik adalah satu prinsip yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemahaman. Khusus dalam pemahaman terhadap teks sastra adalah gagasan lingkaran hermeneutika (hermeneutical circle) yang dicetuskan oleh Dilthey dan yang diterima oleh Gadamer. Dalam studi sastra, gerak melingkar dari pemahaman ini sangat penting karena gagasan ini menganggap

(23)

12

bahwa untuk memahami objek dibatasi oleh konteks-konteks. Misalnya, untuk memahami bagian-bagian harus dalam konteks keseluruhan dan sebaliknya, dalam memahami keseluruhan harus memahami bagian per bagian. Dengan demikian, pemahaman ini berbentuk lingkaran. Dengan perkataan lain, untuk memahami suatu objek, pembaca harus memiliki suatu pra-paham, kemudian pra-paham itu perlu disadari lebih lanjut lewat makna objek yang diberikan. Prapaham yang dimiliki untuk memahami objek tersebut bukanlah suatu penjelasan, melainkan suatu syarat bagi kemungkinan pemahaman. Lingkaran pemahaman ini merupakan “lingkaran produktif.” Maksudnya, pemahaman yang dicapai pada masa kini, di masa depan akan menjadi pra-paham baru pada taraf yang lebih tinggi karena adanya pengayaan proses kognitif. Berdasarkan cara penginterpretasian yang dikenal dengan istilah lingkaran hermeneutika tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penafsiran terhadap teks dalam studi sastra pada dasarnya terjadi dalam prinsip yang berkesinambungan.

Dari penjelaskan di atas, penafsiran makna teks itulah yang digunakan untuk menemukan kritik sosial yang ada dalam karya sastra jenis puisi yang diambil dari media sosial instagram

.

2.2.2 Kritik Sosial dalam Karya Sastra a. Kritik Sosial

Dalam kehidupan sosial banyak permasalahan sosial yang tidak dapat dihindari oleh manusia, misalnya masalah ekonomi, kemiskinan, kejahatan, dan peperangan. Berbagai permasalahan tersebut mendorong manusia untuk

(24)

13

melakukan kritik. Kritik yang menyangkut kehidupan bermasyarakat disebut kritik sosial. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk melakukan kritik adalah melalui karya sastra.

Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani “krinein“ yang berarti mengamati, membanding, dan menimbang. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kritik didefinisikan sebagai penilaian (penghargaan), terutama mengenai hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni (Tarigan, 2017:187). Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat. Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum, manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2009:64), bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal mengenai perilaku antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kritik sosial merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memberikan penilaian terhadap persoalan atau kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat. Kenyataan sosial yang dikritik adalah kenyataan sosial yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Penilaian tersebut dapat diungkapkan dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran guna menentukan nilai hakiki suatu masyarakat lewat pemahaman, penafsiran, dari kenyataan-kenyataan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian kritik sosial tersebut memberi batasan kritik sosial selalu disertai dengan 1) penilaian yang dilakukan oleh seseorang, 2) kritik sosial digunakan untuk menentukan nilai hakiki suatu masyarakat, 3) kritik sosial didasarkan pada kenyataan sosial, 4) bentuk penyampaian kritik sosial

(25)

14

dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran.

Adapun batasan kritik sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah kritik sosial yang berdasarkan pada kenyataan-kenyataan sosial. Kenyataan sosial yang dikritik adalah kenyataan sosial yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dan dalam kurun waktu tertentu. Penulis bermaksud menganalisis masalah-masalah sosial yang muncul dalam budaya masyarakat tertentu, dikhususkan pada masyarakat pada era milenial.

b. Kritik Sosial dalam Karya Sastra

Karya sastra melalui medium bahasa figuratif konotatif memiliki kemampuan yang jauh lebih luas dalam mengungkapkan masalah-masalah yang ada di masyarakat (Ratna, 2003:23).

Sastrawan sebagai anggota masyarakat berusaha mengkomunikasikan masalah-masalah yang ada di masyarakat dengan cara menciptakan suatu karya sastra, yang mengandung kritik di dalamnya. Kedudukan sastrawan dalam menyampaikan kritik dapat berupa individu atau mewakili masyarakat.

Kritik sosial dalam karya sastra memiliki kesamaan dengan kritik sosial dalam pengertian umum atau kritik sosial dalam media massa. Kesamaan tersebut terletak pada kemampuannya untuk mengungkapkan segala problem sosial.

Damono (dalam Retnasih, 2014:24)berpendapat bahwa kritik sosial dalam karya sastra (dewasa ini) tidak lagi hanya menyangkut hubungan antara orang miskin dan orang kaya, kemiskinan dan kemewahan. Kritik sosial mencakup segala

(26)

15

macam masalah sosial yang ada di masyarakat, hubungan manusia dengan lingkungan, kelompok sosial, penguasa dan institusi-institusi yang ada.

Mas‟oed (1999:47) mengungkapkan kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan dan berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan yang menyimpang dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial.

Melalui karya sastra, kritik sosial yang berpengaruh tidak langsung kepada masyarakat dapat disampaikan secara terbuka. Maksudnya, masyarakat memiliki kebebasan untuk menilai atau mengkritik, setuju atau tidak terhadap kritik sosial yang disampaikan dalam karya sastra. Keputusan untuk menerima atau menolak kritik sosial itu didasarkan pada interpretasi masing-masing individu dalam masyarakat, setelah itu masyarakat akan bereaksi terhadap kritik sosial yang disampaikan oleh karya sastra.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa karya sastra dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan masalah-masalah dan kritik sosial, agar tercipta kondisi sosial yang lebih padu.

c. Jenis-Jenis Kritik Sosial

Pada penelitian ini peneliti mengklasifikasikan jenis-jenis kritik sosial berlandaskan pada konsep sosiologi sastra Marx, dengan pengembangan konsep konflik sosial berdasarkan konsep lembaga-lembaga kemasyarakatan, sehingga

(27)

16

peninjauan kritik dilakukan berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam konsep sosiologi sastra Marx dijelaskan bahwa eksistensi sastra sebagai produk pikiran dan perasaan manusia ditentukan oleh faktor di luar sastra, yaitu struktur material masyarakat. Dalam menganalisis sastra dengan metodologi analisis sastra Marx, terdapat tiga paradigma yakni: pertama analisis terhadap aspek di luar sastra, yaitu struktur kelas ekonomi masyarakat yang menjadi faktor determinasi sastra, yang dilakukan dengan mengidentifikasi latar sosial yang menjadi konteks terjadinya peristiwa. Kedua, analisis terhadap relasi struktural sastra dengan struktur masyarakat, yang tinjauan akhirnya adalah mengidentifikasi fenomena sosial masyarakat yang menjadi acuan dari perspektif konflik sosial antarkelas. Ketiga, analisis fungsi sosial sastra.

Menurut Soekanto (2009:395) pada hakekatnya masalah-masalah sosial yang terjadi pada masyarakat merupakan gejala-gejala yang tidak dikehendaki atau gejala patologis. Gejala-gejala tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

Masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dikurangi atau bahkan diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengemukakan kritik. Hal ini sesuai dengan teori tindakan yang dikemukakan oleh Talcott Parsons (Beilharz, 2002:293), bahwa tindakan adalah perilaku yang disertai aspek “upaya” subyektif dengan tujuan membawa kondisi-kondisi situasional atau “isi kenyataan”, lebih dekat dengan keadaan “ideal” atau yang

(28)

17

ditetapkan secara normatif. Melalui kritik sosial, diharapkan dapat mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga keadaan yang ideal dan harmonis dapat terwujud.

Soekanto (2009:46) berpendapat suatu masalah sosial akan timbul, apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dengan kenyataan yang dihadapi.Dalam keadaan normal terdapat hubungan lembaga- lembaga yang terintegrasi harmonis yaitu rumah tangga, moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan dan ekonomi (Soekanto, 2009:398-399).

Berdasarkan pernyataan diatas, terdapat distribusi yang merata antar lembaga kemasyarakatan, antara lain: rumah tangga, moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan, dan ekonomi. Namun apabila distribusi antar aspek tidak merata, maka akan timbul permasalahan sosial.

Berdasarkan uraian di atas maka kritik sosial pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi 9 aspek, meliputi politik, ekonomi, kebiasaan, pendidikan, keluarga, moral, gender, agama, dan teknologi. Pembagian ini didasarkan pada pembagian lembaga-lembaga kemasyarakatan yang meliputi:

politik, moral, pendidikan, agama, rumah tangga, ekonomi dan kebiasaan. Aspek- aspek ini kemudian dikembangkan lagi menjadi sembilan aspek dengan membagi aspek kebiasaan menjadi dua, yaitu aspek kebudayaan dan aspek gender, karena gender dan budaya merupakan aspek yang sama-sama berakar pada kebiasaan masyarakat. Aspek ekonomi dikembangkan menjadi dua, yakni ekonomi dan teknologi. Sebab teknologi terlahir seiring dengan perkembangan ekonomi dan industri. Masalah-masalah yang ada sebenarnya adalah bagian dari lembaga-

(29)

18

lembaga kemasyarakatan yang muncul karena ketidakstabilan kondisi baik itu individu maupun kelompok.

1. Kritik Sosial Masalah Politik

Manusia adalah makhluk berpolitik karena manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur kesejahteraan, keamanan, dan pemerintahan di dalam kelompoknya. Sistem politik didefinisikan sebagai sesuatu pola ketegaran kemanusiaan yang sampai tingkat tertentu melibatkan kendali, pengaruh, kekuasaan atau wewenang (Dahla, 1991:15). Dalam usaha mengatur pemerintahannya, manusia harus menjalankan suatu mekanisme yang sesuai agar membentuk suatu kehidupan bernegara, berpolitik yang baik, dalam arti makmur, tenteram, dan sejahtera, sehingga tidak terjadi ketimpampangan-ketimpangan yang akan merugikan masyarakat.

Politik memiliki peranan penting kepada masyarakat, salah satunya dalam hal pembuatan keputusan. Pengambilan keputusan sangatlah penting di mana memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan masyarakat. Selain itu, pengaruh merupakan suatu proses informal kontrol sosial yang ketat yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi sosial yang erat. Seorang pemimpin memiliki suatu pengaruh yang besar dalam sebuah pemerintahan. Mekanisme lain yang harus dijalankan dalam pemerintahan adalah kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan orang lain. Dalam hal ini, kekuasaan memiliki unsur yang tidak dimiliki oleh pengaruh, yaitu kemampuan untuk memadamkan perlawanan dan menjamin tercapainya keinginan penguasa itu. Aspek lain yang dalam mekanisme politik adalah kekuasaan. Kekuasaan dapat diartikan sebagai

(30)

19

kemampuan untuk menggunakan kekerasan. Kekuasaan dapat melawan keinginan orang dan membuatnya patuh pada peraturan atau kebijakan yang dtetapkan penguasa pemerintahan, walaupun dengan menggunakan jalan-jalan kekerasan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah politik merupakan kritik yang muncul seiring dengan terjadinya ketimpangan pada aspek- aspek politik yang meliputi pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan. Ketimpangan bisa terjadi apabila mekanisme politik tidak dijalankan sesuai dengan porsi skala prioritas masing-masing aspek.

2. Kritik Sosial Masalah Ekonomi

Menurut Karl Marx (Beilharz, 2003:2), ekonomi merupakan instansi determinan yang paling berpengaruh terhadap masyarakat, meskipun sebagai determinan, namun ia tidak dominan. Ekonomi menjadi sangat penting dalam masyarakat apabila tingkat ekonomi di masyarakat belum setara. Akan tetapi, ketika keadaan ekonomi dalam suatu masyarakat telah mapan, maka faktor yang menjadi prioritas bagi masyarakat bukan lagi faktor ekonomi, melainkan faktor lain, misalnya faktor budaya, moral, dan sebagainya.

Menurut Sumaarmadja (1986:77), masalah ekonomi merupakan persoalan- persoalan yang menyangkut cara bagaimana manusia memenuhi kebutuhan materinya dari sumber daya yang terbatas jumlahnya bahkan dari sumber daya yang langkah adanya. Dalam memenuhi kebutuhan materinya, masih banyak terdapat ketimpangan ketimpangan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat, misalnya masalah pengangguran, kurangnya lapangan pekerjaan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah ekonomi adalah kritik yang muncul akibat adanya ketimpangan ekonomi di

(31)

20

masyarakat, misalnya pengangguran, tingginya harga bahan pokok, dan kurangnya lapangan pekerjaan.

3. Kritik Sosial Masalah Pendidikan

Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan kepribadian, kemajuan ilmu, kemajuan teknologi, dan kemajuan kehidupan sosial pada umumnya (Sumaadmadja, 1980:89).

Dengan pendidikan, manusia dapat menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada dirinya sendiri dan masyarakat. Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga pendidikan tidak dapat dipisahkan sama sekali dengan kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara.

Lebih lanjut dikemukakan mengenai masalah-masalah pendidikan yang terjadi dalam masyarakat. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pendidik, baik pendidik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat serta faktor masalah yang bersumber pada anak didik itu sendiri.

Masalah-masalah yang disebabkan oleh faktor pendidik antara lain: masalah kemampuan ekonomi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan skill, kewibawaan, kepribadian, sikap (attitude), sifat, kebijaksanaan, kerajinan, tanggung jawab, kesehatan, dan sebagainya. Adapun permasalahan yang berasal dari faktor peserta didik sendiri meliputi: masalah kemampuan ekonomi keluarga, intelegensi, bakat dan minat, pertumbuhan dan perkembangan, kepribadian, sikap, sifat, kerajinan dan ketekunan, pergaulan, dan kesehatan (Ahmadi, 2001: 256).

Dengan adanya karya sastra, diharapkan pesan dan kritik sosial yang disampaikan

(32)

21

pengarang melalui karyanyadapat mengurangi bahkan menghapus kesenjangan- kesenjangan terutama masalah pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah pendidikan merupakan kritik yang disebabkan adanya masalah yang disebabkan oleh faktor pendidik dan anak didik itu sendiri. Masalah dari faktor pendidik antara lain: masalah kemampuan ekonomi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan (skill), kewibawaan, kepribadian, sikap (attitude), sifat, kebijaksanaan, kerajinan, tanggung jawab, kesehatan, dan sebagainya. Adapun permasalahan yang berasal dari faktor peserta didik sendiri meliputi: masalah kemampuan ekonomi keluarga, intelegensi, bakat dan minat, pertumbuhan dan perkembangan, kepribadian, sikap, sifat, kerajinan dan ketekunan, pergaulan, dan kesehatan.

4. Kritik Sosial Masalah Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan kebiasaan kelompok masyarakat yang tercermin dalam pengetahuan, tindakan, dan hasil karyanya, sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya untuk mencapai kedamaian dan/atau kesejahteraan hidupnya (Sibarani, 2014:95).

Bronislaw Malinowski (Soekanto, 1990:153) sebagai salah seorang pelopor teori fungsional membagi unsur pokok kebudayaan menjadi empat komponen, namun menggunakan rahan yang berbeda dengan pendapat Charon, antara lain: sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, serta organisasi kekuatan. Kebudayaan yang berkembang di dalam

(33)

22

masyarakat dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan seperti di atas, salah satunya unsur norma. Kebudayaan yang berkembang di suatu daerah tertentu akan berbeda dengan daerah lainnya, karena pengaruh unsur norma.

Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah budaya merupakan kritik yang muncul akibat adanya masalah-masalah yang terjadi akibat penyimpangan terhadap unsur-unsur kebudayaan.

5. Kritik Sosial Masalah Moral

Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai tersebut terbentuk dari nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun menurun melalui agama dan kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup (Salam, 1997:3).

Moral pada prinsipnya mengacu pada penilaian baik dan buruk terhadap sesuatu. Ukuran dan penilaian tentang hal baik dan buruk tidak dapat ditentukan begitu saja. Penilaian tersebut juga dipengaruhi oleh etika yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Etika merupakan sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas itu (Salam, 1997:2). Sikap etis yang berbeda antara satu orang dengan orang lain dalam masyarakat memungkinkan adanya perbedaan pendapat dalam memandang moral.

Melalui karya sastra, penulis atau sastrawan menyampaikan nilai-nilai kebenaran yang ada dalam masyarakat dan mengkritik nilai-nilai moral yang buruk dan menyimpang dari masyarakat. Penilaian terhadap masalah moral

(34)

23

tersebut didasarkan pada etika yang dianut oleh pengarang sebagai anggota masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah moral adalah kritik yang bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan mengkritik nilai-nilai moral yang tidak memperhatikan segi kemanusiaan, serta norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat.

6. Kritik Sosial Masalah Keluarga

Keluarga adalah organisasi terkecil dalam masyarakat. Dalam interaksinya dengan sesama anggota keluarga, terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dihargai.

Menurut Soekanto (2009:44), disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggotanya gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya. Disorganisasi keluarga dapat terjadi dalam masyarakat kecil yaitu keluarga, ketika terjadi masalah sosial atas dasar perbedaan pandangan atau faktor ekonomi. Melalui kritik yang disampaikan dalam sebuah karya sastra, diharapkan masalah disorganisasi keluarga dapat teratasi dan tercipta keluarga yang serasi dan harmonis.

Kritik sosial masalah keluarga adalah kritik yang muncul akibat adanya disorganisasi dalam keluarga. Disorganisasi dalam keluarga muncul akibat adanya konflik sosial akibat adanya perbedaan pandangan atau faktor ekonomi.

(35)

24 7. Kritik Sosial Masalah Agama

Kata „agama‟ berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu dari kata: „a‟ yang berarti tidak, dan „gamae‟ yang berarti kacau, tidak teratur. Dari dasar pengertian ini selanjutnya terjadi pengertian agama. Agama adalah suatu kepercayaan yang berisi norma-norma atau peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara manusia dengan Tuhannya. Norma tersebut bersifat kekal (Salam, 1997:179).

Agama berfungsi mengisi, memperkaya, memperhalus, dan membina kebudayaan manusia, tetapi kebudayaan itu sendiri tidak dapat memberi pengaruh apa-apa terhadap pokok-pokok ajaran yang telah ditetapkan oleh agama (Salam, 1997:182). Maksudnya, agama sebagai norma yang abadi dapat berpengaruh terhadap perkembangan budaya dalam masyarakat, akan tetapi kebudayaan tidak dapat mempengaruhi ajaran agama. Ajaran agama digunakan sebagai petunjuk dalam mengembangkan kebudayaan dan aspek kehidupan lainnya.

Pada dasarnya sifat dan sasaran agama adalah meletakkan dasar ajaran moral, supaya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tercela. Ajaran tersebut bersifat memberi peringatan dan tidak memaksa (Salam, 1997:183).

Manusia yang memiliki iman yang kuat akan berusaha untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Sebaliknya manusia yang tidak memiliki iman yang cukup kuat akan melakukan penyelewengan terhadap ajaran agama tersebut. Penyelewengan ini bisa menimbulkan masalah-masalah sosial.

Upaya mengurangi masalah-masalah agama dapat dimanifestasikan pengarang dalam karyanya yang berupa kritik.

(36)

25

Kritik sosial masalah agama adalah kritik yang muncul akibat lemahnya iman manusia, sehingga manusia tidak mampu untuk menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, ketidakmampuan ini dapat menimbulkan penyelewengan yang mengakibatkan masalah-masalah sosial.

8. Kritik Sosial Masalah Teknologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi mengandung arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Secara umum, teknologi dapat disimpulkan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.

Dengan adanya teknologi manusia memperoleh serangkaian kemudahan.

Akan tetapi apabila manusia terlalu bergantung pada teknologi dan kurang memberdayagunakan diri sendiri, maka manusia dapat mengalami penurunan performa. Hal ini lah yang menarik seseorang untuk melakukan kritik terhadap masalah teknologi.

9. Kritik Sosial Masalah Gender

Menurut Mansour (2003:12), perbedaan gender merupakan interpretasi sosial dan kultural terhadap perbedaan jenis kelamin. Jadi, gender mengacu pada peran dan kedudukan wanita di masyarakat dalam rangka bersosialisasi dengan

(37)

26

masyarakat lain. Perbedaan gender tidaklah menjadi masalah ketika tidak menyebabkan ketidakadilan gender. Salah satu aspek yang dapat dilihat untuk mengetahui adanya ketidakadilan gender adalah dengan memandangnya melalui menifestasi subordinasi. Pandangan gender yang bias ternyata dapat mengakibatkan subordinasi terhadap wanita. Wanita dianggap lemah dan tidak bisa memimpin. Anggapan ini kemudian memunculkan sikap untuk menomorduakan wanita. Kedudukan wanita dianggap inferior, dalam artian posisinya selalu berada di bawah laki-laki yang dianggap superior.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah gender merupakan kritik yang muncul akibat adanya subordinasi terhadap wanita, yakni wanita diangggap lemah dan tidak bisa memimpin, serta wanita diposisikan di bawah laki-laki.

2.3 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian, perlu meninjau penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu agar penelitian yang dilakukan memiliki landasan yang kuat. Sebelum melakukan penelitian, penulis telah menelusuri beberapa penelitian yang berkenaan dengan sastra siber sebagai media kritik sosial era milenial.

Berdasarkan tinjauan pustaka, sepanjang pengetahuan penulis, sastra siber sebagai media kritik sosial era milenial belum pernah diteliti menggunakan aspek apapun, namun ada beberapa penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian ini yaitu:

Oksinata (2010) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul (Kajian Resepsi Sastra). Hasil penelitian menunjukkan, yang pertama, a) tema tentang kondisi keseharian masyarakat kecil yang berada di lingkungan kelas bawah, yang selalu

(38)

27

menderita dan tertindas; b) perasaan yang dialami penyair secara umum adalah perasaan marah, sedih dan melawan. Karena penyair yang juga rakyat kecil dan lingkungannya yang berstatus sosial rendah selalu merasa tidak diinginkan kehadirannya oleh penguasa; c) nada dan suasana dalam puisi-puisi tersebut secara umum bernada melawan atau memberontak terhadap penguasa pada waktu itu, d) amanat secara umum yang terdapat dalam puisi-puisi tersebut adalah kita sebagai rakyat kecil, janganlah pernah menyerah terhadap keadaan, apapun itu kita harus memperjuangkannya. Sesama makhluk hidup, kita harus tolong-menolong. Kedua, kritik sosial yang termuat dalam antologi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul meliputi: a) kritik terhadap kesewenang-wenangan pemerintah, b) kritik terhadap penderitaan kaum miskin, c) kritik terhadapperlawanan kaum miskin, d) kritik terhadap perlindungan hak buruh, e) kritik terhadap fakta atau kenyataan sosial yang dialami masyarakat. Ketiga, resepsi pembaca dalam antologi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, meliputi: 1) pembaca biasa, 2) pembaca ideal, 3) pembaca eksplisit. Dari ketiga kategori pembaca tersebut, dapat disimpulkan a) penyair Wiji Thukul menulis puisi berdasar pada cerita kehidupan sehari-hari yang dialami sendiri, b) penyair Wiji Thukul berasal dari masyarakat kelas bawah, c) Wiji Thukul adalah sosok penyair yang pemberani, ia berani menyuarakan apa yang menjadi penderitaannya, selama penguasa bersikap sewenang-wenang terhadap kaum miskin, d) Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru dipakai dalam aksi-aksi buruh dan demonstrasi mahasiswa, itu adalah di luar dugaan penyair.

Hadi (2011) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial dalam Drama Loker Karya Yulhasni: Analisis Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial dalam drama Loker Karya Yulhasni. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bacaan dan referensi mahasiswa jurusan Sastra

(39)

28

Indonesia, membuka peluang untuk penelitian yang berlanjut tentang drama Loker karya Yulhasni, memperkaya apresiasi dan kajian terhadap drama Indonesia.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Metode dan tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara penelitian perpustakaan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, sumber data dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik pembacaan heuristik dan hermeuneutik pada karya sastra. Hasil penelitian ini adalah struktur drama Loker karya Yulhasni dan kritik sastra.

Praptiwi (2014) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial dalam Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di SMA. Hasil penelitian ini adalah latar belakang sosial budaya pengarang mempengaruhi terciptanya novel SR, analisis struktural novel SR, analisis kritik sosial dalam novel SR, dan relevansi dalam pembelajaran sastra dapat direlevansikan ke dalam kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013, serta bahan ajar berupa sinopsis, bahan ajar berupa novel Surga Retak, bahan ajar berupa analisis struktural, dan bahan ajar berupa analisis kritik sosial.

Retnasih (2014) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial Dalam Roman Momo Karya Michael Ende: Analisis Sosiologi Sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kondisi sosial masyarakat Jerman yang tercermin dalam roman Momo karya Michael Ende adalah masalah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang memicu masalah sosial lainnya, masalah sosial yang dikritik pengarang, dan bentuk penyampaian kritik dalam roman Momo adalah secara

(40)

29

langsung, yaitu secara eksplisit melalui tokoh-tokoh dan secara tidak langsung, yaitu pengarang menyampaikan kritik secara implisit yang berpadu dalam cerita.

Prasetyo (2015) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosil dalam Novel Slank 5 Hero dari Atlantis Karya Sukardi Rinakit: Pendekatan Sosiologi Sastra.

Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut: pertama, permasalahan yang dikritik dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis yaitu masalah birokrasi, peperangan, dan kejahatan. Masalah birokrasi meliputi; (a) penyalahgunaan jabatan, (b) kelicikan para menteri, (c) intrik politik, (d) penyuapan, (e) politik uang, (f) janji manis, (g) kecurangan dalam pemilu, (h) memanipulasi kotak suara, (i) politik kambing hitam, (j) organisasi politik,dan (k) kesewenang-wenangan.

Masalah peperangan meliputi; (a) aksi provokasi, (b) kampanye kotor, (c) perebutan kekuasaan, dan (d) intimidasi. Masalah kejahatan meliputi; (a) penindasan, (b) menghalalkan segala cara, (c) meremehkan orang lain, (d) sombong, dan (e) tidak punya sopan santun. Kedua, bentuk penyampaian kritik dalam Slank 5 Hero dari Atlantis, yaitu penyampaian kritik secara langsung dan tidak langsung; penyampaian kritik secara langsung, yaitu penyampaian kritik secara lugas sedangkan penyampaian kritik secara tidak langsung, yaitu dengan cara simbolik, humor, dan sinis.

Dari kelima hasil penelitian yang dijadikan rujukan pembahasan sudah banyak yang meneliti tentang kritik sosial. Akan tetapi, belum ada yang membahas tentang Sastra Siber sebagai Media Kritik Sosial Era Milenial. Oleh karena itu, peneliti ingin mendeskripsikan Sastra Siber sebagai Media Kritik Sosial Era Milenial.

(41)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian sosiologi sastra. Metode kualitatif yang bersifat deskriptif berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan. Menurut Tantawi (2017:61) penelitian metode kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek. Dalam hal ini hasil penelitian diungkapkan melalui kalimat dan kutipan teks yang terdapat dalam sastra siber yang diunggah di instagram.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan data utama dalam penelitian. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah tulisan-tulisan yang berupa kata, frasa, atau kalimat yang menunjukkan kritik sosial. Sumber data dari penelitian ini adalah 18 karya sastra jenis puisi yang diunggah dalam sosial media instagram.

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah buku-buku acuan, jurnal, skripsi, situs internet, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karya sastra, sosiologi sastra, dan kritik sosial.

(42)

31 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah menggunakan studi pustaka. Studi Pustaka yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca, dan mempelajari buku-buku acuan yang berhubungan dengan penelitian (Hadi, 1987:9). Kemudian dilanjutkan dengan teknik simak dan catat. Menurut Subroto teknik simak dan catat yaitu teknik penyimakan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian dan mengadakan pencatatan terhadap data-data yang relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Retnasih, 2014:48). Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data yang diunggah di media sosial instagram berupa karya sastra siber jenis puisi yang berisikan kritik sosial.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Menurut Nasir (dalam Tantawi 2017:66) metode deskriptif berupaya mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena pada fenomena pada objek yang diteliti.

Analisis deskripsi dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (a) Peneliti melakukan pembacaan terhadap puisi-puisi siber di instagram yang telah dikumpulkan untuk memahami secara keseluruhan, (b) Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data berdasarkan butir-butir masalah yang telah dirumuskan, (c) Peneliti kembali menafsirkan seluruh data menggunakan interpretasi untuk menemukan kepaduan dan hubungan antara

(43)

32

data, hingga akhirnya diperoleh pengetahuan tentang karya sastra. Data yang telah didapatkan kemudian dipisahkan berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu kritik sosial masalah politik, ekonomi, moral, pendidikan, keluarga, agama, teknologi dan gender. Hasil yang diperoleh adalah berupa uraian penjelasan penelitian yang sifatnya deskriptif.

(44)

33 BAB IV

KRITIK SOSIAL DALAM SASTRA SIBER PUISI

Sastra siber merupakan karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan melalui medium internet atau teknologi informatika. Sastra siber yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sastra jenis puisi yang diunggah dan dipublikasikan dalam sosial media instagram. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi yang berisi masalah-masalah sosial yang dikritik pengarang dalam puisinya.

Masalah-masalah sosial dilihat dari interpretasi penulis terhadap teks puisi yang sudah ditafsirkan.

Dalam penelitian ini, terdapat sembilan masalah sosial yang akan dibahas.

Masalah-masalah tersebut berupa masalah sosial politik, ekonomi, moral, pendidikan, keluarga, kebudayaan, agama, gender, dan teknologi. Penulis akan mendeskripsikan kesembilan masalah sosial yang dikritik dalam sastra siber jenis puisi tersebut seperti berikut ini.

4.1 Kritik Sosial Masalah Politik

Sistem politik didefinisikan sebagai sesuatu pola ketegaran kemanusiaan yang sampai tingkat tertentu melibatkan kendali, pengaruh, kekuasaan atau wewenang (Dahla, 1991:15).

Kritik sosial masalah politik muncul seiring dengan terjadinya ketimpangan pada aspek-aspek politik yang meliputi pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan. Ketimpangan bisa terjadi apabila mekanisme politik tidak dijalankan sesuai dengan porsi skala prioritas masing-masing aspek.

(45)

34

Salah satu pemicu munculnya masalah sosial dalam aspek politik adalah adanya wewenang dan kekuasaan dari para penguasa yang tidak terkontrol dalam mewujudkan suatu kepentingan tertentu. Wewenang penguasa yang tidak terkontrol mengakibatkan tidak meratanya kesejahteraan bagi masyarakat.

Banyak politisi di negara yang terlibat kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tindak sewenang-wenang, dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang dan wakil rakyat. Perilaku penguasa, aktor politik, dan partai politik seakan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan kritik dalam puisi berikut.

Negeri Orang Dalam Di negeri orang dalam, kehormatan hanya gincu, yang paling utama itu kolega, juga koneksi yang luas

untuk memasukkan sanak saudara;

keahlian tak perlu dicoba, asal ada hubungan siapapun bisa dimasukkan,

asalkan beruang

apapun bisa jadi sebuah kemungkinan.

Di masyarakat orang dalam kami tidak diterima,

kata mereka kami terlalu banyak menuntut,

(46)

35 selalu ingin lebih,

tapi tak pernah mau menurut

Puisi Negeri Orang Dalam diunggah oleh akun instagram @aksarataksa pada tanggal 30 Agustus 2019. Masalah politik yang mendasar dalam puisi di atas adalah masalah-masalah yang ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan tindak kesewenang-wenangan dan adanya tindak nepotisme para penguasa.

Kesewenang-wenangan pemerintah mengakibatkan diskriminasi serta penderitaan bagi masyarakat kecil dan miskin. Hal tersebut tampak pada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang mengakibatkan ketimpangan dan ketidakadilan bagi masyarakat kecil.

Secara ide cerita, puisi Negeri Orang Dalam sangat mudah untuk dimaknai karena penggunakaan diksi yang sederhana. Bait pertama merupakan kritik yang ditujukan kepada pemerintah. Pemerintah sebagai sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan masyarakat tidak bisa adil pada masyarakat. Dengan kekuasaannya, penguasa tidak lagi memandang kehormatan, keterampilan dan keahlian masyarakat, yang paling penting memiliki uang dan koneksi yang luas. Orang yang memiliki harta dan takhta akan lebih mudah mendapatkan sesuatu yang ingin dia capai.

Selain kesewenang-wenangan penguasa, pengarang juga mengkritik adanya nepotisme dalam pemerintahan, yaitu lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Nepotisme tentu menunjukkan adanya ketidakadilan bagi masyarakat. Nepotisme hanya menguntungkan mereka yang memiliki akses seperti hubungan kekerabatan,

(47)

36

pertemanan, dan lainnya, sehingga sangat merugikan masyarakat seperti halnya masyarakat yang memiliki keahlian atau kemampuan yang dimiliki.

Bait kedua menggambarkan bahwa masyarakat orang dalam tidak menerima masyarakat kecil dan miskin. Berdasarkan konteks puisi, masyarakat orang dalam dapat dimaknai sebagai pejabat pemerintahan maupun orang-orang kaya yang serakah dan mau menang sendiri. Masyarakat kecil dianggap banyak menuntut dan tidak menurut. Penguasa ingin masyarakat kecil menurut saja kepada apa yang terjadi pada masyarakat. Ini juga merupakan kritik kepada pemerintah bahwa masyarakat kecil dan miskin lebih dinomor duakan dari mereka yang memiliki harta dan takhta.

Masyarakat seharusnya tidak dibeda-bedakan. Kedudukan setiap warga negara adalah sama, anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa harus dibeda-bedakan baik yang miskin dan kaya, baik yang berpendidikan ataupun tidak. Persamaan kedudukan masyarakat sebagai warna negara Indonesia tersebut dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Menghargai persamaan dan kedudukan warga negara dapat juga menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia, dapat menumbuhkan sikap tenggang rasa.

Selain kritik sosial masalah tindak kesewenang-wenangan penguasa, ada juga kritik ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat seperti yang disampaikan dalam puisi berikut ini:

Merajam Paru-Paru Harus berapa banyak lagi Paru-paru digilas

(48)

37 Oleh udara polutan yang beringas?

Harus berapa banyak dari kami Mati lemas dirajam

Jelaga batu-bara buas Dan dibakar panas?

Harus berapa banyak dari kami sekarat Ditimbulkan dalam kongsi bejat Korporat dan birokrat?

Energi untuk rakyat, energi untuk berdaulat.

Bacot! Rakyat melarat

Dan negeri tamat diganyang duo bejat;

Korporat dan birokrat.

Puisi Merajam Paru-Paru merupakan puisi yang diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada tanggal 9 Agustus 2020. Pengarang dalam puisi berusaha menceritakan efek dari pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) bagi masyarakat.

Pada Tahun 2020 ini, pembangunan PLTU semakin banyak dilakukan diberbagai daerah. Pembangunan PLTU yang berbahan batu bara sebagai bahan baku pengoperasian pembangkit listrik tentu akan sangat berdampak pada polusi udara yang menghasilkan limbah B3, dikarenakan merugikan dan menyebabkan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh abu ketel asal pabrik gula terhadap ketersediaan P, Al-dd, pH dan Si Tanah pada Ultisol dan Histosol

Pendidikan karakter melalui musik merupakan salah satu cara yang memuat potensi besar dalam mendidik manusia di zaman sekarang, namun perlu diteliti lebih lanjut jenis musik

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI... Agus Wahyudi,

Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok mencit yaitu mencit yang tidak diinfeksi bakteri (normal) dan mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli)

Dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi statistik non parameterik yaitu Korelasi Spearman untuk mengetahui apakah

Potensi dan komposisi sapi Bali yang dapat dikeluarkan setiap tahun tanpa mengganggu populasi yang ada sebesar 13,11% setara dengan 354 ekor terdiri dari sisa replacement stock

Peran bone marrow mesenchymal stem cells (BMMSC) terhadap perubahan seluler hyperplasia pada organ kelenjar adrenal tikus hipertensi adalah meregenerasi sel yang

Puji Syukur penuli panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta kemudahan-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Penerapan