• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama adalah suatu kepercayaan yang berisi norma-norma atau peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara manusia dengan Tuhannya. Norma tersebut bersifat kekal (Salam, 1997:179).

Pada dasarnya, sifat dan sasaran agama adalah meletakkan dasar ajaran moral, supaya manusia dapat membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan tercela. Secara idela, manusia sebagai makhluk Tuhan harus senantiasa

65

menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Namun, masih banyak orang yang melanggar perintah dan larangan tersebut.

Kritik sosial masalah agama adalah kritik yang muncul akibat lemahnya iman manusia, sehingga manusia tidak mampu untuk menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, ketidakmampuan ini dapat menimbulkan penyelewengan terhadap ajaran agama yang mengakibatkan masalah-masalah sosial. Penyelewengan tersebut dapat dilihat dari puisi berikut:

Tuhan yang Maha Mesra

“Banyak kudengar pinta

Seakan tiap detik tidak ada isoma Apa yang mereka langitkan?”

Kata Tuhan saat bersila Akankah ia marah

Saat singgahan-Nya ricuh dengan semoga?

Kehidupan begitu misteri

Seperti permainan dikala rupiah jadi jaminan Jika tak pandai mengoyak

Harusnya tidak usah bermain Jika seperti ini?

Apa yang harus kau gadai?

Dasar manusia!

Seberapa langit yang kau minta pada semesta?

Bergidik saat Tuhan ingin mengabulkan

66 Namun begitu mesra Ia pada sang hamba Tak kuasa jika sampai tak di ijabah

Puisi di atas merupakan puisi yang diunggah oleh akun instagram

@kongsipuisi pada tanggal 18 September 2020. Puisi ini menggambarkan kritik terhadap manusia-manusia yang terlalu banyak meminta kepada Tuhan.

Pengarang dalam puisi mengisahkan orang-orang yang banyak meminta kepada Tuhan, permintaan yang terus menerus sehingga mengakibatkan keserakahan bagi manusia. mereka menganggap Tuhan akan memberikan segalanya hingga mereka berdoa dan berdoa agar Tuhan selalu memberi.

Sebagai seorang manusia, kita adalah makhluk yang bukan apa-apa dihadapan Tuhan. Karena itu, sebagai umat beragama kita dianjurkan untuk memanjatkan doa agar segala keinginan kita dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan merupakan tempat manusia meminta segala sesuatu. Akan tetapi jika manusia meminta dengan berlebihan akan disebut dengan serakah. Keserakahan manusia ini merupakan sikap tak pernah merasa puas dengan apa yang sudah diberikan oleh Tuhan. Karena ketidakpuasan itu, segala carapun ditempuh seperti halnya dalam puisi, orang-orang berdoa kepada Tuhan agar semua diberikan Tuhan.

Selalu berdoa dan berdoa setiap hari hingga lupa bersyukur bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik untuk umat-Nya. Akan tetapi kita sebagai manusia tentu memiliki batas. Sebagai seorang manusia, sepatututnya memintalah apa yang dibutuhkan dan berdoalah untuk menyucap syukur, tidak hanya untuk meminta.

Selain itu, masalah yang disebabkan berbuat dosa secara sengaja juga dikritik dalam puisi di bawah ini.

67 Mengapa

Karya Rahmadani

Mengapa harus tunggu bencana Baru kita mulai mengingat dosa

Mengapa harus tunggu terluka Baru kita mau berdoa

Mengapa harus tunggu kehilangan Baru kita menyayangi keluarga

Aceh, Lombok, Palu, Donggala bahkan Situbondo Apakah belum cukup?

Harus berapa kali lagi bencana terjadi

Agar kita tidak mengoroti bumi ini Dengan dosa yang disengaja

Cukup....

Hentikan....

Hentikan sekarang....

Atau hanya kalimat penyesalan Yang akan kita ucapkan.

68

Puisi di atas diunggah oleh akun instagram @rdani6 pada tanggal 18 Oktober 2018. Puisi ini merupakan bentuk kritik terhadap orang-orang yang melakukan dosa dengan sengaja. Dalam puisi, pengarang menggambarkan orang-orang yang sadar akan kesalahan dan dosa yang diperbuat setelah terjadi suatu bencana atau masalah dalam kehidupannya. Pengarang dalam puisi menggambarkan manusia kembali mengingat dan berdoa kepada Allah setelah terjadi bencana alam seperti Aceh, Lombok, Palu, Donggala dan Situbondo.

Manusia banyak merusak dan mengotori alam, hingga menyebabkan bencana alam. Setelah bencana alam terjadi, manusia lalu menginat Allah dan berdoa kepada Allah.

Dari sini, terlihat bahwa setelah manusia mendapat bencana alam, maka manusia tiba-tiba mengingat adanya Allah dan kembali memohon kepada-Nya.

Hal inilah yang dikritik penulis. Seharusnya manusia sebagai umat beragama harus tetap berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah bagaimanapun kondisi kehidupan yang dimiliki. Menyucap syukur atas kehidupan baik yang diberikan-Nya, melakukan hal-hal baik sesuai perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Pengarang juga mengkritik penyelewengan manusia terhadap perintah Allah. Allah memberikan mandat kepada manusia untuk menjaga alam semesta, tidak melakukan perbuatan yang merusak keindahan alam guna menghindari bencana alam yang tidak lain bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia.

manusia hadir dibumi sebagai penjaga bukan perusak apalagi pemusnah.

69 4.8 Kritik Sosial Masalah Teknologi

Dalam KBBI, teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup.

Dengan adanya teknologi manusia memperoleh serangkaian kemudahan.

Akan tetapi apabila manusia terlalu bergantung pada teknologi dan kurang memberdayagunakan diri sendiri, maka manusia dapat mengalami penurunan performa. Hal ini lah yang menarik seseorang untuk melakukan kritik terhadap masalah teknologi.

Di masa modern seperti sekarang teknologi semakin berkembang dengan pesat. Hampir setiap hari ada penemuan-penemuan atau pengembangan teknologi demi kemakmuran hidup manusia. Seperti halnya ponsel, setiap hari ponsel semakin canggih dan modern, kecanggihan itu membuat manusia serba gampang dan bisa. Akan tetapi penggunaan yang berlebihan akan menyita waktu yang ada.

Pesan Ponsel

Perkenalkan, aku sang raja abad 21 Penguasa hari-harimu

Aku selalu menyita waktu Setiap insan mencintai ku

Aku ada dimana kau berada Napak tilas ku bukan bercanda Aku guna aku bencana

70 Aku sasana bergulat kata-kata Khalayak bebas bercengkrama

Mereka puas memuntahkan hendak jiwa Hingga tak ada lagi akal sebagai pembela

Cerdaslah dalam mengguna Cerdik pilak fakta

Abdi palar Cuma sekedar media Bukan dijadikan penguasa

Bila sampai tenggat rampung Aku gemar direnung

Inginku selaku pendukung

Bak utilitas demi seluruh kampung

(diunggah oleh akun @ceri_tahati pada 16 Januari 2020)

Puisi di atas diunggah oleh akun instagram @ceri_tahati pada 16 Januari 2020. Penulis mengangkat judul Pesan Ponsel sebagai ungkapan kritik kepada masyarakat pengguna ponsel yang menggunakannya secara berlebihan.

Manfaat utama ponsel adalah alat komunikasi. Namun, semakin berkembangnya zaman, ponsel memiliki fasilitas pendukung lainnya seperti internet. Sekarang ponsel fitur internet tidak hanya sekadar toknologi untuk berbagi data via e-mail, ftp, dan sebagainya. Namun internet juga menawarkan

71

berbagai situs yang menyediakan berbagai hal seperti jejaring sosial yang sangat poluler di masyarakat sekarang.

Di zaman milenial ini, manusia tidak dapat lepas dari ponsel. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat bergantung pada ponsel. Setiap orang sudah pasti memiliki ponsel, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa. Ponsel menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat karena menggunakannya setiap hari.

Setiap beraktivitas ponsel tetap harus ada di dekat manusia. Seperti saat bekerja, makan, bahkan tidur selalu menyempatkan diri untuk membuka ataupun bermain ponsel diwaktu yang bersamaan. Hal inilah yang dikritik pengarang puisi.

Dalam puisi, pengarang menjelaskan penggunaan ponsel yang berlebihan akan menyita waktu penggunanya dan melupakan orang di sekitarnya. Bahkan, porsi waktu penggunaan ponsel yang lebih banyak dapat „membunuh‟ kehidupan sosial penggunanya di dunia nyata. Seperti kata pepatah, menjauhkan yang dekat.

Manusia lebih suka bermain dengan ponselnya hingga lupa akan dunia yang sesungguhnya. Seperti halnya saat sedang kumpul dengan teman atau keluarga, malah sibuk menggunakan ponsel daripada berinteraksi dengan mereka. Itulah yang membuat jarak di antara orang-orang sekitar. Hal itu bisa menyebabkan renggangnya suatu komunikasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini menunjukkan kritik yang ingin disampaikan pengarang terhadap masyarakat bahwa penggunaan ponsel yang berlebihan itu berujung pada hal-hal yang bersifat negatif.

Dengan begitu, pengarang dalam puisi mencoba mengingatkan masyarakat agar lebih cerdas menggunakan ponsel, gunakan seperlunya saja, jangan sampai masyarakat dikuasai oleh teknologi, dan merebut kebersamaan dengan orang-orang yang tersayang.

72 4.9 Kritik Sosial Masalah Gender

Menurut Mansour (2003:12), perbedaan gender merupakan interpretasi sosial dan kultural terhadap perbedaan jenis kelamin. Jadi, gender mengacu pada peran dan kedudukan wanita di masyarakat dalam rangka bersosialisasi dengan masyarakat lain.

Kritik sosial masalah gender merupakan kritik yang muncul akibat adanya ketidakadilan atau ketimpangan berdasarkan gender yang dimiliki. Secara sosial gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi, serta ruang aktifitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya membuat masyarakat cenderung diskriminatif dan pilih-pilih perlakuan akses, partisipasi, serta kontrol dalam hasil pembangunan laki-laki dan peremuan.

Dalam heidupan sehari-hari, perempuan selalu dinilai lebih rendah mutunya dari laki-laki, wanita diangggap lemah dan tidak bisa memimpin, serta wanita diposisikan di bawah laki-laki. Hal tersebut akhirnya menimbulkan diskriminasi terhadap kaum perempuan dalam lingkungan masyarakat.

Meski perbedaan gender sudah tidak begitu tampak lagi dalam zaman milenial ini, akan tetapi dalam puisi-puisi di instagram masih ditemukan beberapa kritik pengarang terhadap perbedaan gender, seperti halnya dalam puisi berikut.

Perhiasan Peradaban

Berguna bagi semua itu sebuah harapan

Kelak, dibutuhkan atau tidak, tak menjadi sebuah beban Memiliki keintelektualan merupakan sebuah keharusan Semua itu agar terhindar dari bentuk penindasan

73 Mereka berpikir,

Jika perempuan diam dunia akan indah bak surga Mereka berpikir,

Jika perempuan diam dunia terasa menjadi istana

Tanpa berpikir panjang,

Mereka akan kehilangan sosok yang berharga untuk masa depan Tanpa berpikir ulang,

Sungguh mereka kehilangan sosok yang dapat merubah peradaban

Jika benar perempuan sebuah perhiasan Akankah terus disimpan di lemari pakaian?

Agar khalayak tahu sebuah perhiasan memiliki pancaran Yang penuh dengan keindahan

Perempuan mampu bergerak Karena jelas bukan budak Perempuan mampu melawan

Karena bukan lawan dari pertarungan Perempuan mampu bicara

Sebab, berjuang mendapat kesetaraan bukan ketidakadilan (Diunggah oleh @indonesiafeminis, 11 Februari 2020)

74

Puisi di atas diunggah oleh akun instagram @indonesiafemini pada tanggal 11 Februari 2020. Puisi yang berjudul perhiasan peradaban ini mengkritik adanya perbedaan peran gender.

Dari puisi di atas tampak bahwa masih ada beberapa orang yang menganggap perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak mungkin mampu melakukan semua hal. Anggapan ini dikritik oleh pengarang yang menganggap bahwa perempuan adalah sosok yang sama kuat dan hebat seperti laki-laki, oleh karena itu pengarang melakukan perlawanan, bahwa perempuan juga bisa membuat perubahan terhadap dunia, perempuan bisa melakukan apa saja sama seperti laki-laki.

Selain pada pembagian peranan wanita dianggap lemah, masalah yang menyangkut ketidaksetaraan gender lain yang dikritik dalam puisi instagram adalah subordinasi dan diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini dapat dilihat dari puisi berikut ini.

Perem – puan

Situlang rusuk yang dipandang sebelah mata Hidup di bawah selangkangan pria

Yang tak menurut siap-siap jadi mangsa

Perem-puan

Yang sejak kecil dinaungi tuntutan Sudah besar digundrungi permasalahan

75 Seperti dipeluk bayangan pemerkosaan Lagi-lagi yang salah puan

Dituding perihal baju yang tak sopan Dan jalan yang gemulai

Bahkan salah-salah jadi korban perisakan

Puisi di atas diunggah oleh akun instagram @indonesiafeminis pada tanggal 3 februari 2020. Puisi mengkritik subordinasi dan ketidakadilan terhadap perempuan. Dalam puisi, pengarang mengisahkan tentang perempuan yang dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki. Perempuan berkedudukan lebih rendah daripada laki-laki sehingga perempuan harus menurut terhadap laki-laki.

Dalam puisi juga menggambarkan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Diskriminasi dilihat pada pakaian wanita. Pakaian menjadi salah satu penilaian sifat perempuan, yang berpakaian terbuka dianggap menjadi perempuan tidak baik. Wanita yang memakai pakaian terbuka dan seksi serta berjalan gemulai dianggap tidak sopan. Terjadinya pelecehan seksual dan mengganggu perempuan seakan-akan terjadi karena salah perempuan itu sendiri sebab berpakaian yang terbuka.

Kritik yang sama juga ditemukan dalam puisi berikut ini.

Persetan Kau

Kami berdiri disini, kau terkejut Kami bersuara, alismu mengerut Kami berteriak, kau menyikut

76 Kenapa? Persetan kau

Kami dilecehkan, kau menginterogasi Kami bercerita, kau tak mempercayai Kami melawan, kau menghakimi Kenapa? Persetan kau

Rok kami terlalu pendek? Kami buat lebih Kerudung kami terlalu panjang? Kami buat lebih Jam pulang kami terlalu malam? Kami buat lebih Kenapa? Persetan kau

Riasan kami terlalu tebal? Tutup matamu!

Wajah kami tak tertata? Tutup matamu!

Tubuhku tak ideal? Tutup matamu!

Kenapa? Persetan kau

Kau suruh kami ganti pakaian, kami tak lakukan Kau suruh kami duduk di rumah, kami tak lakukan Kau suruh kami mengangkat galon, kami tak lakukan Kenapa? Persetan kau

Kami bukan bonekamu yang bisa kau mainkan Kami bukanlah robot yang bisa kau perintahkan

77 Kami, perempuan yang juga manusia Kenapa? Persetan kau

Puisi di atas diunggah oleh akun instagram @empuanid pada tanggal 10 Februari 2020. Puisi ini merupakan bentuk kritik terhadap subordinasi pada perempuan.

Dalam puisi, pengarang menggambarkan bentuk perlawanan perempuan terhadap ketidakadilan gender. Dalam puisi, pengarang menjelaskan ketidakadilan bagi kaum perempuan berasal dari konstruksi patriarki yang melahirkan perbedaan ruang gerak antara perempuan dan laki-laki. Dalam bait pertama dan kedua puisi, perempuan dipandang rendah oleh laki-laki, saat perempuan melakukan sesuatu, laki-laki menganggap remeh tindakannya. Respon laki-laki terhadap tindakan yang dilakukan perempuan menganggapnya tidak akan berhasil.

Bahkan perempuan disalahkan atas kesalahan yang tidak dilakukan.

Secara garis besar kritik sosial dalam sastra siber berupa puisi yang ada di instagram meliputi delapan aspek, yaitu politik, ekonomi, pendidikan, moral, keluarga, agama, teknologi dan gender. Dalam penelitian ini tidak ditemukan kritik terhadap masalah kebudayaan karena penulis tidak menemukan adanya puisi mengenai kritik kebudayaan di dalam instagram.

78 BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian karya sastra sebagai media kritik sosial era milenial, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Masalah politik, masalah yang dikritik dalam bidang politik kebanyakan berupa kritik terhadap kesewenang-wenangan pemerintah dan diskriminasi terhadap masyarakat kecil dan miskin.

2. Masalah ekonomi, masalah yang dikritik dalam bidang ekonomi berupa kemiskinan, rendahnya lapangan pekerjaan dan pengangguran.

3. Masalah moral, masalah yang dikritik dalam bidang moral berupa kurangnya intropeksi diri terhadap masyarakat dan sifat pamrih yang dapat merusak generasi bangsa.

4. Masalah pendidikan, masalah yang dikritik dalam bidang pendidikan berupa tanggung jawab pendidik agar lebih efisien dalam mengembankan tugas, sistem pendidikan yang kurang tepat sasaran dan mahalnya biaya kebutuhan sekolah yang menyebabkan masyarakat miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan sekolah.

5. Masalah kebudayaan, masalah yang dikritik dalam bidang kebudayaan berupa kebiasaan masyarakat dalam menciptakan golongan sosial, di mana adanya perbedaan status dikalangan masyarakat.

6. Masalah keluarga, meliputi kritik terhadap kepala rumah tangga yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya, dan kurangnya perhatian orang

79

tua kepada anak dikarenakan sibuk bekerja dan lebih mementingkan karier. Kurangnya kepedulian orang tua, membuat si anak frustasi dan ingin mengakhiri hidupnya.

7. Masalah agama, meliputi kritik terhadap manusia yang meminta atau berdoa secara berlebihan kepada Allah yang mengakibatkan keserakahan dan orang-orang yang melakukan dosa dengan sengaja.

8. Masalah teknologi, masalah yang dikritik dalam bidang teknologi meliputi penggunaan teknologi yang berlebihan akan menyita waktu penggunanya dan melupakan orang di sekitarnya.

9. Masalah gender, masalah yang dikritik dalam bidang gender meliputi perbedaan peran gender, adanya subordinasi terhadap kaum perempuan yaitu perempuan dianggap lemah dan berkedudukan di bawah laki-laki.

80 5.2 Saran

1. Eksplorasi dan penelitian pada sastra siber berupa puisi di instagram telah dilakukan pada aspek sosiologi sastra, akan semakin baik apabila terus dilakukan dan dikembangkan dengan berbagai pendekatan dan perspektif yang cakupannya lebih luas.

2. Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi kalangan akademis dan masyarakat umum untuk dapat lebih mengenal tentang sastra siber.

3. Untuk para pembaca, agar tetap menjaga dan melestarikan karya sastra siber sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat dan menjadi pembelajaran dalam kehidupan kita di zaman milenial ini agar kita lebih memperbaiki kepribadian menjadi manusia yang lebih baik lagi.

81

DAFTAR PUSTAKA

Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial: Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Pusat Pembimbingan dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Daryono. 2010. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Fitriani, Laily. 2011. “Sastra Siber Indonesia”. (Jurnal). Fakultas Humaniora dan Budaya: Univertitas Negeri Islam (UIN) Malang.

Ismail, Ilyas. 2018. The True Da’wa: Menggagas Paradigma Baru Dakwah Era Milenial. Jakarta : Kencana.

Mansour, Fakih. 2005. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:

INSISTPress.

Mas‟oed, Mohtar.1999. Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. Yogyakarta:

UII Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kuta. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Retnasih, Anisa Octavinda. 2014. “Kritik Sosial dalam Roman Momo Karya Michael Ende: Analisis Sosiologi Sastra” (skripsi). Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman: Universita Negeri Yogyakarta.

Salam, Burhanuddin. 1997. Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Simega, Berthin. 2017. “Hermeneutika Sebagai Interpretasi Makna Dalam Kajian Sastra.” Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

http:/www.jurnals.ukitoraja.ac.id/index.php/article/view/152 Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

82

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Statistik, Badan Pusat (2018). Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak.

Sumaatmadja, Nursid. 1986. Perspektif Studi sosial. Bandung: ffset Alumni.

Sumardjo, Yakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Tantawi, Isma. 2017. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

Tarigan, Heru Guntur. 2017. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: CV Angkasa.

83 LAMPIRAN

Daftar data puisi yang ditemukan dalam media sosial instagram:

1. Puisi yang mengkritik masalah politik

1) Negeri orang dalam diunggah oleh akun instagram @aksarataksa pada 30 Agustus 2019

84

2) Puisi Merajam Paru-Paru diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada 9 Agustus 2020

85

3) Sampaikan Pesan ini Kepada Senayan diunggah oleh akun instagram

@odemarjinal pada 20 Agustus 2020

86

87 2. Puisi yang mengkritik masalah ekonomi

1) Buruh diunggah oleh akun instagram @realitahati pada 3 Mei 2019

2) Nyanyi Kaum Usiran diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada 5 Mei 2020

88

89 3. Puisi yang mengkritik masalah moral

1) Pesan Pemerintah untuk Rakyat diunggah oleh akun instagram

@muaz_giras pada tanggal 19 April 2019

90

2) Narsis diunggah di instagram oleh akun @odemarjinal pada 7 Mei 2020

91

92 4. Puisi yang mengkritik masalah pendidikan

1) Terimakasih Google-ku diunggah oleh akun instagram

@himalaya_kab.pangkep pada tanggal 21 Mei 2019

2) Bangku dan Meja Mahal diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada 9 Mei 2020

93

94

95 5. Puisi yang mengkritik masalah kebudayaan

Puisi Ijazah diunggah oleh akun instagram aksarataksal pada 20 November 2019

96

6. Puisi yang mengkritik masalah keluarga

1) Jatuh Tempo diunggah oleh akun instagram @odemarjinal pada 8 November 2020

97

2) Broken Home diunggah oleh akun instagram @dlrgnyri pada tanggal 19 Mei 2020 memaui video.

98 6. Puisi yang mengkritik masalah agama

1) Tuhan yang Maha Mesra diunggah oleh akun instagram @kongsipuisi pada tanggal 18 September 2020

2) Mengapa diunggah oleh akun instagram @rdani6 pada tanggal 18 Oktober 2018

99 7. Puisi yang mengkritik masalah teknologi

Pesan Ponsel diunggah oleh akun instagram @ceri_tahati pada 16 Januari 2020

100 8. Puisi yang mengkritik masalah gender

1) Perhiasan Peradaban diunggah di instagram oleh akun @indonesiafemini pada tanggal 11 Februari 2020

2) Perem-puan diunggah oleh akun instagram @empuanid pada tanggal 3 februari 2020

101

3) Persetan Kau diunggah oleh akun instagram @empuanid pada tanggal 10 Februari 2020

Dokumen terkait