• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS Pengertian Tingkat Suku Bunga

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012 (Halaman 94-99)

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham

LANDASAN TEORITIS Pengertian Tingkat Suku Bunga

Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak

pada perubahan jumlah investasi di suatu

negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inlows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan

dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat

Dengan demikian maka pengertian dari tingkat suku bunga adalah tingkat pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang atau harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inlasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Suku bunga menurut Kasmir (2003 : 121), adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang harus di bayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus di bayar oleh nasabah kepada bank (yang memperoleh pinjaman).

Menurut Sadono (2006 : 302) Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga da- lam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah un- tuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah

mengalami koreksi akibat inlasi dan dideini- sikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inlasi.

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 91 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...

Pengertian Sertiikat Bank Indonesia (SBI) Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro

Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas

Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertiikat Bank Indonesia (SBI).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertiikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertiikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Dasar Hukum Sertiikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Pengertian Inlasi

Inlasi adalah harga secara umum, atau inlasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Inlasi adalah masalah seluruh dunia, penyebaran inlasi keseluruh dunia terjadi oleh karena adanya mekanisme perdagangan keuangan yang saling berkaitan antara negara dunia.( artikel dari internet oleh sarmi jawanti, makro ekonomi, sadono:hal 333)

Deinisi inlasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur ekonomi. Keaneka ragaman deinisi (pengertian) tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inlasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inlasi dan berbagai sektor perekonomian melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inlasi. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa

kesatuan pandangan bahwa inlasi adalah suatu fenomena yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. (khalwaty, 2000:5)

Jadi inlasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan Indeks biaya hidup (consumer price index), Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index) dan GNP Delator.

Jenis Inlasi

Berdasarkan besarnya laju inlasi, kategori inlasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

a. Inlasi Merayap (creeping inlation)

biasanya ditandai dengan laju inlasi yang rendah, yaitu kurang dari 10% pertahun

b. Inlasi Menengah (galloping inlation)

ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mem- punyai sifat akselerasi, artinya harga pada bu- lan/minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.

c. Inlasi Tinggi (hyper inlation)

adalah inlasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam. (Nopirin: 2001) Inlasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas, artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan, kondisi ini juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Nurlela dan Dede Suryani

dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara

atau wilayah. Kurs mata uang dapat diartikan

sebagai perbandingan nilai antar mata uang. jadi kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika dituliskan dengan mata uang lain.

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724)

an exchange rate is deined as the amount of

one currency that can be exchange per unit of another currency, or theprice of one currency in items of another currency. Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar

rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah

terhadap Yen,dan lain sebagainya. Kurs inilah

sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang

karena investor cenderung akan berhati-hati untuk

melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah

terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS

memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 2007): 1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indi- kator-indikator ekonomi seperti inlasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar- negara, ekspektasi pasar danintervensi Bank Sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat- saat tertentu. Apabila ada kelebihan perminta- an, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka

pendek. Apabila rumor atau berita-berita su- dah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

Indeks Harga Saham

Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 11 (sebelas) jenis indeks, sebagai berikut (Indonesia Stock Exchange):

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat se- bagai komponen perhitungan indeks.

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang me- miliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100

emiten yang dipilih berdasarkan pertimban- gan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten

yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia 7. Indeks REFINDO25, menggunakan 25 emiten

yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating REFINDO 8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25

emiten yang dipilih berdasarkan kriteria ter- tentu dan merupakan kerja sama PT Bursa Efek Indonesia dengan yayasan KEHATI 9. Indeks Papan Utama, Menggunakan emiten

yang masuk dalam kriteria papan utama. 10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan

emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.

11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.

Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 93 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...

indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Anoraga dan Piji (2001: 100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham

yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Piji, 2001: 102):

Σ Ht Σ Ho

Dimana :

ΣHt: Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

ΣHo: Total harga semua saham pada waktu dasar

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses melalui

website www.idx.co.id, http://inance.yahoo.

com, dan http://duniainvestasi.com. Penelitian

ini mengambil subjek tentang Tingkat Suku Bunga SBI, Inlasi, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode pengamatan mulai tahun 2007-2009.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti tingkat suku

Tabel 1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti Tahun Variabel

Sampel/Model Penelitian

Hasil Penelitian Sudjono 2002 - IHSG

- Tingkat Bunga Deposito - SBI

- Jumlah Uang Beredar

- Nilai Tukar Rupiah - Inlasi

V A R (Vactor Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model)

Nilai Tukar Rupiah

berpengaruh

signiikan terhadap

indeks harga saham

Sitinjak dan Kurniasari 2003 - SBI - IHK - Kurs - Pasar Saham Non- Linear Combination Kurs berpengaruh

signiikan negatif dan

SBI berpengaruh signiikan positif terhadap pasar saham Sa’adah dan Panjaitan 2006 - IHSG

- Nilai Tukar VAR (Vactor Auto Regression)

Tidak ada interaksi dinamis antara harga saham dan nilai tukar Aldrian Syarif Achmad (2008) 2008 - IHSG - Nilai Tukar - Inlasi - SBI

VAR (Vactor Auto Regression)

Nilai Tukar dan Inlasi berpengaruh signiikan negatif dan

SBI berpengaruh

signiikan positif

terhadap IHSG

Sumber : Dari hasil Penelitian Sebelumnya

Nurlela dan Dede Suryani

bunga SBI, Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah/US$ berpengaruh secara signiikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga seluruh saham yang ada di BEI yang terdaftar dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel selama periode tahun 2007-2009 sebanyak 36 sampel data observasi (penelitian).Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa tingkat suku bunga SBI, Inlasi, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan IHSG selama bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi.

Deinisi Operasional Variabel

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat dideinisikan sebagai berikut:

a. Tingkat Suku Bunga SBI (Sertiikat Bank

Indonesia) (X1) adalah ukuran keuntungan

investasi berupa sertiikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2007-Desember 2009.

b. Inlasi (X2) merupakan suatu tindakan dimana

terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. Tingginya tingkat inlasi akan berakibat naiknya suku bunga, naiknya suku bunga nominal berakibat naiknya suku bunga kredit, sehingga akan menurunkan investasi nasional, sehingga melemahnya minat investasi, yang berakibat menurunnya

harga saham di bursa. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat Inlasi mulai bulan Januari 2007-Desember 2009.

c. Nilai Tukar Rupiah/US$ (X3) menunjukkan

nilai dari mata uang dolar AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.681,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan satuan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.681,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2007-Desember 2009.

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y) adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari 2007-Desember 2009.

Untuk menentukan ketepatan model regresi perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut:

a. Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.

b. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel- variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol.

c. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak- samaan veriance dari residual satu pengama- tan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 95 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...

jika berbeda maka terjadi problem heteroske- dastisitas. Model regresi yang baik yaitu ho- moskesdatisitas atau tidak terjadi heteroske- dastisitas.

d. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara ke- salahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebel- umnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dina- makan ada problem autokorelasi.

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah/US$) terhadap IHSG, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (multiple

regression analysismodel) dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for the Social Science). Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + ε

Dimana:

Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

a = konstanta

X1 = Tingkat Suku Bunga SBI

X2 = Inlasi

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012 (Halaman 94-99)