• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS Perilaku Konsumen

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012 (Halaman 42-55)

In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe

TINJAUAN TEORITIS Perilaku Konsumen

Itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal ini studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu.

Perilaku konsumen sulit untuk diamati dan dipahami secara langsung, akan tetapi keputusan yang terlihat dalam melakukan pembelian seorang individu timbul karena ada interaksi dengan lingkungan mereka, yaitu yang bersifat psikologikal dan sosial, sehingga menjadi sebuah keputusan pembelian. Akibatnya proses keputusan pembelian yang dilaksanakan oleh individu lebih banyak melibatkan faktor lingkungan (Beureukat, 2003). Perilaku ini terjadi apabila seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat bersifat kompleks ataupun sederhana, dimana muncul pengaruh lingkungan dari satu individu terhadap individu lain.

Dalam menganalisis keputusan konsumen, perlu diperhatikan determinasi yang menjadi dasar keputusan konsumen, salah satunya adalah pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah kekuatan yang dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan termasuk jasa perhotelan. Faktor lingkungan ini terdiri dari lima faktor yaitu: budaya, kelas sosial, pribadi, keluarga dan situasi (Setiadi, 2003). Selain itu dalam situasi global yang berubah dengan cepat, ada enam kekuatan yang juga harus diperhatikan, yaitu lingkungan demograi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik atau hukum, dan lingkungan sosial atau budaya. Kekuatan-kekuatan ini saling berinteraksi sehingga dapat membentuk dasar untuk peluang serta ancaman baru, yang mungkin mengubah keputusan dan sikap konsumen dalam menggunakan atau memilih suatu produk.

Harun Square Hotel Lhokseumawe yang

diresmikan pada tanggal 10 Januari 2008 merupakan salah satu hotel bintang tiga yang dibangun setelah musibah gempa dan tsunami melanda Aceh beberapa waktu yang lalu. Pembangunan hotel ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi bagi para pendatang, baik wisatawan, pekerja NGO, konsultan atau pelaku bisnis, maupun aparatur pemerintahan yang berkunjung ke Lhokseumawe. Mengingat fungsi hotel yang bukan hanya sebagai penyedia akomodasi melainkan juga menyediakan sarana atau tempat bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan bisnis seperti kontak dagang, rapat kerja, maupun seminar-seminar lainnya, maka tidaklah mengherankan apabila industri perhotelan di kota Lhokseumawe saat ini tumbuh sangat pesat.

Para konsumen sebelum memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe, terlibat dalam proses pengambilan keputusan tentang dimana mereka akan menginap. Setiap individu mempunyai alasan dan latar belakang tertentu sehingga ia sampai pada kesimpulan/keputusan untuk menggunakan/membeli suatu produk, termasuk dalam memutuskan untuk menginap pada produk jasa tersebut.

Saat ini kota Lhokseumawe terdapat sejumlah hotel/penginapan dengan berbagai tingkatan/ kelas, yang tentunya menjadi pesaing bagi Harun Square Hotel Lhokseumawe. Adapun hotel bintang tiga yang menjadi pesaing bagi Harun Square Hotel Lhokseumawe adalah Hotel Lido Graha. Sementara pesaing lainnya yang tidak bisa dinaikan adalah penginapan-penginapan kelas melati yang banyak menjamur saat ini diseputar kota Lhokseumawe. Dalam hal ini penulis lebih tertarik untuk memilih objek Harun Square Hotel Lhokseumawe sebagai objek penelitian tentang keputusan konsumen dalam memilih hotel dikarenakan hotel tersebut terdapat di pusat kota Lhokseumawe.

TINJAUAN TEORITIS Perilaku Konsumen

Memahami perilaku konsumen merupakan dasar bagi manajemen pemasaran. Schiffman dan Kanuk (dalam Anorga 2000: 136), menyebutkan perilaku konsumen adalah perilaku yang

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 39 Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe

ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Manullang (2002: 216) menyebutkan bahwa perilaku konsumen sebagai kajian tentang satuan pembeli (buying units), dan proses pertukaran (exchange proseses) yang terlibat dalam mencari (acquiring), memakai (consuming) dan menghentikan pemakaian (disposing) barang, jasa dan pengalaman serta ide.

Sedangkan The American Marketing

Association (dalam Setiadi, 2003: 10) mendeinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka … (American Marketing Association). Dari deinisi tersebut diatas terdapat 3 (tiga) ide penting yaitu: (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar; serta (3) hal tersebut melibatkan pertukaran diantara individu.

Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh orang-orang didalam merencanakan, membeli dan menggunakan produk barang atau jasa. Menurut Winardi (2002: 142) perilaku konsumen merupakan aktivitas yang akan melibatkan orang-orang didalam menyeleksi apa-apa yang akan dibeli dan bagaimana menggunakan produk barang dan jasa sedemikian rupa, sehingga semua yang akan dibeli akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Aktivitas didalam melakukan pembelian produk barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen, yaitu mencakup proses mental dan emosional, disamping tindakan-tindakan isikal dan selanjutnya akan menjadi sebuah keputusan apa dan bagaimana para konsumen melakukan pembelian setelah mereka menyeleksi produk barang aatau jasa apa yang akan mereka beli. Kotler (2001: 177), menyebutkan inti perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memberikan jawaban atau membuat keputusan terhadap berbagai rangsangan pemasaran yang

dapat diatur oleh perusahaan.

Dari deinisi di atas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang harus dilakukan pemasar. Pertama, pemasar berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua, pemasar mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak harus saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi yang lain. Hal ini berarti bahwa titik pusat kegiatan pemasaran didasarkan pada suatu aplikasi disiplin keunggulan konsumen. Oleh karena itu, konsumen merupakan titik pusat usaha pemasaran. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama disepanjang waktu, pasar, dan industri.

Hubungan Perilaku Konsumen dengan Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. Suatu bauran pemasaran terdiri dari elemen produk, promosi, distribusi dan harga.

Menurut Setiadi (2003: 159) memahami konsumen adalah elemen penting dalam pengembangan strategi pemasaran. Sangat sedikit jika ada keputusan tentang strategi yang tidak mempertimbangkan perilaku konsumen. Contohnya analisis persaingan membutuhkan suatu pengertian tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan konsumen terhadap merek pesaing, konsumen bagaimana yang membeli suatu merek atau mengapa, serta dalam situasi bagaimana konsumen membeli dan menggunakan produk pesaing. Dengan demikian, semakin banyak kita belajar tentang konsumen semakin baik kesempatan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil.

H i l m i

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Setiadi (2003: 12) mengemukakan keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan.

a. Faktor Kebudayaan: b. Faktor Sosial: c. Faktor Pribadi: d. Faktor Psikologis:

Motivasi, beberapa kebutuhan bersifat

biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan isiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan isiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

Persepsi, dideinisikan sebagai proses

dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,

mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi:

- Perhatian yang selektif. - Gangguan yang selektif.

- Mengingat kembali yang selektif.

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

Kepercayaan dan sikap adalah suatu

gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

Faktor Lingkungan Pemasaran

Menurut Purnama (Beureukat, 2003) lingkungan adalah faktor yang ikut mempengaruhi konsumen, karena sifatnya kompleks. Perilaku proses keputusan konsumen, berkaitan dengan lingkungannya, biasanya dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: budaya, kelas sosial, pribadi, keluarga dan situasi.

Budaya, seperti yang digunakan dalam studi

perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya merupakan sesuatu yang khas, budaya satu orang dengan yang lainnya atau satu daerah dengan daerah lainnya berbeda.

Kelas sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Mereka dibebaskan oleh perbedaan status sosio ekonomi, belajar dari yang rendah sampai yang tinggi. Status sosial seringkali menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Beberapa dari kontribusi yang paling awal terhadap studi perilaku konsumen adalah perbedaan kelas sosial, karena dapat digunakan sebagai variabel utama dalam menjelaskan perbedaan konsumen.

Sebagai konsumen, perilaku individu seringkali dipengaruhi oleh mereka yang erat hubungannya dengan individu yang bersangkutan. Tiap individu mungkin berespons terhadap tekanan yang dirasakan dan menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Ini dapat mengambil bentuk pengamatan atas apa yang dilakukan oleh orang lain dan menjadikan mereka sebagai kelompok acuan komparatif.

Keluarga sering menjadi fungsi pengambilan keputusan utama, dengan pola peranan dan fungsi kompleks dan bervariasi. Pasangan hidup juga dapat berperan dan saling mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan konsumen.

Situasi sangat mempengaruhi perilaku karena perilaku akan berubah ketika situasi berubah. Kadangkala perubahan ini tidak menentu dan tidak dapat diramalkan. Menurut Kotler (2001: 140) dalam situasi global yang berubah dengan cepat, perusahaan harus memantau enam kekuatan, yaitu lingkungan demograi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik atau hukum, dan lingkungan sosial atau budaya. Walaupun kekuatan- kekuatan ini terlihat terpisah satu sama lainnya, namun mereka berinteraksi secara kasual yang membentuk dasar untuk peluang serta ancaman baru. Misalnya ledakan pertumbuhan penduduk

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 41 Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe

(demograi) menyebabkan peningkatan konsumsi sumber daya dan peningkatan polusi (lingkungan alam), yang menyebabkan konsumen menuntut lebih banyak peraturan (politik/hukum). Tuntutan tersebut akan merangsang solusi teknologi dan produk baru (teknologi), yang dapat dijangkau oleh masyarakat (kekuatan ekonomi) sehingga mengubah perilaku dan sikap mereka. (sosial/ budaya).

• Lingkungan demograi. Kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar adalah populasi, karena (kumpulan) orang- oranglah yang membentuk pasar. Pemasar biasanya tertarik pada ukuran dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam kota, wilayah, dan negara yang berbeda; distribusi umur dan bauran etnis; tingkat pendidikan, pola rumah tangga; serta karakteristik dan pergerakan re- gional.

• Lingkungan ekonomi. Selain pasar, pasar juga memerlukan daya beli. Daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian bergan- tung pada pendekatan harga, tabungan, utang dan ketersediaan kredit saat ini. Pemasar ha- rus memperhatikan dengan cermat trend uta- ma dalam pendapatan dan pola pembelanjaan konsumen.

• Lingkungan alam. Dalam kaitannya dengan lingkungan alam, pemasar perlu mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan den- gan keempat trend dalam lingkungan alam yaitu kekurangan bahan baku, biaya energi yang meningkat, tingkat polusi yang menin- gkat, dan peran pemerintah yang berbeda. • Lingkungan teknologi. Salah satu kekutan

paling dramatis yang mempengaruhi hidup manusia, baik itu yang bersifat positif maupun negatif, adalah teknologi, teknologi yang baru memberikan nilai terunggul dalam memuas- kan kebutuhan dapat merangsang aktiitas investasi dalam ekonomi. Namun, teknologi baru juga menciptakan konsekuensi jangka panjang yang tidak selalu dapat diduga. Oleh karena itu, pemasar perlu memperhatikan trend teknologi seperti langkah perubahan teknologi yang semakin cepat, peluang in- vestasi yang tidak terbatas, anggaran litbang yang beragam, dan peraturan yang meningkat

atas perubahan teknologi.

• Lingkungan politik/hukum. Keputusan

pemasaran dipengaruhi kuat oleh perkem- bangan dalam lingkungan politik dan hu- kum. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Kadang-kadang hu- kum ini juga menciptakan peluang baru bagi bisnis.

• Lingkungan sosial/budaya. Keyakinan, nilai- nilai, dan norma seseorang dibentuk oleh ma- syarakat dimana mereka dibesarkan. Manusia menyerap hampir secara tidak sadar pandan- gan dunia yang merumuskan hubungan mer- eka dengan dirinya sendiri dan sesamanya, dengan alam. Selain itu beberapa ciri kebu- dayaan lainnya misalnya tingkat kemampuan yang tinggi dari nilai-nilai budaya dasar; keberadaan sub-kultur (beragam kelompok yang memiliki nilai-nilai yang sama yang muncul dari pengalaman atau keadaan hidup yang khusus); dan pergeseran nilai-nilai bu- daya sekunder sepanjang waktu.

Menurut Hair, Lamb, & Daniel (2001: 76) walaupun para manajer dapat mengendalikan bauran pemasaran, mereka tidak dapat mengendalikan elemen-elemen dalam lingkungan eksternal yang secara terus-menerus membentuk dan membentuk kembali pasar sasaran. Oleh karena itu, beberapa organisasi merancang sebuah tim yang terdiri dari para pakar untuk secara terus-menerus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi lingkungan, suatu proses yang dikenal dengan analisis lingkungan (environmental scanning). Tujuang dalam pengumpulan data lingkungan adalah untuk mengidentiikasi peluang dan ancaman pasar dimasa datang. Dampak faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam lingkungan eksternal terhadap bauran pemasaran adalah: faktor sosial, demograis, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, dan faktor persaingan.

Selanjutnya Kotler (2003: 71) mengatakan bahwa lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Kedua dimensi lingkungan ini dapat dijelaskan sebagai

H i l m i

berikut:

a. Lingkungan mikro terdiri dari berbagai kekuatan yang dekat dengan perusahaan, yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pelanggannya, perusahaan, pe- masok, perusahaan saluran pemasaran, pasar pelanggan, pesaing dan masyarakat.

b. Lingkungan makro yang terdiri dari kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih be- sar dan mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro perusahaan yaitu: faktor kependudukan, ekonomi, isik, teknologi, politik, hukum dan kekuatan sosial/budaya. Kemudian Kotler (2003: 112) mengatakan dari segi perubahan dapat dibedakan atas: a. Lingkungan yang stabil, dimana kekuatan

ekonomi yang pokok, teknologi, hukum serta kebudayaan adalah stabil.

b. Lingkungan yang berubah perlahan-lahan, di- mana berlangsung perubahan yang mulus dan dapat diperkirakan.

c. Lingkungan yang penuh gejolak, dimana sering terjadi perubahan-perubahan besar yang tidak dapat diperkirakan.

Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang penuh gejolak mempunyai tiga kewajiban yaitu:

1. Secara sistematis mengamati dengan cermat lingkungannya.

2. Menganalisa ancaman lingkungan dan pelu- ang yang tersedia.

3. Melakukan penyesuaian yang cerdik terhadap lingkungan yang sedang berubah.

Dengan demikian jelaslah bahwa faktor lingkungan adalah kekuatan yang dominan

dalam mempengaruhi jalannya usaha

memasarkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Lingkungan perusahaan selalu memberikan pengaruh terhadap prospek pemasaran suatu produk, namun demikian prospek pemasaran tersebut tidak tercipta dengan sendirinya untuk setiap perusahaan. Oleh karenanya dibutuhkan inisiatif dan kreatiitas untuk mencari dan menciptkan prospek yang ditimbulkan oleh lingkungan perusahaan.

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Setiadi (2003: 17) mengungkapkan pendiria orang lain, faktor situasi tidak diantisipasi, dan resiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan. Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian; pelanggan yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman- teman mereka. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

Kotler (2003: 173) menyebutkan konsumen melewati lima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah ke- butuhan. Pembeli menyadari terdapat perbe- daan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau timbul karena disebabkan rangsangan eksternal.

2. Pencarian informasi. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak melalui sumber informasi. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi em- pat kelompok:

• sumber pribadi: keluarga, teman, tetang- ga, kenalan

• sumber komersi: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran

• sumber umum: media massa, organisasi konsumen

• sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunaka produk.

Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumber- sumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominasi oleh para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru berasal

Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 43 Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe

dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi keputu- san membeli. Informasi komersial umumnya melaksanakan fungsi memberitahu, sedang- kan sumber pribadi melaksanakan fungsi le- gitimasi dan atau evaluasi.

3. Evaluasi alternatif. Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir? Ada beber- apa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen seka- rang bersifat kognitif, yaitu mereka meman- dang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan per- timbangan yang sadar dan rasional.

4. Keputusan membeli. Ada dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, dan faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin ber- tindak, faktor-faktor keadaan yang terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan mem- beli.

5. Perilaku sesudah pembelian. Sesudah pem- belian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

6. Kepuasan sesudah pembelian. Setelah mem- beli suatu produk, seorang konsumen mung- kin mendeteksi adanya suatu cacat.

7. Tindakan-tindakan sesudah pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas tersebut akan mengambil satu atau dua tindakan. Mer- eka mungkin akan mengurangi ketidakcocok- kanya dengan meninggalkan atau mengemba- likan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokkannya dengan mencari informasi.

8. Penggunaan dan pembuangan sesudah kon- sumen. Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan mem- buang suatu produk. Pemasar perlu mempe- lajari pemakaian dan pembuangan produk untuk mendapatkan isyarat-isyarat dari ma- salah-masalah dan peluang-peluang yang mungkin ada.

Pengertian Hotel dan Jenis-jenis Hotel

Salmun (2001: 11) menyatakan “pengertian hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dengan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran“. Hotel merupakan pendukung pariwisata yang penting disamping unsur-unsur lainnya yang sekaligus juga merupakan industri pariwisata.

Dimyati (2000: 14) mengatakan, sebuah hotel biasanya menawarkan kepada tamu sebuah susunan (daftar) penuh akomodasi dan pelayanan, yang mungkin meliputi: pesanan tempat, kamar- kamar, restoran umum, fasilitas pelayanan, PC (personal computer), layanan pribadi, kolam renang dan transportasi ke airport.

Selanjutnya Salmun (2001: 10) membagi hotel dalam 2 (dua) tipe, yaitu:

1. Hotel transit (transite hotel), adalah hotel yang sekaligus menyediakan pelayanan makan se- lama si tamu menginap, bisa untuk sehari, seminggu, atau bahkan sebulan, baik tamu atau tujuan bisnis ataupun bersenang-senang. 2. Hotel tempat tinggal (residential hotel),

adalah hotel tempat seseorang atau keluarga yang tinggal atau penghuni secara tetap dan mendapatkan pelayanan, dimana penghunin- ya tersebut dilakukan bukan secara membayar hotel, melainkan dengan kontrak sewa perho- telan tempat tinggal ini dibagi dua yaitu: a. Hotel kecil

Hotel kecil umumnya terdapat dikota atau ka- bupaten yang potensi pariwisatanya maupun potensi usahanya (bisnis)nya kurang. Um- umnya hotel kecil menurut ukuran ini adalah hotel yang memiliki 20 kamar sampai dengan 50 kamar, fasilitas tergantung dari potensi

H i l m i

bisnis atau pariwisata yang dimaksud. b. Hotel besar

Hotel besar umumnya terletak di kota-kota besar atau ditempat-tempat tujuan wisata as- ing. Hotel besar barangkali mempunyai uku- ran kamar lebih dari 100 kamar.

Menurut klasiikasinya di Indonesia dikenal rangking hotel menurut bintangnya, yaitu dari bintang satu yang terendah, sampai dengan bintang 5 sebagai hotel yang tertinggi atau terbaik. Ukuran untuk menentukan bintang ini pada prinsipnya tergantung dari jenis fasilitas yang diberikan oleh hotel yang bersangkutan seperti jumlah kamar, luas kamar plus fasilitas kamar. Adapun sebagai usaha mengolah orang dengan memberikan nilai tambah melalui pelayanan dan penyajian.

Hasil Penelitian Sebelumnya

Indarti (2002) dalam penelitiannya

yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012 (Halaman 42-55)