• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah Kerja Penelitian Filologi

Dalam dokumen Dewinta Ayu Hapsari C0108025 (Halaman 42-48)

LANDASAN TEORI

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris (2002:10), meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, pertimbangan dan pengguguran naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang asli atau naskah yang berwibawa, transliterasi naskah, dan suntingan teks. Sedangkan menurut Edi S Ekadjati (1990:1-8) dalam kumpulan makalah filologi, langkah kerja dalam penelitian filologi terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, pemilihan teks yang akan diterbitkan, ringkasan isi naskah, alih aksara dan penyajian teks. Penanganan Cariyos Anèh-Anèh ini menggunakan tahapan atau langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris yang dikombinasikan dengan langkah kerja Edi S Ekadjati. Mengingat bahwa naskah ini merupakan naskah tunggal, sehingga tidak menggunakan perbandingan naskah di dalam penggarapannya.

Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi Cariyos Anèh-Anèh adalah sebagai berikut :

1. Penentuan sasaran penelitian

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran penelitian, mengingat banyaknya ragam yang perlu dipilih, baik dari segi tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali, Sasak dan Batak. Adapula naskah

commit to user

yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Dari segi bentuk terdapat naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang berbentuk prosa. Naskah juga memiliki isi yang beragam, diantaranya sejarah atau babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng, primbon, adat istiadat, ajaran atau piwulang, agama, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, sasaran yang ingin diteliti telah ditentukan yaitu naskah bertuliskan Jawa carik yang ditulis pada kertas impor ber-watermark, berbentuk puisi atau tembang dan berjenis sastra (dongeng, anekdot). Keseluruhan bentuk tersebut telah terangkum di dalam CAA.

2. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah dilakukan dengan cara mendata dan mengumpulkan naskah yang berjudul sama dan sejenis untuk kemudian dijadikan sebagai objek penelitan. Menurut Edwar Djamaris (2002: 10), apabila kita ingin meneliti suatu cerita berdasarkan naskah menurut cara kerja filologi, pertama-tama hendaklah didaftarkan semua naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan universitas atau museum yang biasa menyimpan naskah melalui katalogus naskah yang tersedia. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah, tempat penyimpanan, maupun penjelasan lain mengenai keadaan naskah yang akan dijadikan objek penelitian.

Emuch Hermansoemantri (1986: 1) mengemukakan bahwa setiap katalogus naskah memuat informasi yang bertalian dengan

commit to user

naskah, judul, umur, corak atau bentuk, asal-usul, rangkuman, hubungan antar naskah dan fungsi naskah.

3. Observasi Pendahuluan

Observasi pendahuluan dilakukan dengan cara mengecek data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh katalog. Tempat koleksi naskah adalah perpustakaan atau museum. Dalam hal ini pengecekan dilakukan langsung ke tempat penyimpanan naskah, yaitu di Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni CAA maka kemudian dilanjutkan dengan deskripsi atau identifikasi naskah.

4. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah secara terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui kondisi naskah dan sejauh mana isi mengenai naskah yang diteliti. Emuch Herman Sumantri (1986: 2) menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur naskah, pengarang atau penyalin, asal-usul naskah, fungsi sosial naskah, serta ikhtisar teks atau cerita.

commit to user

Deskripsi naskah penting sekali untuk mengetahui keadaan naskah. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu judul naskah, nomor naskah (nomor katalog), ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita. Untuk lebih lengkapnya perlu disebutkan pula bentuk teks, jumlah pupuh, urutan pupuh dan jumlah halamannya.

5. Transliterasi

Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam proses transliterasi ini sebaiknya peneliti tetap menjaga kemurnian bahasa dalam naskah, khususnya penulisan kata (Edwar Djamaris, 2002:19).

Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran, serta disesuaikan dengan ejaan bahasa yang bersangkutan.

6. Kritik Teks

Kritik teks menurut Siti Baroroh Baried (1994:97) adalah memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana diciptakan oleh penciptanya.

commit to user

Tujuan kritik teks dalam penelitian filologi ialah berusaha mendapatkan bentuk teks yang asli atau yang mendekati asli, serta bila memungkinkan untuk mendapatkan tes asli yang ditulis oleh pengarang sendiri. Hal tersebut dilakukan sebab tradisi penyalinan naskah yang menyebabkan teks mengalami perubahan. Kritik teks tidak lepas dari adanya pengetahuan dan daya interpretasi dari penulis. Dalam hal ini metode yang digunakan ialah metode standar sebab isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dalam keagamaan atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.

7. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks bertujuan untuk menyajikan naskah dalam bentuk aslinya atau mendekati aslinya, yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Suntingan teks bertujuan agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh kalangan luas (Edwar Djamaris, 2002: 30). Dalam menyunting teks wajib memperhatikan pedoman yang berlaku, penggunaan huruf kapital ataupun tanda baca.

Dalam Kamus Istilah Filologi, aparat kritik ialah bahan pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah. Isinya ialah segala bentuk perubahan (conjecture), pengurangan (eliminatio), atau penambahan (divinatio) yang dilakukan peneliti sebagai pertanggung jawaban ilmiah. Tujuan penyertaan aparat kritik ialah agar pembaca

commit to user

dapat mengecek bacaan asli, bila perlu membuat penafsiran sendiri. Dalam mengerjakan naskah tunggal, aparat kritik sama dengan kritik teks (Baried,dkk, 1994: 69).

Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Dalam aparat kritik juga ditampilkan kelainan bacaan yang merupakan kata-kata atau bacaan salah di dalam naskah.

Penyuntingan terhadap naskah tunggal harus dilakukan dengan cermat karena merupakan satu-satunya saksi sehingga harus dapat mempertahankan sifat dan cirinya yang khas. Naskah yang telah di garap dengan mengadakan kritik teks berarti telah dapat dipertangggungjawabkan secara filologis, sehingga diharapkan telah cukup mantap jika digunakan sebagai acuan penelitian lainnya.

8. Sinopsis

Sinopsis dapat diartikan sebagai ringkasan isi cerita. Sinopsis adalah ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu (KBBI, 2007: 1072). Manfaat sinopsis adalah untuk mempermudah pengenalan isi naskah yang akan diteliti lebih lanjut, juga sangat bermanfaat bagi usaha memperkenalkan naskah-naskah lama yang masih sulit dibaca atau dipahami (Edi S Ekadjati, 1990).

commit to user

Dalam penelitian ini, penulis lebih memilih sinopsis agar mudah dalam menyampaikan isi dari naskah CAA, sebab isi CAA yang beragam dan bukan merupakan satu kesatuan cerita namun merupakan kumpulan cerita pendek dengan genre yang sama.

Dalam dokumen Dewinta Ayu Hapsari C0108025 (Halaman 42-48)

Dokumen terkait