BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.3 Pendekatan Saintifik
2.1.3.2 Langkah-langkah
Langkah-langkah pada pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi lima langkah pembelajaran (Hosnan, 2014: 37-81).
1. Mengamati (Observing)
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenmena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Mengamati/ observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
2. Menanya (Questioning)
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Selain itu, kegiatan bertanya juga dilakukan oleh siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Model
pembelajaran questioning merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab.
3. Mencoba (Experimenting)
Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuati hipotesis. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dn menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
4. Menalar (associating)
Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Menalar (associating) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari Kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar, yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pda teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori.
5. Membentuk Jejaring (Networking)
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa
dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa
secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Networked model
pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa untuk mampu memfilter (memilih) seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal
dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Networked adalah kegiatan
siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Dyer (dalam Widoyoko, 2015: 53-72) mengembangkan pendektan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:
1. Mengamati (observing)
Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka. Data yang diamati dalam observasi sebaiknya merupakan variabe, yakni dataa yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan diamati dapat merupakan variabel terikat atau variabel bebas. Variabel terikat meruakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang terkait, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang diubah dalam sebuah eksplorasi atau percobaan. Pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan lain, seperti melakukan pengelompokan dan membandingkan. Kegiatan mengamati sebuah fenomena alam atau fenomena social dapat ditugaskan pada siswa, misalnya mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa saja yang ada di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan kemampuan mengamati yang lebih teliti, bahkan mungkin menggunakan alat ukur. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhan untuk dapat menganaisis suatu permasalahan atau fenomena.
2. Menanya (questioning)
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pernyataan terkait dengan topik yang akan depelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan
keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dn mengembangan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri Suchman. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau fenomena alam atau fenomena sosial perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk belajar secara mandiri. Aktivitas belajar yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut melibatkan proses pengamatan yang dipandu dengan menggunakan pertanyaan. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh siswa atau setelah mempelajari sebuah konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Siswa perlu dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat dilakukan dengan berbagai metode atau teknik, misalnya dengan meminta mereka merumuskan beberapa pertanyaan yang akan digunakan dalam melakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara.
3. Melakukan percobaan (experimenting)
Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomen dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanaan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain:
a. Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik
kajian
b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan pertanyaan
yang relevan dengan topik dan harus diselesaikan dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau percobaan oleh
d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan pelaksanaan
kegiatan penyelidikan/percobaan
Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:
a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan
b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang menantang siswa
untuk berpikir kritis.
Pada tahap akhir, guru perlu melakukan koordinasi agar siswa dapat menyampikan hasil penyelidikannya kepada teman atau kelompok lain. Pada tahap ini tindakan guru adalah:
a. Mendorong siswa untuk berbagi hasil penyelidikan
b. Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka dalam membuat
kesimpulan atau “menemukan” konsep.
Sebuah percobaan juga dapat dilakukan untuk memancing minat siswa menyelidiki fenomena alam yang diamati ketika melakukan percobaan, tanpa dimulai dengan pengajuan pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan diajukan ketika percobaan sedang dilakukan.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)
Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis), data, fakta, atau informasi.
Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah adalah melakukan penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada logika iduktif, yaitu
menalar dari hal khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran yang sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusus atau pernyataan (premis minor) yang mengarah pada kesimpulan khusus.
Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar variabel, atau dapat menjelaskan tentang data berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.
5. Mencipta serta membentuk jejaring (networking)
Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dpat membangun jaringan dan berkomunikasi. Kompetensi penting dalam membangun jaringan adalah keterampilan intrapersonal, keterampilan
interpersonal, dan keterampilan organisasional (sosial). Keterampilan
intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia. Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan keterampilan organisasional (keterampilan sisial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.
Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan soft
skill yang sangat dibutuhkan untuk membangun jaringan agar dapat sukses dalam
kehidupan. Seorang siswa yang memiliki soft skill yang baik akan dapat menjalin
kerja sama, mampu mengambil inisiatif, berani mengambi keputusan, dan gigih dalam belajar.
2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)