• Tidak ada hasil yang ditemukan

28 | LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN2 IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

Dalam dokumen laporan tahunan 2013 kuantitatif (Halaman 83-85)

Laporan Keuangan

28 | LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN2 IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

k. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)

Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi komprehensif atas investasi instrumen ekuitas yang diklasiikasikan sebagai instrumen ekuitas yang tersedia untuk dijual tidak boleh dipulihkan melalui pembalikan atas penurunan nilai sebelumnya pada laporan laba rugi komprehensif pada tahun berjalan.

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasiikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian nilai pada laporan laba rugi komprehensif, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif.

Jika persyaratan kredit yang diberikan, piutang atau efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo dinegosiasi ulang atau dimodiikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah. Jika pada suatu periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur atau penerbit), maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi komprehensif pada tahun berjalan.

Penerimaan kembali atas aset keuangan yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan akun cadangan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kembali atas aset keuangan yang telah dihapusbukukan pada tahun-tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional selain bunga.

l. Cadangan Kerugian Aset Non Produktif serta Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

Sesuai dengan Surat Bank Indonesia (BI) No. 13/658/DPNP/DPnP tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset non-produktif dan

transaksi rekening administratif (komitmen dan kontinjensi), namun manajemen Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Sebelum SE-BI tersebut dikeluarkan, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset non produktif dan komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12/516/DPNP/IDPnP tanggal 21 September 2010.

Perubahan metode penentuan cadangan kerugian penurunan nilai diatas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang seharusnya diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laba rugi tahun-tahun sebelumnya. Namun, karena dampak dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak material terhadap laporan laba rugi komprehensif Bank dan pada tahun-tahun sebelumnya, maka tidak dilakukan penyajian kembali dan dampak perubahan tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif tahun 2011. Atas aset non produktif, manajemen Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit, manajemen Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan selisih antara nilai tercatat dan nilai kini atas pembayaran kewajiban yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable).

Bank telah menghitung cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan dan non-keuangan berdasarkan PSAK 55, namun bank membentuk cadangan kerugian sebesar ketentuan minimum dari Bank Indonesia. Sebelum 1 Januari 2010, Bank membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset produktif berdasarkan penelaahan terhadap kualitas masing-masing aset produktif, komitmen dan kontinjensi tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Penentuan kualitas aset produktif dan cadangan penghapusan aset produktif mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 yang telah diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006, PBI No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009.

LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

| 29

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) l. Cadangan Kerugian Aset Non Produktif serta Estimasi

Kerugian Komitmen dan Kontinjensi (lanjutan)

Bank wajib membentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset terhadap aset produktif sebagai berikut :

Klasifikasi Persentase minimum penyisihan Lancar 1%

Dalam Perhatian Khusus 5% Kurang Lancar 15% Diragukan 50% Macet 100%

Persentase cadangan kerugian penurunan nilai aset di atas diterapkan terhadap saldo setelah dikurangi dengan nilai agunan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, kecuali untuk aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang diklasiikasikan lancar dan dalam perhatian khusus yang diterapkan terhadap saldo aset produktif serta komitmen dan kontinjensi tersebut.

Aset produktif dihapusbukukan dengan menggunakan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif pada saat manajemen berpendapat bahwa aset produktif tersebut harus dihapuskan karena secara operasional debitur sudah tidak mampu membayar dan atau sulit untuk ditagih. Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapuskan dicatat sebagai penambahan cadangan kerugian penurunan nilai aset Aset produktif yang bersangkutan pada saat diterima kembali. Jika jumlah yang diterima kembali lebih besar daripada nilai pokok, kelebihan tersebut diakui sebagai penghasilan bunga.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesai nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 bank tidak diwajibkan lagi membentuk penyisihan penghapusan aset non produktif dan penyisihan penghapusan aset untuk transaksi rekening administratif yang berdampak terhadap penyesuaian atas saldo laba, namun bank tetap wajib menghitung penyisihan penghapusan aset non produktif dan penyisihan penghapusan aset untuk transaksi rekening administratif dalam

administrasi bank sesuai ketentuan yang berlaku yang akan menjadi faktor pengurang modal dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) / Capital Adequacy Ratio (CAR).

m. Aset tetap dan penyusutan

Mulai tanggal 1 Januari 2012, Bank menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap” dan ISAK No. 25, “Hak atas Tanah”.

Penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2011) tidak memberikan dampak yang besar terhadap pelaporan keuangan dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

ISAK 25 menetapkan bahwa biaya pengurusan legal hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP) ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah pada akun Aset Tetap dan tidak diamortisasi.

Sementara biaya pengurusan atas perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah dalam bentuk HGU, HGB dan HP diakui sebagai bagian dari akun beban ditangguhkan-neto pada laporan posisi keuangan dan diamortisasi sepanjang, mana yang lebih pendek antara umur hukum hak dan umur ekonomis tanah.

Sesuai dengan ketentuan transisi ISAK 25 tersebut, biaya perolehan pertama kali hak atas tanah dalam bentuk HGU, HGB dan HP yang diakui sebagai bagian dari akun “Beban Ditangguhkan, Neto” pada laporan posisi keuangan sebelum tanggal 1 Januari 2012 direklasiikasi ke akun “Aset Tetap - Tanah” dan amortisasinya dihentikan pada tanggal 1 Januari 2012.

Aset tetap pada awalnya dinyatakan sebesar harga perolehan. Setelah pengukuran awal, aset tetap diukur dengan model biaya, dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai.

Harga perolehan mencakup harga pembelian dan semua beban yang terkait secara langsung untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk memungkinkan aset tersebut beroperasi sebagaimana ditentukan oleh manajemen.

30 |

LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Dalam dokumen laporan tahunan 2013 kuantitatif (Halaman 83-85)