DI KOTA TANGERANG A. Implementasi dan Manfaat Perda Pendidikan
B. Implementasi dan Dampak Perda dan Perwal Pendukung Pendidikan
2. Larangan Prostitusi
a. Implementasi Perda Larangan Prostitusi
Implementasi peraturan daerah tentang larangan prostitusi adalah adanaya aturan tata tertib di sekoah seperti yang tercantum pada aturan di SMK Negeri 1 kota Tangerang pada point B yang berjudul tata tertib siswa UPTD SMK Negeri 1 kota Tangerang, pada peraturan nomor 15 point c. Pelajar dilarang membawa buku porno, begitupun dengan tata tertib yang berlaku di SMK Negeri 3 kota Tangerang, pada peraturan nomor 5 point 6 siswa/siswi dilarang membawa buku/gambar porno, hal ini adalah implemntasi dari perda larangan pelacuran yang terdapat pada pasal 4 ayat 1. Imlpementasi yang lain adalah larangan perzinaan terdapat dalam kurikulum/silabus PAI kelas XI tingkat SMA/SMK terdapat kopetensi Akhlak, dengan sub kopetensi perilaku tercela, dengan pokok bahasan dosa besar,
dengan indikator bahasan menjauhi perbuatan zina 303, pembahasan
kompetensi perilaku tercela tersebut selain indkator menjauhi perbuatan zina juga ada indikator yang lain yaitu pencurian, perampokan, pembunuhan, murtad, dan durhaka kepada orang tua, seluruh indikator tersebut disampaikan hanya dengan waktu 4 jam pelajaran atau 2 kali tatap muka, jadi guru PAI menerangkannya singkat, sederhana, dan terbaras, tapi dengan adanya perda larangan prostitusi, secara tidak langsung membantu para guru PAI dalam membentuk perilaku siswa untuk memagari dan menjauhi perbuatan perzinahan, karena pada perda tersebut juga mengatur tata tertib
301Wawancara dengan Ibu Khotimatul Husna, guru PAI pada SMA Negeri
1 Kota Tangerang
302 Wawancara dengan kresna, siswa kelas XII Akomodasi Perhotelan 2,
tahun ajaran 2013-2-14, di SMK Negeri 3 Kota tangerang
303 Lihat Silabus Pendidikan Agama Islam Tingkat SMK/SMA Kota
bergaul antara laki-laki dan perempuan, sangsi yang diterapkan dalam perda bagi yang melanggar adalah :
“Larangan prostitusi, perda no 8 tahun 2005, dalam bab IV pasal 9, barang siapa melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan daerah ini, diancam kurungan paling lama kurungan 3 bulan denda 15(Lima belas juta rupiah). Ayat (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) apasal ini adalah pelanggaran, selanjutnya dalam Bab V, pasal 11, ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang terhadap adanya tindak pidana, b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan , c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka, d. Melakukan penyitaan benda atau surat, e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang, f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemerikasaan perkara”304.
b. Dampak Perda Larangan Pelacuran
Dampak dari terbitnya perda larangan pelacuran adalah:
1) Membantu guru PAI dalam pembelajaran kopetensi
Akhlak.
2) Melindungi pelajar dan masyarakat dari perbuatan
maksiat.
3) Kota Tangerang menjadi lebih kondusif.
4) Operasi Satpol PP membuat para PSK tidak berani beroperas
di kota Tangerang.
Selain berkurangnya para PSK yang beropersi di kota Tangerang yang disebabkan operasi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) , juga karena operasi tersebut juga menertibkan para pasangan yang berpacaran di sekitar kota Tangerang, termasuk pasangan berpacaran pelajar. Berikut adalah perbandingan operasi yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang :
Tabel 4.22
Perbandingan Operasi Penertiban PSK Tahun 2006,2007 dengan 2012 Jenis Masalah 2006 2007 2012 2013 ( sd.Mei) PSK 269 114 0 3 Waria 8 64 2 0 Pasangan Pacaran 138 39
Sumber : Profil Daerah Kota tangerang ,2008, Laporan Satuan Polisi Pamong Praja 2012, 2013
Pada tahun 2006 penangkapan PSK cukup banyak yaitu 269 orang dan berkurang dan berkurang menjadi 114 pada tahun 2007, tahun 2012 aparat satuan polisi pamong praja tidak menemukan PSK, hal ini bisa disebabkan karena PSK tidak berani lagi beroperasi di daerah kota Tangerang karena keaktifan tim Satpol PP yang terus melakukan operasi,walaupun pada bulan Februari 2013 ditangkap 3 orang PSK.
Pada tahun 2006 dan 2007 penertiban kepada para PSK dan waria saja, namun pada tahun 20012 penertiban dilakukan juga pada pasangan yang sedang berduaan termasuk para pelajar, sehingga pada tahun 2012 terjaring 138 pasangan pacaran yang ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang dan pada tahun 2013 sampai dengan bulan Mei 2013 pasangan yang berpacaran ditertibkan sebanyak 39 pasang.
Jadi perda ini tidak hanya menjaring PSK saja tetapi juga pasangan yang berpacaran, termasuk pelajar, karena pengontrolan oleh sekolah sangat sulit, tak akan ada guru yang bisa melakukuan razia di taman-taman atau mall, sedangkan petugas Satpol PP berfungsi mengawal perda dan bergerak rutin setiap bulan empat kali operasi yang dilakukan pada jam yang berbeda dan tempat yang berbeda.
Perda nomor 8 tahun 2005 ini melindungi masyarakat terutama pelajar dalam kemaksiatan, karena itu di kota Tangerang Akhlak pelajar terjaga, dengan harapan kejadian-kejadian di sekolah lain yang meruntuhkan moral bangsa, mempermalukan dunia pendidikan
mempermalukan guru305, terutama guru PAI tidak terjadi di Kota
Tangerang. kota Tangerang diharapkan tertib, aman dan nyaman, sehingga dapat berdampak bagi dunia pendidikan , dimana pelajar harus konsentrasi untuk belajar tanpa diganggu oleh pemandangan yang tidak baik.
Dampak dari pemberlakukan perda larangan prostitusi adalah terciptanya suasana nyaman, seperti tidak tampak lagi para wanita penghibur dan para waria berjejer di sepanjang jalan di Kota Tangerang, dan pelajar semakin tenang karena menurut penuturan dari Ibu Suarni selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan BP/BK
di SMAN 1 Kota Tangerang : “Dengan adanya perda larangan
prostitusi maka sekarang para pelajar lebih sering berada di rumah
berkumpul bersama keluarga”306.
Demi menjaga keamanan dan ketertiban operasi penertiban Satpol PP, tidak hanya menertibkan PSK saja akan tetapi juga pelajar
yang masih berkeliaran setelah jam 18.00 WIB307.dari hasil penelitian
sebanyak 45.70% responden pelajar mengatakan tahu tentang perda larangan prostitusi, mendekati setengah dari responden mengetahui tentang keberadaan dari perda prostitusi ini, karena perda ini pernah menjadi pemberitaan terhadap LSM yang mempersoalkan kelahiran perda ini karena dianggap mengganggu hak wanita yang bekerja sampai malam, selanjutnya sebanyak 18,82% mengatakan ragu-ragu, hal ini karena pernah mendengar tetapi tidak terlalu paham dan 35.48% mengatkan tidak tahu, responden yang mengaku tidak tahu adalah mereka yang baru duduk di kelas X SMA/SMK sehingga kurang dapat memperoleh sosialisasi dari orang tua dan guru.
Kota Tangerang populer setelah pemberlakuan perda nomor 8 tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran mengundang kontroversi,
305 Kejadian yang terbaru adalah dengan beredarnya video mesum pelajar
SMP 4 jakarta di tengah-tengah masyarakat.
306 Wawancara dengan Ibu Hj. Suarni Guru PAI SMAN 1 Kota Tangerang.
307
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful kasi bidang Pembinaan dan Penyuluhan di Kantor satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2013 jam 11.12 Wib – 13.55 Wib.
semangat pemda untuk membersihkan Kota Tangerang dari pelacuran itu tampaknya masih akan menghadapi kendala, hambatan terutama datang dari pihak-pihak yang melihat perda itu sebagai upaya pembatasan aktivitas kaum perempuan.
Dampak dari larangan prostitusi di Kota Tangerang menurut pelajar sebanyak 54,30% baik, hal ini karena responden merasa terganggu dengan adanya para PSK yang berkeliaran di sekitar sekolah-sekoah di Kota Tangerang begitu juga dengan para waria, yang bebas mengontrak rumah di sekitar sekolah-sekolah di daerah sukasari terutama di jalan Mohammad Yamin, sebanyak 41.40% mengatakan cukup, hal ini bisa diakibatkan karena responden menghawatirkan para PSK dan waria kembali beroperasi jika petugas Satpol PP lengah mengadakan operasi penertiban dan sebanyak 4,30
% responden yang mengatakan jelek, menurut salah satu
responenyang menjawab jelek dia beralasan, opersi yang dilakukan Satpol PP mengganggu hak pribadi, padahal belum tentu pelajar atau perempuan yang berjalan pada malam hari tersebut adalah sebagai pelacur.
Meskipun pro dan kontra dalam menegakan larangan prostitusi ini banyak terjadi, namun perintah kota tetap menjalankn perda ini, karena pemda beranggapan manfaatnya lebih banyak dari madharatnya, dan masyarakat mendukung pemda dalam menegakan kebenaran demi melindungi masyarakat dari kemaksiatan termasuk pelajar, dengan komitmen pemda dalam melayani masyarakat, tahun 2013 ini kembali mendapat penghargaan, koran Madina edisi 10
November 2013 diberitakan, “Pada tahun ini Kota Tangerang menjadi
bahan rujukan bagi daerah lain di Indonesia. Pemerintah Kota Tangerang yang diwakili oleh Plt. Arief R.Wismansyah berbagi pengalaman pada Seminar Sosialisasi dan penyerahan nominator IGA (Inovative Goverment Award) untuk katagori pelayanan publik tahun
2013, yang betempat di gedung Sasana Bakti Praja Kemendagri”.
Menurut Arief R.Wismansyah : ”Pemerintah Kota Tangerang
dinilai telah berhasil mengembangkan progaram Inovatif dalam meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
Kota Tangerang”.308
308 Pemerintah Kota Tangerang dijadikan Rujukan Pemerintah Daerah
Perda pendidikan dan perda pendukung pendidikan di Kota Tangerang masih perlu penelaahan dan pengawasan dalam mengimplementasikannya, sehingga pelajar dapat menjadi manusia yang berbudi luhur dan mampu meningkatakan kualitas pendidikan setiap tahunnya.
140 PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian tentang kebijkan pendidikan di kota
Tangerang, dapatlah disimpulkan beberapa hal, Pertama, bahwa
Kebijakan Pemerintah kota Tangerang berupa Perda bidang pendidikan dan Perda Pendukung Pendidikan merupakan pemikiran dari Walikota Tangerang yang di setujui oleh DPRD Kota tangerang, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat kota Tangerang agar dapat menikmati pendidikan secara adil dan dipagari oleh kebijakan yang melindungi pelajar di Kota Tangerang.
Kedua, Kebijakan dalam bidang Pendidikan di kota
Tangerang, diantaranya berisi tentang peningkatan mutu
pendidikan di kota Tangerang, penambahan jam PAI dari 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran dan anggaran pendidikan menjadi pos yang lebih besar dibandingkan dengan pos yang lainnya. Selanjutnya perda pendukung pendidikan diantaranya adalah Perda Nomor 7 Tentang larangan Minuman keras, Perwal no 54 tahun 2007 tentang Larangan merokok bagi pelajar, pendidik dan tenaga kependidikan serta Perda Nomor 8 tahun 2005 tentang larangan prostitusi. Perda pendukung pendidikan adalah merupakan upaya Pemerintah daerah untuk meminimalisir masalah-masalah yang akan mempengaruhi terhadap konsentrasi siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga dengan pagar Perda pelajar di kota Tangerang.
Ketiga, Implementasi dari Perda Pendidikan dapat kita lihat
di sekolah-sekolah yang berada di daerah Tangerang menerapkan jadwal Pelajaran PAI sebanyak 3 jam pelajaran, selanjutnya dalam anggaran pendidikan telah nyata bahwa wajib belajar 12 tahun telah di terapkan di Kota tangerang dengan menggratiskan SPP bagi seluruh jenjang sekolah negeri mulai dari SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK. Serta dengan banyaknya gedung-gedung sekolah yang dibangun oleh Pemerintah Kota Tangerang. Impementasi dari Perda Larangan merokok, larangan prostitusi dan larangan minuman beralkohol, dapat terlihat dari Tata tertib yang di
berlakukan di seluruh sekolah yang berada di Kota Tangerang, mengarah kepada perlindungan agar siswa tidak sampai melakukan pelanggaran Perda tersebut. Serta Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang yang terus menerus melakukan razia sebagai penegakan dari Perda-perda tersebut.
Keempat, Dampak dari Perda Pendidikan di kota Tangerang
dalam kualitas pendidikan dapat kita lihat dari jumlah siswa dan guru yang semakin meningkat, peningkatan jumlah rata-rata hasil Ujian Nasional, Juara umum Lomba Keterampilan Siswa SMK tingkat Propinsi, menurunnya angka putus sekolah,makin banyaknya anggota organisasi guru, Dampak dari Penambahan jam PAI adalah pelajar SMA/SMK/MA di kota Tangerang adalah dengan melihat jumlah Pelajar yang sudah bisa membaca
Al-Qur’an, walaupun masih ada 3,11 % siswa SMA/SMK/MA di kota
Tangerang yang belum bisa membaca Al-Qur’an, sehingga perda
penambahan jam PAI masih harus terus di pantau oleh pengawas sekolah agar semua sekolah konsisten dengan perda penambahan jam PAI dan melaporkan tentang kemajuan kemapuan siswa dalam BTQ, Sedangkan dampak dari Anggaran Pendidikan diatas 20% adalah pertumbuhan pembangunan gedung sekolah yang ada di lingkungan kota Tangerang dari tahun ke tahun mengalami pertambahan yang sangat pesat mulai dari gedung SD/MI, SMP, MTs, SMA/SMK/MA, Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) yang sudah terrealisasi tahun ajaran 2013-2014 untuk tingkat SMA/MA/SMK walaupun belum menyentuh sekolah swasta. Selanjutnya Dampak dari Perda pendukung Pendidikan dapat dilihat dari berkurangnya temuan dalam razia minuman keras, berkurangnya tawuran pelajar tahun 2013 yang hanya terjadi 2 kejadian dibanding tahun 2012 yang masih terjadi 11 kejadian tawuran pelajar, maka perda pendidikan harus dapat di laksanakan dan dipantau oleh berbagai pihak mulai dari tingkat sekolah, kantor Dinas Pendidikan, dan tidak hanya oleh pemerintah dan sekolah saja tetapi peran orang tua di rumah juga sangat mempengaruhi dari pendidikan itu sendiri. Karena itu peran pengawas sekolah belum bekerja secara optimal untuk mengawal pendidikan, dengan memnatau keefektipan dari Implementasi Perda Perdidikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang kebijakan pendidikan di kota Tangerang penulis mengajukan beberapa saran atau pemikiran
kepada pihak-pihak terkait, yaitu: Pertama, agar pemerintah daerah
kota Tangerang tetap memperhatikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Kedua, pengelolaan pendidikan sebaiknya
mengoptimalisasikan perda perdidikan ini dalam program sekolah, agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan di tingkat sekolah. Karena dengan otonomi pendidikan, pemerintah memberi kewenangan kepada sekolah serta guru-guru dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan potensi dan keragaman yang dimiliki sekolah/madrasah masing-masing.
Ketiga, pemerintah Kota Tangerang yang mengeluarkan
perda, agar memperhatikan kepentingan yang diakibatkan dari lahirnya perda, dalam hal ini penambahan jam PAI dari 2 jam pelajaran menjadi 3 Jam pelajaran, hendaklah memfasilitasi untuk merevisi kurikulum PAI, sehingga adanya keseragaman di semua sekolah sesuai tuntutan perda.
Keempat, Kantor Dinas Pendidikan kota Tangerang , agar
melakukan pemantauan terhadap implemntasi perda pendidikan di sekolah/madrasah, agar bisa mengukur sejauh mana pelaksanaan perda pendidikan di sekolah dan menerima masukan-masukan dari kepala sekolah, guru, orang tua siswa, serta melakukan pendataan tentang perkembangan siswa/pelajar setiap tahunnya.
Kelima, Pengawas sekolah/madrasah sebaiknya melakukan
pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru, agar melasanakan program kurikulum sesuai dengan perda pendidikan sebagai respon terhadap kebijakan yang digulirkan pemerintah daerah dalam dunia pendidikan serta dapat mengukur tingkat penyerapan sekolah terhadap perda pendidikan, kemudian juga untuk pemetaan terhadap langkah selanjutnya jika kebijakan tersebut membutuhkan perbaikan atau revisi sehingga cita-cita yang tertuang dalam sistem pendidikan nasional dapat terwujud. serta selalu rutin melakukan pendataan dari setiap sekolah tentang pekembangan Akhlak siswa,
dan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an, sehingga dapat
sehingga perda bukan hanya hiasan saja melainkan sebegai pemenuhan pada kebutuhan siswa
Keenam, Para Guru PAI di sekolah dan madrasah agar
memanfaatkan kebijakan penambahan jam PAI dengan sepenih hati dan memberikan laporan kepada pengawas sekolah/madrasah tentang perkembangan kemampuan BTQ siswa secara jujur apa adanya, agar dapat diketahui sejauhmana keefektipan dari perda tersebut.
Ketujuh, kepada masyarakat, agar ikut memperhatikan dan
memberikan masukan terhadap lembaga pendidikan, walaupun bagaimana mereka mempunyai hak dan kewajiban terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan.
Kedelapan, kepada peneliti-peneliti muda, agar penelitian
tentang kebijakan pendidikan di daerah ini, menjadi bahan kajian tesis berikutnya, karena kajian dalam tesis ini masih perlu
ditindaklanjuti sehimgga memberi kebermanfaatan bagi
144
Abdul Mukti Bisri, Kebijakan Pengembangan Madrasah Unggulan
Model Terpadu, Desertasi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2008).
Abdul Munir, Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru terhadap
Pendidikan Islam di Bidang Madrasah, Tesis, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2000).
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta, Kencana, 2011).
Adian Husaini, Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter
& Beradab, ( Jakarta, Cakrawala Publishing dan Adabi
Press, 2012 ).
Ahmad Mustafa Al-Maragi,Terjemah Tafsir Al-Maraghi,
(Semarang Toha Putra, 1987).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung
PT.Remaja rosda karya, 2005).
Alex, Menyoal Konsep mutu dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu
Kritis Kebijakan Pendidikan di Eara Otonomi Daerah,
(Bogor, Ghalia 2002) Departemen Agama RI, 2008)
Azumardi Azra dkk, Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta, PIC
UIN Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Amini Sutari Gani Suriokusumo, Bunga Rampai Soempah
Pemoeda yang dihimpun oleh Yayasan gedung-gedung
bersejarah, (Jakarta, Balai Pustaka, 1986).
Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, (Jakarta, Pustaka Firdaus
Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang Menentukan, Jalan
Panjang Indonesia menuju Demokrasi, (Jakarta THC
Mandiri 2006).
Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Tangerang, Lembaran
Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang nomor 5 tahun 2010 tentang Larangan
Merokok bagi Siswa,Guru,dan Tenaga Kependidikan.
2008.
Bedjo Sujanto, Managemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Model
Pengelolaan Sekolah Di Era Otonomi Daerah,( Jakarta,
Sagung Seto, 2007)
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, ( Bandung
Pustaka Setia, 2010 ).
Choirudin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta,
Gema Insani, 2005).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
, (Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008),
Dewan Pendidikan kota tangerang, Kumpulan Undang-Undang
dan Peraturan tentang Pendidikan,( Tangerang, 2009)
Dodi Nandika, Pendidikan di Tengah gelombang
Perubahan,(Jakarta, LP3ES, 2007)
Fauzan, Kebijakan Pemerintahan terhadap Pendidikan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia Tesis,
(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2003)
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok
Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang
Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO
Hamdan AB Andi Malla, Kebijakan Pemerintah tentang
Madrasah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006)
Hamlan Ab.Andi Mallla, Kebijakan Pemerintah tentang Madrasah,
Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan
Nasional 1945-2005 ,(Jakrta, UIN Syarif Hidayatullah
2008).
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan
Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2008),
Harold G.Shane, Arti Pendidikan bagi Masa Depan,(Jakarta, Raja
Grafika Persada, 2002)
Hasan langgunung, Asas-Asas Pendidikan Islam,(Jakarta, pustaka
al-husna, 1988).
Hassan Ibrahim Hasan, Sejarah dan kebudataan Islam,(Bandung,
Kota Kembang, cet 1 , 1989).
HAW.Wijaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta,
Raja Grafindo 2005).
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Politik Lokal di
Indonesia, ( Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2007 ).
Husaini Usman, Management ,Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara 2006)
Husni rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia,(Jalarta,
logos wacana ilmu, 2001).
Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan pemikiran, 2005)
Imam Suprayogo, Metodologi penelitian sosial Agama ,(Bandung ,
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP
dan SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group)
2012
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH Satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang.
Irwan Abdullah, Kondisi Sosial yang dibayangi Disintegrasi Tanpa
Ujung, ( Jakarta, Penerbit Harian Kompas, 2000 ).
J.drost,sj, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan,
(Jakarta, grasindo 1999)
Juan Carlo Tedesco, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan
dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan
untuk Abad XXI, (Jakarta, UNESCO Publising,1996)
Kareel Steenbrink, Pesantren, Sekolah, Madrasah, (
Jakarta, LP3S 1974)
Lexi J. Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Bandung,
Rosdakarya, 2002),
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung ,Pustaka Setia
2011)
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UII, 1989)
Mastuhu, M Sistim Pendidikan Nasional Visioner, (Jakarta Lentera Hati, 2007).
Miguel Fernandez Perez,Krisis Dalam Pendidikan,(Jakarta, PN Balai Pustaka, 1982.
M.ngalim purwanto, Ilmu pendidikan,(Bandung PT. Remaja
Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian
(Malang, UIN Malang Press 2008)
Moh.alifudin, reformasi pendidikan.(Jakarta Magnascript
Publishing, 2012)
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Ghalia Indonesia, Cetakan
ketujuh 2009).
Muhaimin dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Sekolah dan Madrasah( Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2008).
Muhaimin , Pluralisme dan multikulturalisme paradigma baru,
pendidikan agama islam di indonasia,(Malang,Adytia
Media Publishing, , 2011).
Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia:
Peran Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No
2/1989.Desertasi Indonesian-Netherlands Cooperation
In Islamic Studies (INIS 2004) .
Mulyana, E, Manajemen Berbasis Sekolah,(Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, Cetakan ketigabelas, 2011)
M.Sirozi,Politik pendidikan, Dinamika Hubungan antara
kepentingan kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek ( Bandung Remaja Rosdakarya 1997 ).
Nusa Putra dan Hendarman, Metodologi Penelitian Kebijakan, (
Bandung Remaja Rosdakarya, 2012).
Pemda Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah Terbentuknya
Pemerintah Kota Tangerang, bag.hukum dan Perundang-undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang,Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pendidikan, 2010
Pemerintah Kota Tangerang,bag.Hukum dan Perundang-Undangan,
Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan daerah kota tangerang Nomor 11 tahun 2005 tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol, 2007.
Pemerintah Kota Tangerang, Bag. Hukum dan
Perundang-undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang,
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 tahun
2005 tentang pelarangan Pelacuran, 2005.
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2010 tentang
Kawasan Tanpa Rokok (Bagian Hukum Sekertariat
Daerah Kota Tangerang, 2011 ).
Pemerintah Kota Tangerang, Profil Daerah Kota Tangerang, tahun
2008.
Rahmawati, (ed), Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta:
Intimedia Ciptanusantara, 2004)
Ramon Papana, W.H lucunya sang walikota,(Jakarta, Indonesia
Comedy Club, 2013)
Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan
Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum Sesudah UUSPN No 3 Tahun
1989,(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999).
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa
Revolusi, Kajian dan kritik atas kebijakan
Desentralisasi di Indonesia.(Jakarta PT Elex Media
Robert Bisaillon, Sekolah Dipersimpangan Jalan, Pendidikan
Untuk Abad 21, Pokok Persoalan dan Harapan(Paris,
Unesco publising 1996)
Rohiyat, Managemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik ,
(Bandung, Aditama,2010),
Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan