• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di seluruh dunia.

Bisnis yang kuat dan berpengalaman akan semakin mendapat keuntungan akan meluasnya pengaruh globalisasi. Akan tetapi di sisi lain, sebagai bisnis yang baru tumbuh ataupun bisnis yang berskala nasional akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan asing, sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

Tahun 2015 Indonesia juga mengalami kisis ekonomi yang disebabkan oleh melemah nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika.

Akibat dari krisis ekonomi yang di alami indonesia berdampak langsung kepada kondisi kehidupan politik dan ekonomi. Krisis ekonomi yang di alami indonesia juga berdampak kepada perushaan-perusahaan yang ada di indonesia terkhusus kepada perusahaan yang go public. Krisis ekonomi ini juga memberikan dampak langsung bagi perusahaan yakni perusahaan berada pada kondisi yang dinamakan Financial Distress.

Financial Distress merupakan situasi dimana aliran kas operasi perusahaan tidak cukup memuaskan kewajiban-kewajiban yang sekarang (seperti perdagangan kredit atau pengeluaran bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan tindakan korektif (Sajahrial, 2007, hal. 453).

Perusahaan yang mengalami Financial Distress berarti perusahaan tersebut berada dalam kondisi adanya permasalahaan pada perusahaan tersebut. Menurut (Widarjo & Setiawan, 2009, hal. 109) menyatakan kondisi financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini pada umumnya ditandai antara lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang

menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi financial distress ini diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan ataupun likuidasi.

Permasalahan keuangan (financial distress) sudah menjadi momok bagi seluruh perusahaan, karena permasalahan keuangan dapat menyerang seluruh jenis perusahaan walaupun perusahaan yang bersangkutan adalah perusahaan yang besar. Peliknya permasalahan keuangan pada perusahaan ini menjadi bahan yang menarik untuk diteliti karena banyak perusahaan berusaha untuk menghindari permasalahan ini. Selain itu, permasalahan keuangan memiliki pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihak perusahaan yang mengalami kerugian, tetapi juga stakeholder dan shareholder perusahaan juga akan terkena dampaknya.

Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan keberlangsungan sebuah perusahaannya (going concern) untuk jangka waktu yang panjang.

Oleh karena itu perusahaan diharapkan harus dapat bersaing dengan perusahaan lain serta dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam perusahaan. Going concern, merupakan sebuah kelansungan usaha, sebuah asumsi going concern digunakan sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan yang berguna bagi perusahaan, oleh karena itu sebuah perusahaan di perlukan memperhatikan dengan serius kelansungan sebuah perusahaan sehingga permasalahan- permasalahan yang akan muncul disebuah perusahaan dapat dihindari (Purba, 2016, hal. 25). Akan tetapi tidak semua perusahaan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaannya sehingga berujung pada financial distres atau kesulitan keuangan bagi perusahaannya. Sebuah financial distress tidak akan muncul secara tiba–tiba akan tetapi harus melalui bebrapa tahapan atau proses, oleh karena itu pihak perusahaan harus mampu mengalisa atau mengenali tanda- tanda kapan financial distress itu akan terjadi.Jadi financial distress adalah sesuatu yang ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam hal keuntungan pada masa yang akan datang dan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban perusahaannya, serta ditandai dengan

adanya kondisi suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan atau dalam kondisi yang buruk.

Setiap orang yang sedang berkerja juga harus memiliki sifat kehati-hatian serta memiliki kebiasaan mengevaluasi, mengukur setiap hasil kinerjanya. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT QS At-Taubah ayat 105:

Artinya:

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa bahwa setiap pekerjaan yang kita lakukan harus semata- mata mencari karunia Allah SWT, karena Allah SWT melihat setiap kegiatan yang kita lakukan, maka kerjakanlah hal- hal yang baik karena setiap pekerjaan yang kita lakukan akan diberi balasan oleh Allah SWT, apabila kita melakukan pekerjaan yang baik maka akan diberi balasan yang baik oleh Allah SWT dan sebaliknya apabila kita melakukan pekerjaan yang dilarang oleh Allah maka akan diberi azab oleh Allah SWT. Azab yang diberikan bisa di dunia dan juga di akhirat, bentuk bentuk azab dunia adalah apabila kita memiliki sebuah usaha atau orang yang sedang berbisnis maka bisa terjadi kesulitan keuangan pada bisnis yang kita lakukan.

Dalam melakukan analisis mengenai financial distress untuk sebuah perusahaan kita dapat menggunakan salah satu analisis rasio, analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan pos- pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi. Terdapat berbagai alat yang digunakan untuk memprediksi financial distress. Beberapa alat

pendeteksi tersebut dihasilkan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli nyang memiliki perhatian terhadap financial distress pada berbagai perusahaan di dunia. Ada 2 macam cara untuk memprediksi financial distress yaitu dengan rasio keuangan dan rasio arus kas.

Financial distress dengan menggunakan rasio keuangan bisa dilakukan dengan beberapa metode diantaranya yaitu Altman Z-Score, Springate Model, Zmijewski Model dan Camel

Metode dalam Analisis Financial distress yang pertamakali digunakan adalah metode Z-Score yang dikembangkan oleh Edward Altman pada tahun 1968. Rumus ini dihasilkan dari penelitian atas berbagai perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang menjual sahamnya di bursa efek. Karena itu, rumus tersebut lebih cocok digunakan untuk memprediksi keberlangsungkan usaha perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public. Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian di berbagai negara. Penelitian yang dilakukan bertujuan kepada perusahaan yang tidak go public. (Rudianto, 2013, hal. 254-256).

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode Zmijeweski, metode Zmijeweski ini merupakan metode akurat untuk menganalisis financial distress pada perusahaan di Indonesia. Dan metode Zmijeweski ini juga mengukur rasio-rasio kelompok, rate of return, liquidity, leverage, turnover, fixedd payment coverage, trends, firm size, dan stock return volatility, yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Menurut Zoponudid dan Doumpos I (1999) menemukan hanya ada 3 kriteria yang penting dalam menentukan kegagalan bisnis, yaitu: gross profit/ total asset, net income/ gross profit, dan current asset/ currenty liabilities.

Metode zmijewski ini merupakan metode yang cocok digunakan dalam menganalisis financial distress pada PT Medco Energi International Tbk.

Perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah PT Medco Energi International Tbk. PT Medco Energi International Tbk adalah perusahaan publik di Indonesia yang bergerak dalam bidang energi terintegrasi. Bidang usaha Medco Energi termasuk dalam bidang

eksplorasi dan produksi minyak minyak dan gas bumi. Produksi LPG, distribusi bahan bakar disel dan pembangkit tenaga listrik. PT Medco Energi International Tbk ini telah mengalami kerugian pada tahun 2015 dan tahun 2018, oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai financial distress di perusahaan ini. Berikut adalah laporan kondisi keuangan PT Medco Energi International Tbk:

Tabel 1. 1

Laporan Kondisi Keuangan PT Medco Energi International Tbk

Periode 2014-2018 (Dalam Dolar AS)

Tahun Aset

Lancar Total Aset Hutang Lancar

Total

Hutang Laba 2014 751.123.639 2.702.446.879 467.737.784 1.782.128.121 34.195.711

2015 1.044.863.276 2.909.808.828 526.615.346 2.208.214.969 (181.816.526)

2016 1.134.260.785 3.597.130.603 860.560.282 2.706.621.747 194.960.914

2017 1.975.050.108 5.160.785.857 1.293.641.095 3.758.113.809 189.647.553

2018 1.827.115.361 5.252.393.746 1.101.979.278 3.865.132.439 (19.580.324)

Sumber : www. idx.co.id

Berdasarkan tabel 1.1 di atas PT Medco Energi International Tbk mengalami kondisi keuangan yang kurang baik, karena pada tahun 2015 dan tahun 2018 PT Medco Energi International Tbk mengalami kerugian. . Dengan mengalami kerugian berpengaruh terhadap penurunan total hutang, total aset, aktiva lancar dan hutang lancar. Total aset yang dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk mengalami kondisi naik.

Begitu juga dengan total hutang yang dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk mengalami kondisi naik dari tahun 2014-2018. Dengan mengalami kenaikan hutang akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh oleh PT Medco Energi International Tbk. Seharusnya total hutang yang dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk menurun karena pada metode financial distress lebih menekankan pada jumlah utang sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan.

Pada PT Medco Energi International Tbk total utang yang dimiliki meningkat setiap tahun.

Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan di atas, perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2015 dan tahun 2018, yang tidak dapat mempertahankan keseimbangan pendapatan dengan beban. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Financial Distress dengan menggunakan metode Zmijewski Pada PT. Medco Energi International Tbk Periode 2014-2018”

Dokumen terkait