• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Psikologi Sosial Myers

Menurut Myers. Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengaruh situasi-situasi individu, khususnya bagaimana kita memandang dan mempengaruhi diri sendiri maupun orang lain. Dapat dikatakan, bahwa psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang berpikir, memengaruhi, dan saling berhubungan

satu sama lain. Ada tiga hal pokok yang diulas dalam psikologi sosial, yaitu pikiran sosial, pengaruh sosial, dan hubungan sosial (Myers, 2012:4).

a. Hubungan Tokoh dengan Psikologi Sosial

Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.Begitupun hal yang berkaitan tentang bagaimana manusia berhubungan dengan dirinya sendiri, mengontrol emosi dan berperilaku baik.Apa yang dilakukan manusia dalam kesehariannya terkadang di refleksikan dalam sebuah cerita fiksi sebagai amanat bagi kehidupan.

Seperti yang diungkapkan Teew (2013:189), di dalam karya sastra ada unsur rekayasa yang berdasar pada apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra adalah karya fiktif, karena semua isinya dibuat atas dasar pemikiran pengarang atau sastrawan. Pencapaian cerita dilakukan dengan menghadirkan tokoh.Tokoh dalam cerita fiksi diibaratkan sebagai manusia di kehidupan nyata. Oleh sebab itu, gejala psikologis maupun sosiologis yang dialami tokoh padasebuah cerita terkadang sama seperti di kehidupan nyata. Tokoh berbaur dan menjalankan alur cerita sesuai kesatuan isi yang telah dibuat pengarang.Bagaimana tokoh berinteraksi dengan lingkungan (keadaan sosial) maupun bagaimana tokoh terpengaruh karena lingkungan yang membuat dirinya menjadi seseorang yang tidak baik (psikologis).

Penokohan memiliki kaitan langsung, baik dengan peneliti maupun pembaca karya sastra, penokohan sebagai wujud dari pribadi. Saat menciptakan suatu cerita, pengarang membuat penokohan dengan ciri khas yang paling mudah diidentifikasi, dilukiskan dan dipahami khususnya melalui nama. Melalui penokohan, dimungkinkan terwujud pesan-pesan, pandangan dunia, dan berbagai bentuk ideologi yang lain. Dari permasalahan psikologis maupun sosiologis tokoh, hal tersebut saling menimbulkan timbal balik.Masalah-masalah kemasyarakatan dan kejiwaan, khususnya psikologi sosial merupakan dasar peermasalahan dalam rangka mengembangkan pendekatan baru yang di dalamnya terjalin keseluruhan hidup manusia (Ratna, 2011:17).

b. Ruang Lingkup Psikologi Sosial

Pada tahun 1900-an, ada tiga perspektif utama yang dikembangkan oleh para psikolog, masing-masing warisan tersebut meninggalkan warisan penting pada psikolog sosial kotemporer.Tiga perspektif tersebut adalah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, behaviorisme dari Pavlov dan Skinner serta psikologi Gestalt.Para tokoh perintis tersebut mendasarkan teorinya pada ilmu alam.Banyak dari teori tersebut yang kemudian diaplikasikan untuk analisis perilaku sosial.Warisan psikologi Gestalt yang semakin mendukung dengan kajian kognisis sosial yang membahas tentang bagaimana seseorang memandangdan memahami dunia sosialnya. Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall` Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia. (Taylor dkk., 2009:3-6).

Perspektif mikro psikologi sosial terdiri dari beberapa hal yang di jelaskan oleh David O. Sears maupun Myers.Menurut (Myers, 2012:4), psikologi sosial secara umum mempelajari tiga hal yaitu pikiran sosial, pengaruh sosial dan hubungan sosial.

Pikiran sosial membahas tentang cara kita mempersipsikan orang lain, apa yang kita yakini, penilaian yang kita buat dan sikap. Pengaruh sosial membahas tentang budaya, konformitas, persuasi dan kelompok-kelompok manusia. Terakhir, hubungan sosial membahas tentang prasangka, agresi (perilaku antisosial) dan bantuan (perilaku prososial). Interaksi sosial selalu menjadi awal munculnya pikiran sosial, pengaruh sosial dan hubungan sosial. Hadirnya interaksi sosial selalu mengikuti setiap peristiwa sosial yang dilakukan seseorang. Hubungan insani merupakan hubungan yang terjadi antar individu setelah mereka mengalami interaksi sosial, hubungan ini dilandasi rasa cinta, kasih dan sayang.

Konsep Myers tersebut didukung oleh beberapa profesor Universitas California (Taylor, Peplau, dan Sears: 2009), bahwa dalam psikologi sosial, lebih fokus pada interaksi antar-orang, termasuk dalam hubungan sosial dan cinta kasih, persahabatan dan altruisme, prasangka dan agresi, serta konforitas atau kepatuhan dan kekuasaan. Psikologi sosial juga memelajari bagaimana orang bertindak dalam kelompok dan bagaimana kelompok tersebut memengaruhi anggotanya.

Menurut Zahro (2013:28), psikologi sosial dapat dihubungkan dalam sebuah karya sastra karena peran psikologi sosial dalam masyarakat yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan. Seperti halnya hubungan karya sastra dengan peristiwa kesejarahan, antara perilaku psikologis dengan kehidupan sosial masyarakat juga memiliki hubungan timbal balik. Apresiasi tentang bagaimana kehidupan psikologi tokoh juga beroriantasi pada pengaruh apa perilaku yang tokoh lakukan berkaitan dengan kehidupan sosial yang ia jalani di lingkungannya. Ketika apa yang hadir dalam sebuah

cerita fiksi adalah cerminan kehidupan masyarakat, maka cerita yang hadir pastilah tidak jauh berbeda dengan apa yang masyarakat lakukan.

Perilaku sosial seseorang selalu bervariasi. Hal itu berarti, apa yang dikerjakan tidak hanya berdasar pada situasi objektif, tetapi juga bagaimana seseorang tersebut menafsirkannya. Psikologi sosial membahas konsep terkecil ketika seseorang melakukan perilaku sosialnya yaitu „diri‟.Konsep diri tersebut nengarahkan seseorang untuk berpikir sosial, sehingga memunculkan sikap-sikap yang hadir di masyarakat.Akan tetapi, dalam hal ini pengaruh sosial juga berimbas pada tingkah laku seseorang. Bagimana orang tersebut menghadapi tekanan lingkungan dan kelompok masyarakat, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hubungan sosial, antara dirinya dengan masyarakat sekitar. (Myers, 2012:4).

Manusia bertingkah laku sesuai motif dan sikap untuk memunculkan sebuah interaksi sosial, dalam menjalin hubungan sosialnya.Gerungan (2004:140) menjelasakan bahwa, motif dan sikap selalu berhubungan.Sikap sosial yang hadir pada diri seseorang mencerminkan bagaimana lingkungan dan keluargaberpengaruh dalam perilaku manusia.Dengan adanya sikap atau attitude seseorang yang berbeda-beda, pola pikir seseorang pun berbeda.Hal tersebut menjadikan manusia tidak sepenuhnya nyaman dengan semua orang di lingkungannya.Kecenderungan memikirkan perbedaan yang hadir di setiap individu inilah yang memunculkan prasangka sosial.

Taylor dkk. (2009:209), mengungkapkan jika prasangka dapat menjadi salah satu aspek paling berpengaruh terhadap perilaku manusia, dan sering menimbulkan tindakan kekerasan yang mengerikan.Seperti cerpen karya Sambene Osmane “A Black-Skinned Girl” yang menceritakan penindasan ras kulit putih Eropa terhadap ras

kulit hitam Afrika. Dari hal tersebut, maka dapat diketahui jika karya sastra juga sarat akan kasus psikologi sosial. Interaksi sosial dan hubungan sosial yang dilakukan tokoh adalah wujud perwakilan tentang apa yang ada di lingkungan sekitar.

Hal yang dilakukan oleh tokoh tidak lepas dari berbagai interaksi sosial yang digambarkan dalam cerita.Meskipun dalam penerapannya, mungkin saja tokoh tersebut mengalami ketidaksesuaian ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.Adanya tekanan dari lingkungan sekitar bisa menjadi salah satu faktor yang membuat tokoh menjadi pribadi yang tertutup, sehingga motif dan sikap yang tokoh tersebut terapkan membuat dirinya pemurung, cenderung mengarah pada perilaku antisosial. Lain halnya ketika tokoh adalah pribadi yang terbuka, maka kecenderungan sikap yang dimunculkan adalah sikap prososial dan menganggap setiap tekanan yang ada pada dirinya adalah sesuatu yang memang harus dihadapi tanpa rasa malu ataupun gelisah.. Dapat dilihat bahwa pikiransosial individu dan bagaimana ia bersikap, secara tidak langsung berpengaruh pada interaksi sosial yang ditimbulkan tokoh.

c. Keterkaitan Psikologi Sosial dengan Sastra

Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengaruh situasi-situasi indiividu, khususnya bagaimana kita memandang dan mempengaruhi diri sendiri maupun orang lain. Dapat dikatakan, bahwa psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang berpikir, memengaruhi, dan saling berhubungan satu sama lain. Ada tiga hal pokok yang diulas dalam psikologi sosial, yaitu pikiran sosial, pengaruh sosial, dan hubungan sosial (Myers, 2012:4).

Atkinson dan Atkinson, (2010:351) menjelaskan bahwa psikologi sosial mendasarkan pendekatannya pada topik tentang dua pengamatan fundamental mengenai perilaku manusia. Pertama, perilaku merupakan fungsi dari orang dan

situsasinya.Jadi, psikologi sosial berfokus pada telaah tentang pengaruh sosial yang memunculkan berbagai perilaku terhadap individu. Kedua, hal yang mendasari psikologi sosial adalah jika orang menentukan situasi sebagai hal yang nyata, mereka akan bersifat nyata terhadap akibatnya. Hal tersebut berarti bahwa orang tidak hanya akan bereaksi pada ciri objek suatu situasi, tetapi juga pada penafsiran objektifnya sendiri. Itulah yang menyebabkan mengapa orang yang berbeda tidak berperilaku sama dalam situasi objektif yang serupa. Hal yang membedakan psikologi sosial dengan disiplin lainnya terletak pada pendekatannya. Pendekatan psikologi sosial berbeda dengan disiplin lain yang memelajari perilaku sosial dari perspektif kemasyarakatan yang luas.

Menurut Mercer dan Clayton, (2012:158) ketika membahas suatu perilaku manusia dalam studi psikologi sosial, maka yang kita lihat adalah kita menulis berdasarkan perspektif psikologi sosial, bukan biologi seperti yang ada pada psikologi kepribadian. Psikologi sosial terletak diperbatasan antara psikologi dan sosiologi, namun dibandingkan dengan ilmu sosiologi, psikologi sosial fokus pada individu dan lebih banyak menggunakan eksperimentasi. Jika dibandingkan dengan psikologi kepribadian, psikologi sosial tidak memfokuskan diri pada perbedaan individu dan justru lebih berfokus pada bagaimana individu secara umum, memandang dan mempengaruhi satu sama lain.

Uraian tersebut secara garis besar menjelaskan tentang psikologi sosial yang secara murni diterapkan dalam kehidupan nyata.Dalam penelitian sastra, ilmu psikologi maupun psikologi sosial dapat diterapkan dalam karya fiksi. Meskipun apa yang ada dalam sebuah karya tidak mewakili bentuk psikologi sosial secara , akan tetapi dalam sebuah karya sastra terwujud suatu kompleksitas cerita yang tercermin dari kehidupan nyata. Sastra pada dasarnya akan mengungkapkan kejadian melalui

fakta dari mental penciptanya. Karya sastra yang dijadikan subjek penelitian perlu diberlakukan secara manusiawi, karena karya sastra bukanlah barang mati yang lumpuh, melainkan penuh dengan daya imajinasi yang hidup.Oleh sebab itu penggunaan metode dan teori yang tepat menghasilkan penelitian yang tidak bias data (Endraswara, 2013:22).

Jabrohim (2014:185), menjelaskan bahwa perhatian pada konsumen sastra berangkat dari sisi komunikasi dari sastra. Pengarang membawakan karya dengan cara mereka masing-masing. Saat ini sastra memiliki ciri khas yang bebas.Analisis dan berbgai kajian tentang sastra pun semakin banyak.Banyak studi sastra yang dikaitkan dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora.Humaniora mencakup berbagai subjek yang sangat luas terkait kajian kebudayaan manusia, misalnya arkeologi, kajian keagamaan (teologi), sejarah, filosofi, sastra dan bahasa.Ilmu tersebut terkadang juga digabungkan dengan ilmu diluar disiplin ilmu terkait misalnya psikologi dan filsafat.

Endraswara (dalam Zahro, 2013:26-27), menjelaskan jika seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, konsusmsi masyarakat tentang sastra juga semakin bertambah.Semakin hari banyak sekali pengarang dan sastrawan muda yang bermunculan. Cara kerja psikologi sosial sama dengan sosiopsikologis. Psikologi sosial akan lebih mewadahi muatan sastra secara komperhensip.

Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan Aminuddin (2013:46) bahwa pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastra diwujudkan. Yang menjadi pembeda adalah jika dalam

sosiopsikologis yang dominan dikaji adalah aspek sosialnya, akan tetapi jika psikologi sosial yang akan dominan dibahasa adalah aspek psikologi yang dipicu atau memicu terjadinya keadaan sosial.

Suatu teori psikologi sosial yang diakitkan dengan sastra, maka jelas sekali bahwa tumpuan utama tetaplah karya sastra.Sebuah karya sastra menurut pandangan psikologi sosial hakikatnya adalah sebuah naskah tertulis yang mengandung letupan jiwa. Psikologi sosial juga membahas mengenai kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi situasi soasial yang akan berpengaruh pada kondisi individu.

d. Hubungan Sosial

Hubungan sosial antar manusia dihubungkan melalui komunikasi. Terjadinya hubungan antar manusia disebabkan karena memang manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sebatang kara. Demi pemenuhan dorongan yang timbul pada dirinya, manusia merasa perlu dan harus berhubungan dengan orang lain. Dorongan tersebut terjadi sebagai tanda untuk melangsungkan hidupnya, mempertahankan dirinya dan meneruskan keturunannya. Hubungan sosial memang tidak dapat dipisahkan dari hadirnya teori psikologi sosial. Hubungan sosial adalah suatu tindakan dimana manusia berproses untuk menjalin sebuah perilaku sosial dilingkungannya. Dalam menjalin hubungan antar manusia, seseorang sering diliputi rasa tidak suka, bimbang, bahkan suka dan disukai. Tak jarang juga terbentuk rasa dibenci maupun membenci karena kelakuannya yang dirasa kurang atau tidak pantas.

Hal tersebut berhubungan dengan fakta sosial bahwa manusia adalah adalah makhluk sosial yang tidak selamanya melakukan berbagai hal secara individual. Walaupun terkadang manusia juga sering mendapatkan konflik ketika menjalin sebuah hubungan

sosial. Status seseorang dalam sebuah hubungan sosial dipengaruhi oleh karakteristik status yang luas, seperti usia, gender, etnis dan kekayaan (Taylor, 2009:381).

Freud, dalam Gerungan (2004:26) menjelaskan, pola hubungan sosial yang baik pada masa anak-anak sangat besar artinya bagi perkembangan hubungan sosial di masa dewasa. Hal tersebut dikarenakan kehidupan sosial yang hadir akan terjalin seterusnya. Segi sosial manusia itu selalu menjadi hal utama yang dipelajari dalam psikologi sosial, tetapi terkadang sulit dipahami dengan sewajarnya apabila dalam mempelajarinya, seseorang hanya terfokus pada aspek sosialnya tanpa mengungkap segi individual pribadi manusia. Super-ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika manusia berumur 5-6 tahun, dan perkembangan super-ego tersebut berlangsung secara terus-menerus selama ia hidup. Super-ego terdiri dari hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi yang terbentuk ketika manusia menjalin hubungan sosialnya.

Manusia tidak akan sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis dan rohaniyahnya walaupun secara biologis-fisiologis, ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif. Oleh sebab itu, dalam hubungan ada dua proses hubungan sosial yang dialami oleh individu, yaitu interaksi sosial (baik antar individu, maupun antara individu dengan kelompok), serta hubungan insani yang mengarah pada ketertarikan dan keintiman.

Durkheim (dalam Dirdjosisworo, 1991) menjelaskan, adanya hubungan sosial antar manusia tak lepas dari fakta sosial yang ada. Fakta sosial dianggap umum dan normal bila terjadi pada tipe sosial masyarakat yang sama. Dengan demikian, perilaku yang hadir di masyarakat, terkadang dianggap umum karena menjadi hal yang biasa terjadi.Hal tersebut membuntuk budaya yang menjadi hal wajar bagi masyarakat.

Disimpulkan bahwa hubungan sosial yang hadir di dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku setiap individu dan bagaimana tindakan individu untuk

menyikapinya.Dalam suatu hubungan sosial terdapat dua hubungan yang saling berpengaruh yaitu interaksi sosial dan hubungan insani atau hubungan personal.

1) Interaksi Sosial

Adanya interaksi antar individu maupun individu dengan kelompok dalam masyarakat.Dapat muncul dalam bentuk komunikasi serta interaksi fisik (menolong) dan ditolong. Menurut Surakhmad (1980:198), salah satu keberhasilan seseorang dalam menjalin hubungan sosialnya adalah dengan mengadakan interaksi sosial yang sehat denngan berbagai kelompok seusianya, serta memiliki sikap sosial yang baik dan berkenan untuk berpartisipasi bersama dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Interaksi sosial juga merupakan langkah awal seseorang bercengkrama dengan kelompok sosialnya.Adanya kelompok sosial memudahkan seseorang untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Proses pembentukan pendapat umum pada suatu kelompok, dapat melalui diskusi, kesepakatan dan tingkah laku. Kesepakatan yang diambil akan menghasilkan tingkah laku anggota kelompok secara seragam dan bersama. Kelompok sosial yang besar akan menghasilkan suatu organisasi sosial sesuai kesepakatan keseluruhan anggota. Tanpa organisasi sosial yang jelas, kelompok sosial tersebut akan menjadi kacau dan tidak berkembang (Santoso, 2010:20-21).

Hadirnya interaksi sosial yang baik, maka akan menghasilkan situasi kebersamaan yang baik pula. Situasi kebersamaan adalah suatu situasi di mana berkumpulnya sejumlah individu dengan pembicaraan yang sepaham.Selain itu, pola-pola interaksi sosial dalam kelompok dibedakan dalam tugas dan perasaan sosial.Kedua pola tersebut pasti terjadi dalam kelompok sosial maupun organisasi social.Dengan mengungkapkan bahwa bila seseorang berhasil dalam memelihara

keteraturan fungsi-fungsi interaksinya dengan lingkungan, maka perubahanekstern baginya hanyalah tak berarti apa-apa. Hal tersebut membuat seseorang menjadi lebih terbuka namun tidak gampang terpengaruh oleh perubahan yang hadir di lingkungannya .

2) Hubungan Insani (Ketertarikan dan Keintiman)

Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial adalah bagian dari evolusi manusia.Ikatan romantis orang dewasa merujuk pada rasa suka, merasa sedih terpisah, dan berusaha mejalin kedekatan untuk menghabiskan waktu bersama.Rasa suka timbul karena banyaknya interaksi yang dilakukan. Pertemuan yang berulang-ulang dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka suka kepada orang lain.

Seperti yang dijelaskan oleh Maslow (dalam Minderop, 2011:49), manusia memiliki beberapa tingkatan kebutuhan yang harus terpenuhi, salah satunya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Manusia butuh dicintai yang pada akhirnya butuh menyatakan cinta. Cinta yang berujung kepada rasa sayang dan ingin terikat.

Realisasinya adalah mencakup kesedian untuk memberi dan menerima.Untuk memperoleh keserasian dalam hidup, manusia harus mampu merealisasikan rasa cinta dan kasih sayangnya. Apabila manusia hidup dalam tuntutan dan ketidakselarasan dengan orang yang tidak dicintainya maka akan menimbulkan frustasi yang parah.

Hubungan insani adalah yang berujung pada rasa suka, cinta, kasih dan sayang pada lawan jenis. Hal ini menimbulkan ketertarikan dan keintiman yang terjadi pada seseorang.

Ketertarikan dalam hal ini adalah bagaimana seseorang menyukai dan mencintai orang lain. Seperti yang Aristoteles katakan, manusia sesungguhnya adalah binatang sosial.Manusia perlu memiliki dan dimiliki.Gerungan (2004:6) menjelaskan

bahwa menurut Aristoteles, manusia memiliki tingkatan jiwa yang sesuai kemampuan yang ada dalam diri manusia. Manusia selalu ingat atas apa yang lihat dan rasakan ketika apa yang ia hadapi adalah pengalaman berharga. Myers (2012:120-121) mengungkap bahwa tidak semua orang akan berakhir bahagia, dalam menjalin suatu hubungan,.Kebahagiaan tersebut rata-rata hanya hadir di awal hubungan.Adanya perilaku mengabaikan merupakan hal yang selalu terjadi. Kedekatan adalah sebauh tanda awal sebuah pertemanan. Dari hal tersebut kemudian muncullah rasa nyaman.

Para sosiolog banyak yang meneliti bahwa kebanyakan orang menikahi orang-orang yang tinggal dalam lingkungan yang sama dengan mereka, atau bekerja di bidang yang sama dengan mereka. Perkawinan merupakan komitmen yang menjadi tujuan utama rasa cinta, kasih dan sayang.Adanya perkawinan membuat seseorang menjadi lebih dekat dengan pasangannya.

Adanya studi tentang cinta dikemukakan oleh Mercer dan Clayton (2013:183), yang menganggap studi tentang cinta masih relatif baru, jadi terdapat banyak bukti yang tidak konsisten bagi banyak gaya cinta yang diajukan secara tersendiri. Kajian Berscheid mengajukan dua tipe cinta yaitu: cinta welas asih dan cinta kelekatan orang dewasa. Perlu diperhatikan pula bahwa gaya cinta tersebut tidak dianggap sebagai sifat yang stabil, namun merupakan ideologi yang bergantung pada konteks.

Hubungan cinta romantik biasanya terjalin dengan adanya cinta dari sebuah pertemanan.

e. Prasangka Sosial

Prasangka adalah sikap. Sikap adalah kombinasi yang jelas dari perasaan, kecenderungan bertindak, dan keyakinan. Sikap tersebut selalu berdampingan dengan motif sosial seseorang, dan keduanya adalah suatu hal yang akan menimbulkan

prasangka sosial. Orang yang memiliki prasangka mungkin akan membenci seseorang yang berbeda dengan dirinya dan berperilaku secara diskriminatif. Evaluasi negatif tersebut yang menandai prasangka didukung oleh keyakinan negatif. Keyakinan negatif tersebut kemudian akan berkembang menjadi diskriminasi sosial. Menurut Putra dan Pitaloka (2012:7-8), hal yang mendasari prasangka dapat disimpulkan sebagai upaya atau keinginan merendahakan individu atau kelompok lain. Dalam hal ini, ada empat pemahaman penting yang dapat dijadikan karakteristik prasangka, yaitu:

orientasi yang bersifat negatif terhadap suatu anggota kelompok, buruk dan tidak mendasar, irasional dan banyak kekliruan atau kesalahan dan prasangka yang bersifat rigrid atau sulit berubah.

Gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang bercorak pada tindakan diskriminatif terhadap segolongan manusia, tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif, menunjukkan adanya prasangka sosial pada seseorang yang dituduhkan.

Sesungguhnya, tidakkan diskriminatif yang berdasar pada prasangka sosial merugikan seseorang itu sendiri, sebab dengan adanya prasangka sosial tersebut, akan menghambat tingkah laku dan potensi manusia yang dikenai prasangka. Prasangka sosial terjadi sebagai akibat dari tingkah laku seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan kebanyakan orang dalam suatu lingkungan (Gerungan, 2004:167).

Putra dan Pitaloka (2012:15-37) juga menjelaskan bahwa prasangka dapat muncul berbagai bentuk. Secara sederhana target prasangka terdapat dua bentuk yaitu

Putra dan Pitaloka (2012:15-37) juga menjelaskan bahwa prasangka dapat muncul berbagai bentuk. Secara sederhana target prasangka terdapat dua bentuk yaitu

Dokumen terkait