• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

D. Hipotesis Penelitian

Sense (rasa) merupakan aspek yang berwujud yang dapat dirasakan oleh pelanggan melalui kelima panca indera manusia yang meliputi penglihatan,

Sense

penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan (Lupiyoadi, 2013:131).

Menurut Hellier et al., 2003 (dalam Febrini et al., 2019:39) minat beli ulang adalah tentang membeli kembali sebuah layanan dari perusahaan yang sama, dan cenderung dilakukan secara berkala sebagai nilai individu dengan mempertimbangkan situasi sekarang dan dan mempertimbangkan keadaan yang memungkinkan.

H1(a) :Sense secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Feel (perasaan) adalah strategi dan implementasi dalam mengikat pelanggan untuk senang terhadap perusahaan dan merek melalui pengalaman penyedia jasa (Lupiyoadi, 2013:131). Menurut Hellier et al., 2003 (dalam Febrini et al., 2019:39) minat beli ulang adalah tentang membeli kembali sebuah layanan dari perusahaan yang sama, dan cenderung dilakukan secara berkala sebagai nilai individu dengan mempertimbangkan situasi sekarang dan dan mempertimbangkan keadaan yang memungkinkan.Jika produk dan jasa yang diberikan kepada konsumen, lalu konsumen mempunyai perasaan senang sehingga akan memiliki kemungkinan besar untuk membeli kembali produk dan jasa tersebut.

H2(b): Feelsecara langsung berpengaruh positif padaminat beli ulang.

Think (berpikir) adalah metode pemasaran yang bertujuan untuk mendorong pelanggan agar dapat berpikir kreatif atas perusahaan dan merek-mereknya (Lupiyoadi, 2013:131).Menurut Hellier et al., 2003 (dalam Febrini et al., 2019:39) minat beli ulang adalah tentang membeli kembali sebuah layanan dari perusahaan yang sama, dan cenderung dilakukan secara berkala sebagai nilai

individu dengan mempertimbangkan situasi sekarang dan dan mempertimbangkan keadaan yang memungkinkan. Dengan konsumen berpikir positif pada Cafe Brick, maka sangat besar kemungkinan jika konsumen akan datang kembali serta mempunyai minat beli ulang di Cafe tersebut.

H3 (c) : Think secara langsung berpengaruh positif padaminat beli ulang.

Act (bertindak) adalah bentuk strategi yang dilakukan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang dihubungkan pada perilaku individu, perilaku sosial, dan gaya hidup (Lupiyoadi, 2013:131). Menurut Hellier et al., 2003 (dalam Febrini et al., 2019:39) minat beli ulang adalah tentang membeli kembali sebuah layanan dari perusahaan yang sama, dan cenderung dilakukan secara berkala sebagai nilai individu dengan mempertimbangkan situasi sekarang dan dan mempertimbangkan keadaan yang memungkinkan. Jika interaksi suatu karyawan Cafe itu baik, ramah, serta tanggap terhadap konsumen yang ada di Cafe Brick tersebut, maka akan mempengaruhi konsumen supaya datang kembali untuk melakukan pembelian ulang di Cafe Brick.

H4 (d) : Act secara langsungberpengaruh positif padaminat beli ulang.

Relate (hubungan) adalah pengembangan perasaan yang dirasakan oleh individu yang merupakan pengalaman dan dikaitkan dengan figur idaman individu, orang lain, dan suatu kebudayaan (Lupiyoadi, 2013:131).Menurut Hellier et al., 2003 (dalam Febrini et al., 2019:39) minat beli ulang adalah tentang membeli kembali sebuah layanan dari perusahaan yang sama, dan cenderung dilakukan secara berkala sebagai nilai individu dengan

mempertimbangkan situasi sekarang dan dan mempertimbangkan keadaan yang memungkinkan. Jika sudah menjalani suatu hubungan yang baik dengan pemilik dan karyawan itu, maka akan terciptanya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen dan besar kemungkinan akan melakukan pembelian ulang lagi ataupun akan datang kembali ke Cafe Brick itu sendiri.

H5 (e) : Relatesecara langsungberpengaruh positif pada minat beli ulang.

Sense (rasa) merupakan aspek yang berwujud yang dapat dirasakan oleh pelanggan melalui kelima panca indera manusia yang meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan (Lupiyoadi, 2013:131).

Menurut Kotler dan Keller (2009:138) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diterapkan. Menurut Cronin et al., 1992 (dalam Hendarsono dan Sugiharto, 2013:4) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana dimana pelanggan merespon positif terhadap apa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan dan berminat untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

H6(f-k): Sense berpengaruh positif pada minat beli ulangdengan dimediasi

oleh kepuasan konsumen.

Feel (perasaan) adalah strategi dan implementasi dalam mengikat pelanggan untuk senang terhadap perusahaan dan merek melalui pengalaman penyedia jasa (Lupiyoadi, 2013:131). Menurut Kotler dan Keller (2009:138) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diterapkan. Menurut Cronin et al., 1992 (dalam Hendarsono dan Sugiharto, 2013:4) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana dimana pelanggan merespon positif terhadap apa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan dan berminat untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

H7 (g-k) : Feelberpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi

oleh kepuasan konsumen.

Think (berpikir) adalah metode pemasaran yang bertujuan untuk mendorong pelanggan agar dapat berpikir kreatif atas perusahaan dan merek-mereknya (Lupiyoadi, 2013:131).Menurut Kotler dan Keller (2009:138) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diterapkan.

Menurut Cronin et al., 1992 (dalam Hendarsono dan Sugiharto, 2013:4) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana dimana pelanggan merespon positif terhadap apa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan dan berminat untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

H8 (h-k) : Thinkberpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi

oleh kepuasan konsumen.

Act (bertindak) adalah bentuk strategi yang dilakukan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang dihubungkan pada perilaku individu, perilaku sosial, dan gaya hidup (Lupiyoadi, 2013:131). Menurut Kotler dan Keller

(2009:138) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diterapkan. Menurut Cronin et al., 1992 (dalam Hendarsono dan Sugiharto, 2013:4) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana dimana pelanggan merespon positif terhadap apa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan dan berminat untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

H9 (i-k) : Actberpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Relate (hubungan) adalah pengembangan perasaan yang dirasakan oleh individu yang merupakan pengalaman dan dikaitkan dengan figur idaman individu, orang lain, dan suatu kebudayaan (Lupiyoadi, 2013:131).Menurut Kotler dan Keller (2009:138) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diterapkan. Menurut Cronin et al., 1992 (dalam Hendarsono dan Sugiharto, 2013:4) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana dimana pelanggan merespon positif terhadap apa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan dan berminat untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

H10 (j-k) : Relateberpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi

oleh kepuasan konsumen.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survei.

Menurut Sugiyono (2016:8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2016:81) mengatakan bahwa penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan (wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah berkunjung ke Cafe Brick Sleman lebih dari satu kali.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021 – September 2021 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Damai No. 8, Tambakan Sinduharjo, Kec.

Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 5581.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang pernah datang ke Cafe Brick lebih dari satu kali.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, teknik untuk pengambilan sampel menggunakan metode Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2016:84) Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016:85). Dalam penelitian ini pertimbangan yang digunakan yaitu:

a. Usia : β‰₯ 17 Tahun

b. Pernah mengunjungi Cafe Brick lebih dari satu kali.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016:81). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah konsumen yang sedang/pernah berkunjung di Cafe Brick.

Karena jumlah populasi yang tidak diketahui, maka jumlah sampel dalam penelitian ini akan ditentukan berdasarkan perhitungan sampel sebagai berikut:

𝓃 ∢ 𝑍2

Z =Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel (95%= 1,96)

MOE = Margin Of Error yakni tingkat atau rasio kesalahan yang dapat ditoleransi (sudah ditentukan dalam penelitian ini sebesar 10% atau 0,10).

Melalui penghitungan tersebut didapatkan sampel 96,04 dan dibulatkan menjadi 96 responden.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependent (variabel terikat) (Sugiyono, 2016:96). Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini yaitu experiential marketing sebagai berikut:

a. Sense b. Feel c. Think d. Act e. Relate

2. Variabel perantara ( mediating variable/intervening variable)

Variabel perantara (mediating variable/intervening variable) adalah variabel yang muncul antara saat variabel bebas mulai mempengaruhi variabel terikat, dan saat pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat. Dengan demikian terdapat kualitas temporal atau dimensi waktu pada variabel perantaranya. Variabel perantara muncul sebagai fungsi dari variabel bebas yang berpengaruh dalam situasi apapun, serta membantu untuk mengkonsepkan dan menjelaskan variabel pengaruh variabel bebas pada variabel terikat (Sekaran dan Bougie, 2017:84). Variabel mediasi intervening dalam penelitian ini adalah Kepuasan Konsumen.

3. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016:39).

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian in adalah minat beli ulang.

Tabel III.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Indikator

X1 (Sense) Sense, mempunyai daya tarik dengan indera, bertujuan

Saya bisa mendengar alunan musik dengan nyaman

Saya menikmati visual Cafe ini Aroma di Cafe ini menyenangkan indera penciuman saya

Rasa makanan dan minuman memiliki citra rasa sesuai selera

Saya merasa nyaman dengan suasana Cafe ini

Saya merasakan suasana santai saat berada di Cafe ini.

Mood saya menjadi positif di Cafe ini Saya merasa bersemangat saat berada di Cafe ini.

Ornamen dan hiasan yang ada di Cafe Brick memiliki makna yang dapat dieksplorasi lebih lanjut.

Saya merasa menjadi lebih kreatif saat berada di cafe ini.

X4 (Act) Act, bertujuan untuk mempengaruhi pengalaman tubuh, gaya hidup dan interaksi (Schmitt, 1999:68).

Saya tertarik mencoba beragam macam makanan dan minuman yang ada di Cafe Brick.

Cafe ini mendorong saya untuk mengunjungi tempat-tempat unik di dunia.

Cafe ini mendorong saya untuk menikmati aktivitas ngafe.

Cafe ini mendorong gaya hidup tertentu.

Interaksi dengan teman atau keluarga terfasilitasi di cafe ini.

Komunikasi dengan teman atau keluarga terbangun di cafe ini.

Cafe ini untuk saya sangat unik.

lain atau budaya (Schmitt,

1999:68). Saya bisa membangun relasi baru di cafe ini.

Saya puas dengan kinerja karyawan di Cafe ini.

Saya sama sekali tidak kecewa telah mengunjungi cafe ini.

Harapan saya atas cafe ini terpenuhi.

Y (Minat Beli

Saya akan mengunjungi kembali Cafe Brick di masa yang akan datang untuk menikmati menu terbaru.

Saya akan merekomendasikan Cafe Brick kepada keluarga, teman, dan kerabat.

Saya akan mengajak orang terdekat keluarga, teman dan kerabat untuk datang ke Cafe Brick.

Saya akan menjadikan Cafe Brick sebagai tempat nongkrong favorit saya.

4. Skala Pengukuran

Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala pengukuran likert (likert scale). Menurut Sugiyono (2016:92) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabbarkan menjadi indikator variabel. Setelah itu indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk Menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu:

Tabel III.2 Skala Likert

Keterangan Skor

Sangat setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

F. Sumber Data 1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2016:137) Data primer atau sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pada penelitian ini, data primer yang diperoleh berasal dari penyebaran dan pengisian kuesioner oleh pengunjung Cafe Brick.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2016:142).

H. Teknik Pengujian Instrumen

Sugiyono (2016:102) mengatakan bahwa instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian ini teknik pengujian instrument yang digunakan adalah uji validitas dan uji realibilitas dengan menggunakan model PLS (Partial Least Square) sebagai berikut:

1. Uji Validasi

Uji Validitas terdiri atas variabel eksternal dan variabel internal (Abdillah&

Hartono, 2015:194). Validitas variabel eksternal menunjuk kepada hasil suatu penelitian harus valid yang dapat digenerelisasikan pada semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda, sedangkan validitas variabel internal menunjuk pada kemampuan dari instrumen penelitian untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dalam suatu konsep.

a. Validitas Konstruk

Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk (Abdillah & Hartono, 2015:195). Terdapat dua validitas konstruk yaitu:

1) Validitas Konvergen

Validitas konvergen terjadi jika skor yang didapat dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi tinggi. Menurut Abdillah & Hartono (2015:195) bahwa rule of thumb biasanya digunakan untuk membuat pemeriksaan awal dari matrik faktor

Β±, 30 dipertimbangkan telah memenuhi level minimal, untuk loading Β±, 40 dianggap lebih baik, dan untuk loading > 0,05 dianggap signifikan secara praktis. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai loading factor, semakin penting perananan loading factor dalam mengintrepretasikan matrik faktor. Outer loading > 0,7, communalty

>0,5 dan Average Varian Extracted (AVE) > 0,5 Chin 1997 (dalam Abdillah & Hartono, 2015:195) inilah yang disebut rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen.

2) Validitas Diskriminan

Menurut Abdillah & Hartono (2015:195) validitas diskriminan terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang mengukur dua konstruk dan diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor yang memang tidak berkorelasi.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi, dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Abdillah & Hartono, 2015:196). Ada dua metode yang digunakan uji reliabilitas dalam PLS, yaitu cronbach’s alpha dan composite reliability. Crinbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reabilitas suatu konstruk, sedangakan composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang penulis gunakan adalah teknik analisis yang dimana kuesioner tersebut dimasukkan ke software WarpPLS. Hasil data tersebut diperiksa kembali untuk konsistensi sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam memasukkan data. Menurut Monecke & Leisch 2012 (dalam Sarwono &

Narimawati 2015:6), SEM dengan PLS teridiri dari 3 komponen, yaitu:

1. Model Struktural (inner Model)

Model struktural atau inner model menggambarkan model hubungan antar variabel laten yang dibentuk berdasarkan subtansi teori. Persamaan untuk model struktural untuk SEM PLS:

πœΌπ’‹ = πšΊπœ·π’‹πœΌπ’Š+ πšΊπœΈπ’‹πƒπ’ƒ+ 𝝃𝒋 Keterangan:

i . b: indeks range sepanjang i dan b j: jumlah variabel laten endogen

𝛽𝑗𝑖:koefisien jalur yang menghubungkan variabel latenendogen (πœ‚) dengan endogen

𝛾𝑗𝑏:koefisien jalur yang menghubungkan variabel latenendogendengan eksogen

𝝃: tingkat kesalahan pengukuruan (inner residualvariable) 2. Model pengukuruan (outer model)

Model pengukuruan atau outer model menggambarkan hubungan anatara laten dengan variabel manifestnya (indikator). Terdapat dua jenis model yaitu model indikator formatif dan model indikator refleksif. Model refleksif terjadi ketika variabel manifest dipengaruhi oleh variabel laten, sedangkan model formatif mengansumsikan bahwa variabel manifest mempengaruhi variabel laten dengan arah kausalitas mengalir dari variabel manifest menuju variabel laten.

3. Skema pembobotan (weight relation)

Skema pembobotan bagian ketiga ini adalah ciri khusus SEM dengan PLS dan tidak ada pada SEM berbasis kovarian. Menurut Abdillah &Hartono (2015:153), skor weight relation menunjukkan hubungan nilai varian indikator dengan variabel latennya.

J. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Pengaruh sense secara langsung pada minat beli ulang.

H01 :sense secara langsung tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Ha1 : sense secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

2. Pengaruh feel secara langsung pada minat beli ulang.

H02 : feel secara langsung tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Ha2 : feel secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

3. Pengaruh think secara langsung pada minat beli ulang.

H03 : think secara langsung tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Ha3 : think secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

4. Pengaruh act secara langsung pada minat beli ulang.

H04 : act secara langsung tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Ha4 : act secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

5. Pengaruh relate secara langsung pada minat beli ulang.

H05 : relate secara langsung tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang.

Ha5 : relate secara langsung berpengaruh positif pada minat beli ulang.

6. Pengaruh sense pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

H06 : sense tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Ha6 : sense berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

7. Pengaruh feel pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

H07 : feel tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Ha7 : feel berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

8. Pengaruh think pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

H08 : think tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Ha8 : think berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

9. Pengaruh act pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

H09 : act tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Ha9 : actberpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

10. Pengaruh relate pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

H010 : relate tidak berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

Ha10 : relate berpengaruh positif pada minat beli ulang dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen.

a. Pengujian Hipotesis

Untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak, maka dilakukan pengambila keputusan berdasarkan p-values. Tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan yang dipakai untuk pengambilan keputusan sebesar 0,05. Angka 0,05 memiliki arti bahwa kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan sebesar 5% dan kemungkinan pengambilan keputusan yang benar sebesar 95%. Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah:

1) H0 ditolak, Ha diterima bila p-values ≀ 0,05 (alpha (Ξ±) = 5%).

2) H0 diterima, Ha ditolak bila p-values> 0,05 (alpha (Ξ±) = 5%).

b. Pengujian Hipotesis Mediasi

Berikut adalah 2 langkah dari prosedur pengujian hipotesis mediasi yang dikemukakan oleh Baron dan Kenny 1986 (dalam Sholihin dan Ratmono, 2013:56), yaitu:

1) Melakukan estimasi direct effect variabel bebas dan variabel terikat.

2) Melakukan estimasi indirect effect secara simultan dengan menambah variabel mediasi di antara variabel bebas dan variabel terikat.

Sholihin dan Ratmono (2013:57) menjabarkan pengambilan keputusantentang mediasi sebagai berikut:

1) Jika koefisien jalur (path coefficient) dari direct effect ke indirect effect tetap signifikan dan tidak berubah maka hipotesis mediasi tidak didukung (H0 diterima, Ha ditolak).

2) Jika koefisien jalur (path coefficient) dari direct effect ke indirect effect nilainya turun tapi tetap signifikan maka bentuk mediasi adalah mediasi sebagian (partial mediation).

3) Jika koefisien jalur (path coefficient) dari direct effect ke indirect effect nilainya turun dan jadi tidak signifikan maka bentuk mediasi adalah mediasi penuh (full mediation).

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Cafe Brick

Cafe Brick merupakan salah satu cafe yang mengusung atau membuat konsep Vintage British Style di Sleman. Berawal dari pak Nursohib selakui owner Cafe Brick beliau pernah bekerja di London dan kebetulan beliau seorang arsitek. Pada saat di London beliau tertarik dengan bangunan yang ada disana. Saat masa kontraknya sudah habis di London, beliau ingin membawa suasana yang ada di London ke Jogja, dari sanalah beliau terpikir membuat cafe yang berbentuk kota London klasik.

Cafe Brick baru didirikan pada tahun 2017. Cafe dibuka perdana pada 20 Maret 2017 dengan soft opening tanggal 10 April 2017. Pada awalnya Cafe Brick hanya berfokus pada sebuah outlet yang menawarkan beberapa menu kopi dan makanan ringan saja, karena dari konsep awal sendiri pak Nursohib selaku owner menginginkan sebuah tempat bersantai sambal menikmati suasana perpaduan kota Yogyakarta dengan kota London di Inggris. Seiring berjalannya waktu, Cafe Brick banyak menerima masukkan dan permintaan para konsumen nya untuk menyediakan tambahan menu yang disediakan.

Setelah berjalan dua bulan Cafe Brick mengganti beberapa menunya dan menambah menu yang disediakan seperti Western Food, Asia Food, Tradisional Food, Main Course dan lain-lain. Selain dari menambah menu yang di tawarkan, Cafe Brick juga menambah beberapa fasilitas termasuk buka 24

jam, jaringan WiFi, Live Music, Working Space, Roaster Coffe Machine dan

jam, jaringan WiFi, Live Music, Working Space, Roaster Coffe Machine dan

Dokumen terkait