• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri.1 Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran, dimana belajar merupakan suatu aktivitas berupa penerimaan dan pemrosesan ilmu pengetahuan sehingga terjadi penambahan wawasan dan perubahan pada tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu terhadap interaksinya dengan lingkungan.2 Kegiatan belajar dikaitkan dengan kegiatan mengajar, sehingga kedua istilah ini seringkali diucapkan secara satu-kesatuan menjadi “belajar mengajar”. Oleh karena itu, suatu kegiatan mengajar dapat disebut berhasil jika kegiatan tersebut dapat menimbulkan kesadaran pentingnya belajar pada diri peserta didik.

Berdasarkan The Learning Curve-Pearson kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, kemampuan kognitif siswa Indonesia berada pada peringkat 37 dari 40 negara peserta. Hasil pemetaan mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan hasil tes PISA tahun 2012 juga menunjukkkan tingkat rendah yakni menempati posisi 64 dari 65 negara. Selain itu kemampuan argumentasi Ilmiah siswa di Indonesia juga tergolong rendah. Rendahnya kemampuan berargumentasi siswa disebabkan siswa hanya dituntut menghafal materi pembelajaran dan tidak dituntut untuk mengembangkan kemampuan argumentasi.3 Untuk membenahi hal tersebut maka diperlukanlah proses pembelajaran yang baik.

Proses pembelajaran yang baik merupakan suatu proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, berkolaborasi dan berkomunikasi. Semua kemampuan tersebut merupakan

1 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015), hal. 19-20.

2 Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hal. 1-2.

3 Hadi Suwono, dkk, “Peningkatan Argumentasi Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Model Pembelajaran ESAR”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 23 (1), 2017: hal. 3.

2

kemampuan yang sesuai dengan tuntutan abad 21.4 Selain itu, Haris, Phillips, dan Penuel juga telah menyebutkan bahwa, proses pembelajaran yang paling utama adalah belajar yang dapat melibatkan berbagai aspek penting seperti merumuskan pertanyaan, mendeskripsikan suatu mekanisme, serta membangun argumen.5

Argumentasi merupakan suatu proses yang memerlukan nalar untuk membuat klaim, memberikan bukti pendukung klaim dan mengkritisi. Berdasarkan model argumentasi Toulmin Argumentation Pattern (TAP) kualitas argumen terdiri klaim (claim), data (data), penjamin (warrant), dukungan (backing), sanggahan (rebuttal), dan penguatan (qualifier). Argumentasi merupakan sebuah usaha untuk meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyatan, pendapat, sikap atau keyakinan yang dibuktikan dengan fakta-fakta, sehingga dapat meyakinkan kebenaran pendapat yang dikemukakan.6 Oleh karena itu, kemampuan argumentasi dapat mengontrol pemahaman peserta didik dalam menghubungkan fakta dengan konsep pembelajaran.

Argumentasi penting dikembangkan dalam pembelajaran biologi karena mampu meningkatkan pemikiran untuk menguji pemahaman peserta didik. Untuk mengakomodasi kemampuan argumentasi maka diperlukan persiapan pembelajaran yang baik. Persiapan tersebut tentunya berupa persiapan model dan media pembelajaran. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang mengutamakan adanya masalah untuk menstimulus dan menfokuskan aktivitas pembelajaran serta mampu mengakomodasi kemampuan argumentasi peserta didik.7 Namun, sampai saat ini belum banyak contoh-contoh bagaimana penerapan model PBL di kelas.8

4 Ade Cyntia Pritasari, dkk, “Peningkatan Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based Learning pada Peserta didik Kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 8 ( 1), 2016: hal. 2.

5 Ibid.,

6 Yunita Rahayu, Suhendar, Jujun Ratnasari, “Kemampuan Argumentasi Peserta didik Pada Materi Sistem Gerak SMA Negeri Kabupaten Sukabumi-Indonesia”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Vol. 6 (3), 2020: hal. 313.

7Pritasari, dkk, Loc.Cit.

8 Iyam Maryati, “Penerapan Model embelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Mosharafa, Vol. 7 (1) 2018: hal. 64.

3

Selain model pembelajaran, persiapan pembelajaran yang baik juga memerlukan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat peraga yang didesain secara terencana sebagai sarana informasi dan membangun interaksi.9 Media pembelajaran tentunya harus dirancang dan dikembangkan secara sengaja sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran harus dapat digunakan untuk menyampaikan informasi berisi pesan-pesan pembelajaran agar peserta didik dapat mengkonstruksikan pengetahuan dengan efektif dan efisien.

Media pembelajaran terdiri dari flipchart, flashcard, flanelgraf, bulletin board, dan LKPD.10 Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan media pembelajaran yang mudah digunakan, dapat meningkatkan keaktifan belajar, dapat melatih dan mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, dan dapat memudahkan guru mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami suatu materi.11 Selain itu, berdasarkan hasil observasi LKPD merupakan salah satu media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru di SMA PGRI Ciambar, sehingga memerlukan pengembangan sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kurikulum.

Berdasarkan hasil observasi lapangan saat PLP 2 dan hasil wawancara kemampuan argumentasi peserta didik di SMA PGRI Ciambar terbilang rendah karena masih banyak peserta didik yang belum bisa mencari data referensi yang baik dalam belajar dan termakan HOAX. Selain itu, pada kegiatan pembelajaran, hanya sedikit peserta didik yang dapat mengajukan pendapat terkait materi dan ketika guru bertanya jawaban peserta didik masih berupa pernyataan sederhana tanpa disertai data pendukung sebagai bukti dan alasan.

Rendahnya kemampuan argumentasi peserta didik di SMA PGRI Ciambar disebabkan proses pembelajaran yang kurang memaksimalkan peserta didik dalam berargumentasi. LKPD merupakan salah satu sumber belajar yang dibuat guru

9 Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal.7.

10 Tejo Nuerseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &

Pendidikan, Vol. 8 (1) 2011: hal. 25-30.

11 Niken Septantiningtyas, dkk., Pembelajaran Sains, (Lakeisha: Klaten, 2019)., hal. 146

4

sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Untuk membenahi rendahnya kemampuan argumentasi peserta didik maka diperlukan pengembangan LKPD berbasis masalah. LKPD berbasis masalah (problem based learning) mengutamakan adanya masalah untuk menstimulus dan menfokuskan aktivitas pembelajaran peserta didik.12

Aktivitas pembelajaran tidak terlepas dari materi pembelajaran. Banyak sekali materi pembelajaran yang dapat dipelajari dalam biologi diantaranya ekosistem dan perubahan lingkungan. Ekosistem dan perubahan lingkungan merupakan materi pembelajaran yang esensial dalam biologi karena membahas adanya interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya serta materi yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari yang berisi masalah-masalah faktual yang perlu dipecahkan.13 Sehingga kedua materi ini sangat cocok dipelajari dengan menggunakan PBL karena memberikan tantangan bagi peserta didik untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah dengan menganalisis data dari berbagai sumber mengenai ekosistem dan perubahan lingkungan, serta mampu menstimulus kemampuan berargumentasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul:

Pengembangan LKPD Berbasis PBL Integrasi Argumentasi Pada Materi Ekosistem dan Perubahan Lingkungan.

Dokumen terkait