BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2. Anggaran Operasional
Menurut Munandar, jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: anggaran opersional dan anggaran financial.
1. Anggaran Operasional
Pada dasarnya suatu perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba atau penghasilan. Namun, semakin kompleksnya suatu masalah dalam perusahaan dapat mengakibatkan banyaknya aktivitas yang harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang tepat dan cermat, karena dengan dilaksanakannya rencana yang matang dalam setiap kegiatan operasionalnya, maka akan memudahkan perusahaan mencapai tujuan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen dalam mengelola perusahaan harus membuat perencanaan, pengendalian, pengawasan yang tepat dan cermat terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Disamping hal tersebut manajemen juga harus dapat mengelola sumber-sumber ekonomi perusahaan secara efisien dan efektif. Perencanaan, pengendalian, dan pengawasan oleh manajemen perusahaan dapat disajikan dalam bentuk anggaran, baik anggaran yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. (Herlianto, 2011, hal. 15)
Anggaran operasional menjelaskan aktifitas yang menghasilkan pendapatan untuk perusahaan, yaitu penjualan, produksi dan barang jadi. Hasil utama dari anggaran operasional adalah laporan rugi laba
proforma atau proyeksi rugi laba. Ruang lingkup anggaran operasional terdiri dari laporan rugi laba yang dianggarkan serta beberapa anggaran pendukung seperti :
1) Anggaran penjualan 2) Anggaran produksi 3) Anggaran Bahan Baku 4) Anggaran Tenaga Kerja 5) Anggaran Overhead Pabrik
6) Anggaran Biaya Umum dan Administrasi 7) Anggaran Persediaan Barang Jadi
8) Anggaran Harga Pokok Produksi
9) Anggaran Harga Pokok Penjualan. (Herlianto, 2011, hal. 18) 3. Penjualan
a. Pengertian Penjualan
Penjualan adalah suatu proses kegiatan penyerahan barang atau jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut.
b. Konsep Penjualan
Konsep penjualan adalah salah satu kecenderungan yang umum.
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis, jika dibiarkan begitu saja, tak akan membeli cukup banyak produk dari organisasi tertentu. Dengan demikian, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Asumsi yang digunakan dalam konsep penjualan yaitu :
1) Konsumen cenderung membeli barang yang diaggap penting terlebih dahulu dan mengabaikan membeli barang yang dianggap kurang penting.
2) Konsumen perlu dipengaruhi dengan suatu alat yang dapat menimbulkan minat untuk membeli.
3) Tugas perusahaan adalah menarik minat dan mempertahankan langganan. (Widaningsih, 2008, hal. 74)
c. Tujuan Penjualan
Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya mementukan keberhasilan dalam mencari keuntungan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian. Menurut (Swastha, 2005, hal. 3)tujuan umum perusahaan dalam perusahaan yaitu:
1.) Mencapai volume penjualan.
2.) Mendapatkan laba tertentu.
3.) Menunjang pertumbuhan perusahaan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu meperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha sebagai berikut :
1.) Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenanga penjual adalah :
a.) Jenis dan karakterisitik barang atau jasa yang ditawarkan.
b.) Harga produk atau jasa 2.) Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah :
a.) Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar pemerintah, atau pasar internasional
b.) Kelompok pembeli dan segmen pasar c.) Daya beli
d.) Frekuensi pembelinya
e.) Keinginan dan kebutuhannya 3.) Modal
Untuk memperkenalkan barangnya kepada pembeli atau konsumen diperlukan adanya usaha promosi, alat transportasi, tempat peragaan baik dalam perusahaan maupun diluar perusahaan dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.
4.) Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh bagian-bagian teretentu atau ahli dibidang penjualan.
5.) Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah yang sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali lagi membeli barang yang sama.
e. Volume Penjualan
Perubahan standar ktedit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan. Bilamana standar kredit diperlunak maka diharapkan akan meningkatkan volume penjualan, sedangkan apabila sebaliknya yang terjadi dimana perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun. Pengaruh dari perubahan-perubahan dari volume penjualan atas keuntungan perusahaan tergantung pengaruhnya atas biaya-biaya dan penghasilan yang diperoleh (cost and revenue).
4. Anggaran Penjualan
a. Pengertian Anggaran Penjualan
Anggaran jualan berarti anggaran hasil penjualan atau anggaran hasil proses menjual. Menjual (sell) berarti menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Penjualan (selling) berarti proses kegiatan menjual, yaitu dari kegiatan penetapan
harga jual sampai hasil proses menjual. Anggaran jualan disusun oleh fungsi penjualan (dalam hal ini fungsi manajer penjualan atau yang lebih luas lagi fungsi manajer pemasaran). Anggaran jualan merupakan rencana tertulis yang dinyatakan dalam angka dari produk yang akan dijual perusahaan pada periode tertentu. Jualan merupakan unsur dapatan (revenues) yang disebut dapatan jualan (sales revenue). Jualan terdiri dari jualan kotor dan jualan bersih. (Nafarin, 2017, hal. 166) b. Kegunaan Anggaran Penjualan
Secara khusus anggaran penjualan, mempunyai beberapa kegunaan penting yaitu:
1) Sebagai dasar untuk menyusun budget unit yang akan dipromosikan, karena jumlah satuan yang akan diproduksikan oleh perusahaan ditentukan oleh banyak perusahan yang bersangkutan mampu menjualnya.
2) Sebagai dasar untuk menyusun budget kas, karena penjualan tunai akan mengakibatkan pemasukan kas.
3) Sebagai dasar untuk menyusun budget piutang, karena penjualan kredit akan mengakibatkan bertambahnya piutang perusahaan.
(Munandar, 2013, hal. 42)
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anggaran Penjualan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi anggaran penjualan antara lain faktor pemasaran, faktor keuangan (modal kerja), faktor ekonomis, faktor teknis, faktor kebijakan perusahaan, faktor perkembangan penduduk, faktor kondisi negara dan faktor-faktor lannya.
1) Faktor pemasaran, yang perlu dipertimbangkan antara lain:
a) Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, nasional atau internasional
b) Keadan persaingan, apakah bersifat monopoli, oligopoli atau bebas.
c) Keadaan konsumen, selera konsumen, tingkat daya beli konsumen
2) Faktor keuangan, (modal kerja) yang perlu diperhatikan perusahaan antara lain mengenai kemampuan modal kerja mendukung mencapai target jualan yang dianggarkan, seperti unutk membeli bahan baku, membaya upah, biaya promosi produk, dan lain-lain
3) Faktor ekonomis, yang pelu diperhatikan perusahaan antara lain dengan meningkatnya jualan berarti meningkatkan laba (rentabilitas).
4) Faktor teknis yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Kapasitas terpasang seperti, apakah mesin dan alat mampu memenuhi target penjualan yang dianggarkan
b) Apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah danmurah
5) Faktor kebijakan perusahaan, seperti kebijakan membuat produk dengan kualitas nomor satu sehingga kesempatan untuk menjual produk nomor dua dan nomor tiga menjadi tertutup
6) Faktor perkembangan penduduk juga mempengaruhi anggaran, misalnya peningkatan kelahiran dapat meningkatkan konsumsi susu, pakaian, mainan dan lain-lain
7) Faktor kondisi politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan juga mempengaruhi penjualan, misalnya dalam keadaan perang (tidak aman) akan menghambat barang yang dijual karena harus melalui pemeriksaan yang ketat, bahkan dirampas dan mengalami kecelakaan perang.
8) Faktor lainnya yang haru diperhatikan seperti apakah pada musim tertentu anggaran penjualan ditambah atau sampai beberapa lama anggaran yang disusun masih dapat dipertahankan. (Nafarin, 2017, hal. 168-170)
d. Langkah –langkah Penyusunan Anggaran Penjualan
Langkah awal menyusun sebuah budget yang baik adalah mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Data dan
informasi inilah yang nantinya akan merupakan faktor-faktor serta bahan pertimbangan dalam menyusun suatu budget. Adapun data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun budget penjualan antara lain :
1) Data internal, yaitu data dan informasi yang ada dalam perusahaan sendiri, seperti misalnya :
a.) Perkembangan penjualan di waktu-waktu yang lalu. Baik tenyang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), harga, waktu, maupun tempat atau daerah pemasarannya.
b.) Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan pemasaran
c.) Kapasitas produksi yang nantinya diperlukan untuk menunjang penjualan.
d.) Tersedianya karyawan yang ditugasi dalam bidang pemasaran, baik jumlahnya (kuantitas) maupun keterampilannya (kualitas).
e.) Tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pemasaran.
f.) Tersedianya moal kerja untuk menunjang kegiatan pemasaran.
2) Data Eksternal, yaitu data dan informasi yang ada diluar perusahaan sendiri seperti :
a.) Pesaing dan tingkat persaingan dipasar b.) Posisi perusahaan dalam persaingan
c.) Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya
d.) Rata-rata penghasilan penduduk dan tingkat pertumbuhannya e.) Konsumen, baik jumlahnya, tingkat penghasilannya, selera serta
keinginannya dan sebagainya.
f.) Elastisitas permintaan terhadap produk yang akan dijual oleh perusahaan (demand elasticity), yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap harga jual.
g.) Agama, adat istiadat dan berbagai kebiasaan masyarakat
h.) Kebijakan-kebijakan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan
i.) Keadaan perekonomian nasional maupun imternasional
j.) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagainya.
(Munandar, 2013, hal. 42-43) 5. Anggaran Produksi
a. Pengertian Anggaran Produksi
Setelah anggaran penjualan disusun yang mencerminkan rencana penjualan suatu perusahaan, kemudian disusun anggaran produksi yang sekaligus juga menggambarkan rencana produksi atau aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Anggaran produksi dalam artian luas merupakan penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi: perencanaan tentang jumlah produksi, kebutuhan persediaan, material, tenaga kerja dan kapasitas produksi.
Sedangkan dalam artian sempit anggaran produksi disebut juga anggaran jumlah yang harus diproduksi, yaitu suatu perencanaan tingkat (volume) barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan tingkat (volume) penjualan yang telah direncanakan.
(Herlianto, 2011, hal. 76) b. Tujuan Anggaran Produksi
Tujuan disusunnya anggaran produksi antara lain adalah untuk:
1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direncanakan.
2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai.
3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi yang dihasilkan akan seminimal mungkin atau dengan menekan biaya-biaya produksi barang seminim mungkin. (Herlianto, 2011, hal. 77)
c. Kebijakan dalam penyusunan Anggaran Produksi
Kebijakan dalam penyusunan anggaran produksi ada tiga macam:
a. Pola Produksi Konstan (Mengutamakan Stabilitas Produksi) Merupakan pola produksi di mana jumlah produksi dari bulan ke
bulan adalah sama atau relatif sama, walaupun terdapat perubahan penjualan produk perusahaan dari satu bulan dengan bulan yang lain.
b. Pola Produksi Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan). Merupakan pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan penjualan, sedangkan jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau tetap.
c. Pola Produksi Moderat (Cara Kombinasi). Merupakan suatu pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan selalu mengalami perubahan, namun perubahan ini tidak akan sebesar perubahan penjualan produk yang ada. (Herlianto, 2011, hal. 78)
6. Anggaran Bahan Baku
a. Pengertian Anggaran Bahan Baku
Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan baku atau bahan mentah dapat disusun pula. Anggaran bahan baku merupakan semua anggaran yang berhubungan dengan perencanaan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi selama periode yang akan datang. Jika anggaran bahan baku telah disusun, maka anggaran pembelian bahan baku dapat disusun pula.(Herlianto, 2011, hal. 91)
b. Tujuan Anggaran Bahan Baku
Tujuan utama penyusunan anggaran bahan baku yaitu untuk menjaga kelancaran produksi dan bahan baku yang merupakan komponen utama dari suatu produk. Secara garis besar tujuan penyusunan anggaran bahan baku langsung dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku langsung.
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan.
3. Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku langsung.
4. Sebagai dasar penentuan harga pokok produksi, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku langsung dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengendalian bahan baku langsung. (Herlianto, 2011, hal. 92)
c. Anggaran Persediaan Bahan Baku dan Aplikasi Teknik Penusunannya
Tujuan penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung adalah untuk mengendalikan tingkat persediaan bahan baku langsung yang terdapat dalam gudang, sehingga dapat diketahui penggunaan bahan baku langsung yang masih tersisa sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula. (Herlianto, 2011, hal. 107)
7. Anggaran Tenaga Kerja a. Pengertian Tenaga Kerja
Pada setiap perusahaan tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan yang selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut sudah digunakan mesin-mesin. Mesin yang bekerja dalam perusahaan tentu saja perlu ditangani oleh tenaga manusia, meskipun mesin-mesin zaman sekarang sudah banyak yang bersifat otomatis. Tenaga Kerja yang bekerja di pabrik dikelompokkan menjadi dua yakni:
1) Tenaga kerja langsung (direct labour) dan
2) Tenaga kerja tak langsung (indirect labour). (Herlianto, 2011, hal.
127)
b. Pertimbangan Dalam Perencanaan Tenaga Kerja
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tenaga kerja, antara lain adalah:
1. Kebutuhan tenaga kerja.
2. Pencarian atau penarikan tenaga kerja.
3. Latihan bagi tenaga kerja baru.
4. Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja.
5. Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja.
6. Pengawasan tenaga kerja. (Herlianto, 2011, hal. 129) c. Manfaat dan Tujuan Anggaran Tenaga Kerja
Penyusunan secara baik dari Anggaran Tenaga Kerja dapat mendatangkan beberapa manfaat bagi perusahaan, seperti:
1. Penggunaan tenaga kerja secara lebih efisien karena rencana yang matang.
2. Pengeluaran/biaya tenaga kerja dapat direncanakan dan diatur secara lebih efisien.
3. Harga pokok barang dapat dihitung secara tepat.
4. Dipakai sebagai alat pengawasan biaya tenaga kerja.(Herlianto, 2011, hal. 130)
8. Anggaran Biaya Overhead Pabrik a. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik juga berkaitan dengan bagaimana item-item yang berbeda dalam overhead berubah terhadap perubahan dalam volume produksi. Yang dikategorikan sebagai biaya-biaya overhead pabrik (factory overhead) adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Atau dengan kata lain biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok variabel (variable costing ) maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel dan BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok penuh BOP tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan
pembedaan anggaran rugi-laba antara metode penentuan harga pokok variabel dengan metode penentuan harga pokok penuh. (Herlianto, 2011, hal. 140)
b. Tujuan Dan Sifat Biaya Overhead Pabrik
Secara umum tujuan dari disusunnya anggaran biaya overhead pabrik adalah sebagai alat pedoman kerja, pengkoordinasian kerja dan pengawasan kerja yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Sedangkan secara khusus tujuan dari disusunnya anggaran biaya overhead pabrik (BOP) adalah untuk:
1. Mengetahui penggunaan biaya secara efisien.
2. Menentukan harga pokok produk secara tepat.
3. Mengetahui pengalokasian biaya sesuai kebutuhan.
4. Mengetahui antara realisasi dengan perencanaan.
5. Mengetahui bagian yang bertanggung jawab. (Herlianto, 2011, hal.
147)
9. Anggaran Beban Usaha
a. Pengertian Anggaran Beban Usaha
Beban usaha terdiri dari beban penjualan (selling expenses), beban administrasi dan umum (general and administration expenses). Beban penjualan (selling expenses), ialah semua biaya yang terjadi di dalam lingkungan bagian penjualan, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian penjualan.
Beban penjualan terjadi untuk kepentingan penjualan produk utama.
Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifat variabel. Contoh dari beban penjualan tetap adalah beban depresiasi alat penjualan, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan, dan lain-lain. Beban penjualan variabel adalah dipengaruhi oleh besar-kecilnya kegiatan penjualan. Contoh dari beban penjualan variabel adalah komisi penjualan, beban penghapusan piutang, dan beban pernik penjualan. Secara lebih terinci yang termasuk dalam kelompok beban penjualan (selling expenses) antara lain:
1. Gaji Karyawan Penjualan (Store Salaries) , ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawan di Bagian Penjualan.
2. Beban Pemeliharaan Bagian Penjualan (Store Maintanance), ialah biaya untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan bagian penjualan.
3. Beban Perbaikan Bagian Penjualan (Store Repair), ialah biaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan bagian penjualan.
4. Depresiasi Peralatan Bagian Penjualan (Depreciation of Store Furnitures), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan bagian penjualan.
5. Depresiasi Gedung Bagian Penjualan (Depreciation of Store Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) bagian penjualan.
6. Beban Listrik Bagian Penjualan (Store Heat and Light), ialah biaya listrik untuk keperluan bagian penjualan.
7. Beban Telpon Bagian Penjualan (Store Telephone), ialah biaya telepon untuk keperluan bagian penjualan.
8. Beban Asuransi Bagian Penjualan (Store Insurance), ialah biaya asuransi terhadap bangunan serta peralatan bagian penjualan.
9. Beban Supplies Bagian Penjualan (Store Suplieses), ialah biaya untuk keperluan-keperluan kecil lainnya di bagian penjualan, seperti kertas, karbon, tinta, tali, dan sebagainya.
10. Beban Advertensi (Advertising), ialah biaya pemasangan iklan diberbagai media massa untuk keperluan meningkatkan penjualan.
(Herlianto, 2011, hal. 165-166) b. Kegunaan Anggaran Beban Usaha
Kegunaan anggaran beban usaha secara umum merupakan pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja serta sebagai alat pengawasan kerja bagi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan penjualan dan administrasi selama periode anggaran. Adapun kegunaan anggaran beban usaha (anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya administrasi & umum) secara khusus yaitu berguna
sebagai dasar untuk menyusun anggaran kas. Hal ini disebabkan karena sebagian dari biaya penjualan dan biaya administrasi & umum tersebut memerlukan pengeluaran kas. (Herlianto, 2011, hal. 168) c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggaran Beban Usaha
Dalam penyusunan anggaran beban usaha (anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya administrasi & umum) ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran beban penjualan antara lain sebagai berikut:
1. Anggaran penjualan; khususnya rencana tentang kualitas dan kuantitas barang yang akan dijual dari waktu kewaktu selama periode yang akan datang.
2. Berbagai standar biaya yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yang berkaitan dengan biaya penjualan.
3. Sistem pembayaran upah (gaji) yang dipakai oleh perusahaan, khususnya yang dibayarkan kepada para karyawan bagian penjualan
4. Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan, khususnya depresiasi terhadap aktiva tetap yang ada dilingkungan bagian penjualan.
5. Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi biaya-biaya yang semula merupakan satu kesatuan (biaya bersama), menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tempat dimana biaya tersebut terjadi. (Herlianto, 2011, hal. 169)
10. Harga Pokok dan Proyeksi Laba Rugi a. Pengertian Harga Pokok
Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan.
Karena harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah digunakan, jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer operasional karena komponen biaya produksi baik bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. (Herlianto, 2011, hal. 237)
b. Pengertian Anggaran Laba rugi
Anggaran laba rugi merupakan satu jenis anggaran yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk merencanakan besarnya laba yang ingin dicapai pada satu periode anggaran. Disamping itu anggaran rugi-laba merupakan tujuan disusunnya dari anggaran operasional. Unsur paling penting dalam anggaran laba rugi adalah biaya, dimana biaya menentukan besarnya laba yang dicapai pada suatu periode tertentu.
Oleh karena itu, dengan adanya anggaran laba rugi diharapkan perusahaan dapat melakukan pengawasan terhadap biaya sehingga laba yang direncanakan dapat tercapai. (Herlianto, 2011, hal. 243) c. Kegunaan dan Tujuan Anggaran Laba Rugi
Hasil akhir dari semua anggaran operasional seperti penjualan, harga pokok penjualan, biaya komersial dan biaya adminstrasi dan keuangan diringkas dalam laporan laba-rugi dianggarkan. Anggaran laba rugi menjadi tanggungjawab manajer, karena yang dapat mengawasi pendapatan dan biaya, sehingga anggaran pendapatan dan anggaran biaya dapat digabungkan menjadi anggaran laba rugi.
Tujuan dari disajikannya pelaporan laba rugi, secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.
2. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen.
3. Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak.
4. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara.
5. Sebagai konpensasi dan pembagian bonus.
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7. Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran
8. Sebagai dasar pembagian deviden. (Herlianto, 2011, hal. 244)
B. Penelitian yang Relevan
Agar penelitian yang dilakukan ini tidak terdapat tumpang tindih dengan penelitian orang lain, maka tujuan kepustakaan merupakan sebuah keharusan yang penulis lakukan. Untuk itu, penulis merujuk hasil penelitian sebelumnya mengenai permasalahan yang adaa hubungannya dengan judul dan masalah yang akan penulis teliti. Pembahasan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan penulis teliti adalah
1. Hendiwan Yusli, judul skripsi yaitu Analisis Anggaran Operasional Sebagai Alat Pengendalian Manajemen Dalam Rangka Efesiensi Biaya Operasional Perusahaan pada PT. Pejangan Pemalang Tol.
Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018. Jenis penilitian yaitu, pendekatan kualitatif karena penelitian yang digunakan dimaksudkan untuk mengungkapkan makna terhadap fenomena yang terjadi dilapangan. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancaradan dokumentasi.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi Hendiwan Yusli ini yaitu bagaimana manajemen menggunakan anggaran sebagai instrumen pengendalian perusahaan. Hasil penelitiannya yaitu perusahaan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang mungkin terjadi pada penyusunan anggaran serta mengadakan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi anggaran.
Berdasarkan uraian skripsi Hendiwan Yusli diatas, maka persamaannya dengan yang penulis teliti adalah dari teknik pengumpulan data serta tujuannya yaitu untuk meningkatkan efisiensi penyusunan anggaran guna menghasilkan laba yang diinginkan. Perbedaanya dengan
Berdasarkan uraian skripsi Hendiwan Yusli diatas, maka persamaannya dengan yang penulis teliti adalah dari teknik pengumpulan data serta tujuannya yaitu untuk meningkatkan efisiensi penyusunan anggaran guna menghasilkan laba yang diinginkan. Perbedaanya dengan