• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masalah

Dalam dokumen LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN DINAMIKA FULL OK (Halaman 101-106)

Yenni Samri J. Nasution

A. Latar Belakang Masalah

Inlasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, bahkan distribusi pendapatan. Inlasi juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan formal.1

Inlasi merupakan dilema yang menghantui perekonomian setiap Negara, terutama Negara berkembang2. Perkembangannya yang terus meningkat memberikan hambatan pada pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Banyak kajian membahas inlasi, tidak hanya cakupan regional, nasional, namun juga internasional. Inlasi cenderung terjadi pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau guncangan dalam negeri akan menimbulkan luktuasi harga di pasar domestik dan berakhir dengan inlasi pada perekonomian.

Krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak nilai tukar rupiah telah berdampak sangat luas pada seluruh sendi perekonomian dan tatanan

1 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, ( Jakarta, Prenadamedia Group,2008), h. 175.

2

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 326.

kehidupan. Krisis ekonomi yang telah terjadi, paling tidak dalam konteks ini, memberikan pelajaran yang berharga akan pentingnya penciptaan kestabilan moneter (kestabilan nilai rupiah) sebagai prasyarat bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat/mengukur stabilitas perekonomian suatu negara adalah inlasi. Perubahan dalam indikator ini akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inlasi merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik turunnya inlasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi.

Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indicator ekonomi makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan Investasi. Dalam analisis makro pengukuran dalam perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan (PDB riil) sehingga angka pertumbuhan yang dihasilkan merupakan pertumbuhan riil yang terjadi karena adanya tambahan produksi.

Adanya keseimbangan dalam suatu perekonomian merupakan salah satu target dalam rangka peningkatan perekonomian suatu negara. Hal tersebut dapat dicapai melalui keterlibatan variabel ekonomi yang mempengaruhi dalam keseimbangan tersebut. Dan suku bunga yang rendah juga dapat memicu inlasi, karena dengan suku bunga yang rendah masyarakat enggan untuk menyimpan uangnya dan akibatnya uang beredar menjadi semakin banyak. Tingkat suku bunga yang rendah menyebabkan inlasi tinggi, dan ketika tingkat suku bunga tinggi inlasi akan turun kembali. Karena ketika suku bunga tinggi masyarakat akan menyimpan uangnya di bank dan tidak meminjam uang di bank.

Tingkat inlasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi

mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inlasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inlasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

Kenaikan inlasi ini kemungkinan terjadi karena kenaikan harga bahan baku produksi (kenaikan biaya produksi) dan barang-barang impor, keadaan ekonomi yang tidak stabil, dan juga dapat terjadi karena faktor non ekonomi seperti kekacauan politik di dalam suatu negara. Sedangkan inlasi terendah terjadi di tahun 2009, yaitu 2,78%. Rendahnya tingkat inlasi ini dapat disebabkan oleh kondisi politik dan ekonomi suatu negara berada dalam keadaan yang stabil atau bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Inlasi dideinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Berdasarkan deinisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inlasi. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inlasi, komponen tersebut yaitu: a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

Suatu kenaikan harga dalam inlasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inlasi antara lain: a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup. b) Produsen price index (PPI), indeks yang

lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan setenga jadi. c) Gross National Product (GNP3) delator, merupakan jenis indeks yang berbeda dengan dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP.4

Inlasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka proitabilitas perusahaan akan turun. Jika proit yang diperoleh perusahaan kecil, hal ini akan mengakibatkan para investor enggan menanamkan dananya di perusahaan tersebut sehingga harga saham menurun.

Tingkat laju inlasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap laju inlasi di masa yang akan datang. Ekspektasi laju inlasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset inansial yang dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi laju inlasi yang rendah akan memberikan insentif terhadap masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif.

Ekspektasi masyarakat terhadap inlasi di masa yang akan datang antara lain dapat dilihat dari perkembangan suku bunga nominal. Suku bunga nominal ini mencerminkan suku bunga riil ditambah ekspektasi inlasi. Dengan demikian, perkembangan suku bunga nominal dapat digunakan sebagai indikator ekspektasi masyarakat. Menurut Laksmono, beberapa penelitian di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya juga telah menemukan hubungan yang dekat antara suku bunga dengan proyeksi perubahan inlasi.

3 GNP = Gros Priit (P) + Wage and Salaries di mana GNP= Gross Investment (I) + Capitalialist Comsumtion © + Workers Consumtions. Dengan Asunsi Tabungan oleh Ekonom Klasik, P/K = I/K dimana K =Capital, Lihat dalam Disertasi Trasiladi Suprianto : Konsep Rate Of Proit Perspektif Ekonomi Islam Aplikasi Di Bank Syariah, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 72.

4 Iskandar Putong, Ekonomi Mikro & Makro , ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Edisi 2, h. 256.

Pemilihan inlasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank sentral di dunia, di mana banyak bank sentral yang telah beralih lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inlasi. Inlasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.5

Pertama, inlasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset inansial domestik menjadi rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi.

Kedua, inlasi dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan deisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan utang luar negeri.

Ketiga, inlasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumber daya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen.

Keempat, inlasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal ke luar negeri.

Kelima, inlasi yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.

Inlasi dapat menurunkan nilai tabungan masyarakat, sehingga masyarakat akan cenderung memilih menginvestasikan dananya dalam aktiva yang lebih baik. Dengan kecenderungan ini, dunia perbankan akan mengalami kesulitan likuiditas, dan sebagai salah satu sumber perolehan dana bagi sektor riil, hal ini tentu tidak menguntungkan. Inlasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi terhambat. Misalnya, di sektor pedagangan luar negeri, komoditi ekspor Indonesia menjadi kurang dapat bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia. Dengan kata lain, kemerosotan produksi akan terjadi, baik untuk produk yang berorientasi ekspor maupun produk untuk pasar domestik. Hal ini sangat berbahaya karena dapat memicu meningkatnya pengangguran di suatu Negara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inlasi terhadap minat menabung masyarakat di lembaga keuangan mikro syariah.

Dalam dokumen LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN DINAMIKA FULL OK (Halaman 101-106)