• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

Dalam dokumen LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN DINAMIKA FULL OK (Halaman 163-167)

A. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro syariah

Pengertian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) menurut Paket Kebijaksanaan 1993 dalam buku Totok Budisantoso menyatakan bahwa “Kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp250 juta untuk membiayai usaha produktif”.Sedangkan pengertian kredit untuk usaha mikro adalah “Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp25 juta”.

Sementara menurut Microcredit Summit dalam buku Ashari mengemukakan deinisi kredit mikro yaitu “Programmes extend small loans to very poor for self-employment projects that generate income, allowing them to care for themselves and their families” atau “Program pemberian kredit berjumlah kecilkepada warga miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduliterhadap diri sendiri dan keluarganya”.

Meskipun terdapat perbedaan, tapi kedua pernyataan di atas mempunyai persamaan bahwa kredit mikro diberikan bagi pengusaha kecil dan mikro dengan plafon kredit yang berbeda untuk membiayai kegiatan usaha yang produktif. Usaha dikatakan produktif apabila usaha tersebut dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa serta pendapatan mereka. Kredit mikro ini disalurkan melalui lembaga keuangan yang umumnya disebut dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Mandala Manurung dan Prathama Rahardja menyatakan bahwa “LKM adalah lembaga keuangan yang memberikan pelayanan

jasa kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin serta para pengusaha kecil”. Sementara itu menurut ahli lain, “LKM dideinisikan sebagai penyedia jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi sebagai alat pembangunan bagi masyarakat pedesaan” .

Menurut Direktorat Pembiayaan (Deptan), dalam Ashari ,dinyatakan bahwa “LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif keluarga miskin tersebut”. Walaupun terdapat banyak deinisi LKM, terdapat tiga elemen penting dari berbagai deinisi tersebut, yaitu :

1. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan Keuangan mikro dalam pengalaman masyarakat tradisional Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran, deposito maupun asuransi.

2. Melayani rakyat miskin Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk melayani rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas.

3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan leksibel Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan leksibel.

Menurut ledgerwood sebagaimana dikutip euis amalia33“lembaga keuangan mikro atau lebih populer disebut microinance dideinisikan sebagai penyedia jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi sebagai alat pembangunan bagi masyarakat perdesaan.” Sedangkan menurut tohari34. Lembaga keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal, dan

33 Joana ledgerwood, Microinance Handbook: An Institusional and inancial perspective (washington DC: The World Bank, 1999), h. 65.

34 Endang Thohari, “peningkatan Aksesibilitas petani terhadap kredit melalui LKM”, dalam M. Syukur dkk. (Ed.), Bunga Rampai Lembaga keuangan Mikro (Bogor: IPB Press, 2003), h. 176

informal. Dengan kata ain, LKM merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.

Sedangkan menurut microcredit summit di new york tahun 2002, kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek yang mereka kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya, “programmes extend small loans to very poor for self employment project that generate income, allowing them to care for themselves and their families.”35

Menurut ahmad iham solihin lembaga keuangan mikro syariah adalah lembaga yang berbentuk antara lain koperasi simpan pinjam syariah, dan baitul maal wa tamwil (BMT).36 Jadi dalam ekonomi syariah BMT merupakan representasi atau bentuk lain dari lembaga keuangan mikro yang telah ada, tentu dijalankan dan disesuaikan dengan prinsip dan nilai-nilai keislaman.

Dengan demikian lembaga keuangan mikro syariah adalah lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan terhadap usaha mikro yang dijalankan berlandaskan ketentuan, prinsip, dan nilai-nilai keislaman.

Peluang Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Dengan besarnya pasar Indonesia dilihat dari sisi demograi yaitu kurang lebih 240 juta rakyat Indonesia, yang memerlukan suplai barang dan jasa, pasar (market) Indonesia menjadi amat menarik sekali untuk berbagai macam pihak berlomba-lomba untuk menciptakan barang-barang seeisien mungkin agar dapat menjadi pemenang dalam persaingan dalam kerangka bertemunya antara permintaan dan penawaran (mekanisme pasar). Tentu saja diharapkan peran dan kontribusi UMKM dapat berbanding lurus dengan kesempatan dan peluang yang ada di depan mata. Namun kita harus realistis dan jernih

35 Anonimous, kompas, “microcredit summit”, 15 maret 2005.

36 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 472

.

juga melihat persoalan ini, dimana diperlukan komitmen yang kuat untuk lembaga keuangan dapat merealisasikan pemberian pembiayaan terhadap sektor UMKM, di samping komitmen pemerintah yang diharapkan membuat regulasi yang memihak sektor UMKM.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) memiliki sejumlah tantangan yang harus dicarikan jalan keluar untuk menyelesaikannya, permasalahan-permasalahan yang dihadapi timbul lebih banyak berbenturan dengan peraturan-peraturan bank mengenai bagaimana syarat dan peraturan untuk mendapatkan pembiayaan. Tentu pada kondisi saat ini sebuah kemustahilan bahwa perbankan dapat begitu saja memberikan pembiayaan tanpa memerhatiakan prinsip 5C (character, capacity, capital, condition, collateral). Dengan cepat dapat kita tebak bahwa perbankan sulit untuk memberikan pembiayaan pada sektor UMKM.

Menurut tulus tambunan kendala yang dihadapi oleh sektor UMKM adalah sebagai berikut :37

1. Keterbatasan modal kerja maupun investasi 2. Kesulitan-kesulitan dalam pemasaran

3. Distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya

4. Keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi

5. Biaya transportasi dan energi yang tinggi 6. Keterbatasan komunikasi

7. Biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin usaha.

8. dan ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya.

Menurut survei BPS 2003 dan 2005 terhadap usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK) di industri manufaktur menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik kelompok usaha ini di indonesia (seperti tabel berikut)

37 Tulus TH tambunan, usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia : isu-isu penting (Jakarta, LP3ES, 2012). h. 51

Usaha mikro (UMI) dalam %

2003 2005

Tidak ada problem

627.650 (25,21) 1.229.953 (52,93)

Dalam dokumen LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN DINAMIKA FULL OK (Halaman 163-167)