• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Latar belakang Partisipan

Setelah melakukan wawancara latar belakang dengan P1, didapati bahwa P1 mengingat dengan jelas perceraian orang tuanya. P1 merupakan anak sulung dari dua bersaudara, P1 memiliki seorang adik laki-laki. Ibu P1 merupakan sumber penghasil utama perekonomian keluarga. Ingatan P1 mengenai

42

ketidakharmonisan keluarganya dimulai ketika ia masih TK hingga SMP. Dari P1 masih TK sampai SMP, ia sering melihat orang tuanya bertengkar, baik secara verbal maupun non verbal. P1 bahkan juga mengingat perlakuan kasar ayahnya pada dirinya dan juga adik laki-lakinya. Orang tua P1 resmi bercerai ketika ia kelas 2 SMP. P1 berasumsi bahwa alasan utama perceraian orang tuanya disebabkan oleh komunikasi yang tidak baik antara keduanya dan tidak adanya saling cinta ataupun kemesraan yang terlihat selama kehidupan berkeluarga. Setelah perceraian, P1 masih berusaha berkomunikasi dengan ayahnya, tetapi tidak mendapat respon baik dan akhirnya menghentikan usahanya tersebut dan benar-benar hilang kontak dengan ayahnya ketika ia SMA. P1 memiliki lebih banyak ingatan negatif mengenai ayahnya dibandingkan ingatan positif, seperti fakta bahwa ayahnya merupakan sosok yang kasar, pemalas, dan memilih-milih pekerjaan sehingga berujung pengangguran. Akan tetapi P1 sampai sekarang mengaku terkadang masih merindukan sosok ayah dalam hidupnya, terutama saat ia disakiti oleh lawan jenis. Ia berandai-andai apa yang akan ayahnya lakukan pada laki-laki yang menyakitinya. P1 tidak hanya sekali menyaksikan ibunya berpisah. Perpisahan dengan ayah kandungnya disaksikan P1 saat ia kelas 2 SMP dan perpisahan kedua dengan ayah tirinya disaksikan saat P1 sudah berkuliah. P1 mengatakan bahwa sejak ia TK sampai sekarang ia menanggung beban sebagai anak pertama yang dijadikan sandaran oleh ibu dan adiknya. Ia merasa memiliki beban emosional yang besar yang terkadang melelahkan. Setelah perpisahan dengan ayah kandungnya, P1 memiliki relasi yang sangat erat dengan ibunya dan terkhusus adik laki-lakinya.

Sejak perpisahan itu pula, P1 merasa mulai lebih membuka diri dan senang bergaul dengan teman laki-laki yang ia rasa bisa memahami dan menghiburnya dengan baik. P1 memiliki banyak teman laki-laki dan juga sahabat laki-laki. P1 mengaku senang memiliki teman dan sahabat laki-laki. P1 mengaku telah menjalin relasi intima atau berpacaran sebanyak 3 kali. Dari 3 kali pacaran, hanya satu dari tiga mantannya yang memberi kesan positif, dua lainnya berpisah dengan P1 karena mereka memiliki perempuan lain. P1 sekarang berusia 23 tahun dan berstatus lajang. P1 mengatakan bahwa ia trauma dengan mantan pasangannya yang terakhir dan belum berani untuk memulai relasi intim baru lagi. Hal ini karena hubungan P1 dengan pasangannya yang terakhir, yang ia bina selama 4 tahun tidak berakhir baik. Bahkan selama menjalaninya pun P1 mengaku banyak mengalamai hal negatif, mulai dari pasangannya sulit dihubungi, tidak merasa dihargai sebagai perempuan, dan lain sebagainya. Hingga P1 diselingkuhi dan tidak dianggap pacar selama 4 tahun tersebut. Padahal selama 4 tahun tersebup P1 benar-benar serius menjalani relasi tersebut. Relasi terakhir tersebut juga merupakan relasi intim dengan lawan jenis terlama yang pernah dijalin P1.

2. Partisipan 2 (P2)

Dari wawancara mengenai latar belakang P2, didapati bahwa P2 mengaku tidak terlalu mengingat proses perceraian orang tuanya. P2 hanya mengingat beberapa permasalahan dan pertengkaran orang tuanya yang diasumsi sebagai penyebab perceraian. Asumsi tersebut disimpulkan sendiri oleh P2, karena sampai sekarang tidak ada orang tuanya yang bercerita dan P2 pun enggan menanyakan hal tersebut. P2 berasumsi bahwa orang tuanya bercerai karena tidak

44

bisa saling memahami dan melengkapi, serta cara menangani konflik yang tidak baik seperti tidak ada yang mau kalah ketika bertengkar. Orang tua P2 sudah sempat berpisah saat P2 kelas 5 SD dan kemudian rujuk ketika P2 kelas 6 SD. Lalu saat P2 kelas 2 SMP barulah orang tuanya resmi bercerai. P2 mengaku mengingat mendengar pertengkaran orang tuanya beberapa kali. P2 mengaku mengingat orang tuanya bertengkar secara verbal dan tidak melibatkan fisik. P2 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki dan adik laki-laki. Ibu P2 juga merupakan penghasil utama perekonomian keluarga sampai sekarang, sama hal nya dengan ibu P1. Setelah perceraian, relasi P2 dengan ayahnya hanya sebatas menerima dan memberi uang bulanan. P2 mulai merasakan hilangnya sosok ayah di rumah ketika akan memasuki SMA. P2 mengaku merasa sedih, bukan karena perceraian orang tuanya tetapi karena perpisahan yang tidak baik-baik antara kedua orang tuanya. Hal ini tidak hanya membuat P2 sulit berhubungan dan berkomunikasi dengan ayahnya tetapi juga membuat hubungannya dengan kakak laki-lakinya menjadi kaku dan dingin. P2 merasa bahwa ayahnya merupakan figur yang tidak cuek tetapi bukan tipe penanya juga. P2 mengaku memiliki hubungan yang baik dengan ibunya. Sejak orang tuanya mulai berpisah, P2 menanggung beban lebih karena kakak dan adiknya tidak bisa diandalkan untuk membantu ibunya, kakaknya berontak dan adiknya hanya tahu bermain saja. Sehingga P2 juga dijadikan tempat curhat ibunya dan seperti menanggung beban harapan keluarga. Dari kecil P2 dituntut untuk menjadi anak baik yang bisa diandalkan setelah orang tuanya bercerai.

Kemudian untuk relasi dengan lawan jenis, P2 mengatakan tidak memiliki masalah dalam berelasi dengan lawan jenis. P2 bahkan mengatakan bahwa ia tidak merasakan relasi dengan lawan jenis adalah hal yang membebani atau mengerikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan P2 bahwa dulu ia bahkan memiliki teman dekat laki-laki. P2 sekarang berusia 21 tahun dan sekarang sedang menjalin relasi intim atau pacaran dengan lawan jenis. Relasi ini baru berjalan hampir setahun dan merupakan relasi intim pertamanya sampai saat ini. P2 akhirnya memutuskan untuk menjalin relasi intim dengan lawan jenis karena ia merasakan kecocokan dengan pasangannya yang sekarang. P2 merasa memiliki prinsip dan orientasi yang sama dalam menjalin relasi intim dengan pasangannya, yaitu mau saling memahami dan membangun serta memang relasi serius yang memiliki orientasi hidup bersama pada akhirnya.

3. Partisipan 3 (P3)

Latar belakang P3 yang berhasil didapatkan dari wawancara latar belakang adalah P3 awalnya merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Akan tetapi kakak P3 meninggal karena kecelakaan saat P3 kelas 1 SD, sehingga sekarang ia menjadi anak sulung dari tiga bersaudara. P3 memiliki seorang adik laki-laki dan seorang adik perempuan. Ibu P3 sudah sempat ingin berpisah dengan ayahnya ketika P3 masih batita, akan tetapi mengurungkan niat karena kasihan dengan P3 dan kakaknya yang saati itu hanya terpaut 1 tahun. Orang tua P3 akhirnya mulai benar-benar pisah rumah ketika P3 kelas 2 SMA. Ibu P3 membawa kedua adiknya menghampiri P3 yang saat itu besekolah di luar kota. Akan tetapi saat itu kedua orang tuanya belum resmi bercerai. Mereka resmi

46

bercerai ketika P3 sudah kuliah semester 2 atau 3, ketika ayahnya hendak menikah lagi. Orang tua P3 akhirnya bercerai karena ibunya merasa tidak tahan dengan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya dan juga komunikasi mereka yang tidak pernah baik. P3 mengingat sudah sering melihat pertengkaran orang tuanya baik secara verbal maupun non verbal sejak ia TK. P3 mengakui bahwa ayahnya merupakan sosok yang kasar, sering melakukan tindak kekerasan tidak hanya ke ibunya tetapi ke almarhum kakaknya dan juga adik-adiknya. Ayah P3 tidak pernah sekalipun berlaku kasar terhadap P3. Akan tetapi P3 memiliki pandangan negatif kepada ayahnya sejak kecil karena didoktrin oleh ibunya bahwa ayahnya bukan orang baik dan juga karena P3 menyaksikan sendiri perlakuan tidak baik ayahnya. P3 mengaku sejak SMP sudah mulai malas mendengarkan pertengkaran orang tuanya yang semakin sering dan hampir setiap hari. Sejak itu P3 sudah jarang pulang ke rumah dan lebih senang bermalan di rumah temannya. Akhirnya saat SMA P3 pun bersekolah di luar kota dan tinggal di dorm sekolah. Setelah orang tuanya berpisah, P3 serta ibu dan adik-adiknya sempat mengalami permasalahan ekonomi. Hal tersebut terjadi karena ayah P3 memutuskan berhenti membiayai mereka sedangkan ibu P3 merupakan ibu rumah tangga yang saat itu belum memiliki pekerjaan yang mapan. Akan tetapi hal itu tidak bertahan lama dan akhirnya ayah P3 menanggung kembali biaya hidup dan studi P3 beserta adik-adiknya. P3 mengaku ia tidak begitu dekat dengan anggota keluarganya sampai sekarang terutama sejak perceraian. Bahkan ia mengatakan lebih nyaman curhat kepada teman-temannya dibandingkan anggota keluarganya. P3 mengatakan ia masih merasa sedih karena ketidakharmonisan keluarganya. P3 tidak pernah

berandai-andai orang tuanya tidak bercerai ataupun rujuk kembali, akan tetapi P3 masih memiliki perasaan tidak terima bahwa keluarganya sudah hancur seperti di sinetron-sinetron.

P3 mengaku relasinya dengan lawan jenis baik-baik saja. Ia memiliki teman laki-laki dan juga pernah berelasi intim atau berpacaran sebanyak 6 (enam) kali. Relasi intim P3 dengan lawan jenis bertahan mulai dari satu bulan sampai dua tahun. Alasan kandasnya relasi intim P3 dengan lawan jenis adalah kebanyakan karena pasangannya yang tidak bisa menerima kekurangan P3 atau banyak menuntut P3. Relasi-relasi intim P3 sebelumnya memberikan pengalaman negatif maupun positif bagi P3. Negatif karena beberapa kali ia diselingkuhi, dijadikan simpanan atau wanita kedua, hanya menginginkan badan P3, dan kemudian memutuskan hubungan dengan P3. P3 mengaku bahwa tidak hanya sekali ia didekati oleh laki-laki mesum dan laki-laki yang sudah memiliki relasi intim dengan wanita lain. Meskipun telah disakiti, P3 merasa relasi intim dengan lawan jenis adalah kebutuhannya, ia tidak pernah membayangkan hidup tanpa relasi intim dengan lawan jenis. Selain pengalaman negatif, P3 juga mengaku selama ia berpacaran dengan lawan jenis ia mendapatkan hal positif juga dari mereka seperti perhatian, kebahagiaan, dan membuat P3 menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, dan lain sebagainya. P3 mengatakan bahwa hal ini mungkin yang membuatnya tidak betah lama-lama melajang.

Dokumen terkait