• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bursa Efek Indonesia yakni merupakan sebuah wadah bagi para pelaku investor untuk memperjualbelikan setiap saham ataupun efek yang dimiliki. company yang terdaftar dan menjual sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ialah merupakan company yang sudah go public atau dapat dikatakan perusahaan terbuka.

Saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tertera pada indeks harga saham gabungan. Pada dasarnya keputusan investasi memiliki sifat individual serta tergantung pada investor sebagai pribadi yang bebas. Dalam melakukan pembelian sekuritas saham, investor tidak hanya membeli sesuai keinginan, hal ini didasarkan pada goals awal dilakukan kegiatan investasi yakni mendapatkan perolehan return atau keuntungan dengan berbagai pertimbangan di dalamnya.

Pasar Modal merupakan pertemuan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal di Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor sebagai pemodal dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investasi di pasar modal memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor, dikarenakan berinvestasi di pasar modal yang mempunyai tingkat pengembalian yang lebih besar. Berinvestasi di pasar

3 modal juga bisa dijadikan solusi dalam menghadapi inflasi yang terjadi. Dengan terbentuknya pasar modal, investor bisa melakukan diversifikasi investasi dengan cara pembentukan portofolio sesuai dengan risiko yang sedia ditanggung dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Pasar modal berdiri dalam rangka mempertemukan pembeli dan penjual sekuritas. Sekuritas yang dijual pada pasar modal antara lain saham, obligasi, serta surat berharga lainnya. Sedangkan saham ialah merupakan sekuritas yang sering diperjualbelikan pada pasar modal.

Investasi dapat dikatakan sebagai komitmen sejumlah uang maupun sumber daya lainnya yang dilakukan sekarang atau saat ini dengan harapan mendapatkan benefit pada masa mendatang. Dalam tataran praktik, investasi biasanya dikaitkan dengan aktivitas yang terkait dengan penanaman dana pada berbagai macam alternatif aset baik yang termasuk sebagai real assets contohnya tanah, properti, emas, maupun yang berbentuk financial assets contohnya berbagai bentuk surat berharga seperti reksadana, obligasi, saham. Sebelum melakukan investasi terdapat hal mendasar dalam proses keputusan investasi yakni pemahaman mendasar terkait pola hubungan antara return yang diharapkan dan risiko dalam suatu investasi. Secara umum, hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan tautan yang linear dengan makna semakin besar risiko sebuah investasi maka semakin besar juga tingkatan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan begitupun sebaliknya. Relasi itulah yang menjawab pertanyaan mengapa banyak investor yang melakukan diversifikasi atas aset yang dimiliki, selain memperhatikan return yang tinggi, investor mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung pula.

Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta hubungan relasi antara return dan risk. Pada bahasan manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut dengan return. Konteksnya dalam bahasan manajemen investasi, perlu dibedakan antara expected return dengan return yang terjadi (realized return). Expected return atau return yang diharapkan merupakan tingkatan return yang diantisipasi investor di masa yang akan datang. Sedangkan return aktual atau return yang terjadi ialah merupakan tingkat return yang sudah benar-benar diperoleh atau didapatkan investor. Sedangkan ketika membahas risiko, terdapat hal penting yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu seberapa tinggi risiko yang harus ditanggung dari pemilihan investasi tersebut. Pada umumnya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan

4 Metode Capital Asset Pricing Model menjelaskan sebuah metode yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar ekuilibrium ataupun seimbang (Tandelilin, 2010). CAPM bisa menolong investor-investor dalam menentukan tingkat expected return sebuah investasi beresiko. CAPM dapat mengkalkulasi risiko pada suatu portofolio (Sekarwati & Margasari, 2015). Capital Asset Pricing Model ialah salah satu model penentuan harga aset yang diharapkan dalam penilaian sekuritas serta dengan daya tarik intuitif kesederhanaannya, telah menjadikan CAPM sebagai alat pengukur yang bermanfaat yang digunakan atau dimanfaatkan dalam praktik (Shaikh, 2015).

Walaupun CAPM hanya tentang risiko pasar dan pengembalian aset portofolio, tetapi beta yang ada tetap bisa menerangkan hasil yang diharapkan, dengan portofolio pasar menjadi proksi dari semua aset berisiko. CAPM tetap dimanfaatkan pada banyak industri serta bergantung pada model ini ketika menentukan market price (Elbannan, 2015).

CAPM mempunyai dua keunggulan utama untuk menghitung biaya modal perusahaan yang berkaitan dengan saham (Keown et al, 2014). Keunggulan pertama yaitu modelnya sederhana dan mudah dimengerti dan diimplementasikan. Variabel model sudah tersedia dari sumber public dan keunggulan kedua yaitu karena model tidak bergantung pada dividen atau asumsi apapun tentang pertumbuhan dalam dividen. CAPM sangat menarik dalam logis dan rasional dalam tingkatan intelektualnya. Setelah seseorang memahami teori CAPM, bereaksi menerima tanpa memberikan pertanyaan. Salah satu penelitian (Subrahmanyam, 2015) sudah mengidentifikasi sekitar 50 variabel yang digunakan dalam memperkirakan return saham, CAPM tetap menjadi basic konseptual dalam seluruh model variabel yang ada.

Capital Asset Pricing Model ialah suatu model keseimbangan ekuilibrium yang bisa menentukan saham-saham yang dikatakan efisien berdasarkan relasi maupun hubungan antara risk dan return yang akan didapatkan oleh investor.

Informasi mengenai kinerja saham bisa dilihat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham-saham yang tercatat ataupun terdaftar di BEI terbagi menjadi beberapa sektor. Sedangkan penelitian ini berfokus pada sektor kesehatan dimana didalamnya terdapat sub sektor farmasi dan riset kesehatan, dimana perkembangan harga saham pada perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan dari periode 2016 sampai dengan 2020 dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini

5 Gambar 1.1 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Farmasi dan Riset

Kesehatan di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

Sumber : Finance.yahoo (data diolah penulis, 2021)

Tabel 1.2 Perkembangan Harga Saham Tahunan Perusahaan Sub Sektor Farmasi dan Riset Kesehatan Periode 2016-2020

Kode Saham

Nama Emiten 2016 2017 2018 2019 2020

DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 1755 1960 1940 2250 2420

INAF Indofarma Tbk 4680 5900 6500 870 4030

KAEF Kimia Farma Tbk 2750 2700 2600 1250 4250 KLBF Kalbe Farma Tbk 1515 1690 1520 1620 1480

MERK Merck Tbk 9200 8500 4300 2850 3280

PYFA Pyridam Farma Tbk 200 183 189 198 975

SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk

258 270 416 632 798

TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 1970 1800 1390 1395 1400 Sumber : Finance.yahoo (data diolah penulis, 2021)

Berdasarkan Gambar 1.1 dan Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa harga saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan pada Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya mengalami perubahan baik kenaikan harga saham ataupun penurunan harga saham. Pada perusahaan dengan kode DVLA, INAF, KAEF, MERK, PYFA, SIDO,

0

27/12/2014 10/05/2016 22/09/2017 04/02/2019 18/06/2020 31/10/2021

Perkembangan Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Farmasi dan Riset Kesehatan Periode 2016-2020

DVLA

6 TSPC mengalami kenaikan pada periode 2020, kenaikan ini bisa saja terjadi dikarenakan oleh adanya pandemi yang secara tidak sadar telah membuka pikiran semua orang tentang pentingnya perangkat medis, obat-obatan serta tenaga kesehatan, dimana telah terjadi perlombaan antar negara dalam melakukan pengembangan vaksin COVID-19 sehingga menyebabkan banyak para investor berlomba-lomba dalam berinvestasi terkait dengan pengembangan tersebut.

Tabel 1.3 Perhitungan Capital Asset Pricing Model saham perusahaan Kimia Farma Tbk

Tanggal KAEF Return

1/4/2017 2450 0.2673

1/4/2018 2150 -0.0186

1/4/2019 3000 -0.1900

1/4/2020 1330 0.0150

1/4/2021 2800 0.0857

Rata-rata return 3.19%

Resiko (std Dev) 16.6%

(Rm-Ri) 0.0656

Beta 0.397

BI 7-Day Reverse Repo

Rate 0.035

CAPM Rf + b (Rm-Ri)

CAPM 6.10%

Sumber : Olahan Peneliti (2021)

Berdasarkan No.23/332/Dkom Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, dan total equity risk premium Indonesia sebesar 6,56 % pada data update terakhir country default spreads and risk premium di tanggal 08 Januari 2021, dan angka beta dari perusahaan Kimia Farma Tbk (KAEF) menunjukan angka 0,397 pada dokumen Pefindo Beta Stock edisi 23 Desember 2021.

Dari hasil contoh perhitungan CAPM diatas bisa kita ketahui bahwa return saham KAEF < CAPM yaitu 3.19% lebih kecil dari 6.10% , hal ini menunjukan bahwa saham tersebut tidak bagus digunakan untuk berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang.

Oleh karena itu penggunaan metode CAPM sangat bermanfaat dalam berinvestasi, hasil dari metode akan memberikan prediksi maupun ramalan yang tepat terkait hubungan antara risk sebuah aset dengan return yang diekspektasikan sehingga bisa

7 dijadikan preferensi dalam menentukan kelompok saham yang tepat untuk kebutuhan berinvestasi.

Farmasi maupun kesehatan menjadi sebuah sektor dengan potensi yang paling menjanjikan di negara Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam usahanya merealisasikan Making Indonesia 4.0. Program dengan otomatis juga mengupayakan adanya peningkatan daya saing sektor farmasi dengan mendorong transformasi digital yang berbasis teknologi. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan arah jalan untuk mempercepat pembangunan industri farmasi, termasuk didalamya prosedur dan sasaran pengembangan produk yang dimana memiliki fokus jangka panjang dalam membantu industri farmasi menjadi industri yang mandiri. (bpkm.go.id). Oleh karena itu dengan adanya pandemi COVID-19 memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja saham perusahaan-perusahaan yang ada pada sub sektor farmasi seiring dengan adanya pengembangan dan pemasaran terkait vaksin COVID-19, perangkat medis ataupun obat-obatan tersebut yang dapat meningkatkan daya tahun tubuh di masa pandemi. Sehingga dengan alasan-alasan diataslah yang membuat para investor semakin tertarik dan memilih untuk memburu saham-saham yang ada pada sektor farmasi. Penelitian ini menganalisis saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan di Bursa Efek Indonesia, selain dikarenakan oleh adanya fluktuasi perkembangan harga saham serta uraian fenomena diatas, maka sektor farmasi ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia, sehingga penulis tertarik dalam menganalisis kelayakan investasi yang dilakukan oleh para investor pada saham-saham yang ada pada perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan judul penelitian β€œAnalisis Penerapan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam Menentukan Keputusan Investasi pada Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi dan Riset Kesehatan di BEI Periode 2017-2022)”

8 1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, pasar modal dalam perkembangannya ikut memiliki pengaruh terhadap kesadaran masyarakat ketika melakukan investasi. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan hidup dan untuk melawan inflasi yang terjadi setiap tahun mengakibatkan masyarakat harus mampu melindungi kekayaan ataupun aset yang dimilikinya dengan harapan ketika melakukan investasi memperoleh keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang. Fenomena tentang saham sektor farmasi di masa pandemi yang mengalami peningkatan dinilai akan terus meningkat seiring dengan pengembangan riset, obat-obatan serta kesehatan. Oleh karena itu setiap investor yang memiliki pandangan rasional akan memutuskan untuk berinvestasi, yang tentu saja sebelum membeli saham akan mempertimbangkan pemilihan saham yang dianggap efisien dengan mengetahui terlebih dahulu bentuk dari portofolio yang optimal, sehingga investor bisa cakap dalam memperkecil maupun menghindari risiko yang akan diterima ketika memutuskan untuk berinvestasi pada saham yang dipilihnya. Dari permasalahan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian, diantaranya sebagai berikut :

1. Berapakah besar return dan risk dari masing-masing saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan ?

2. Berapakah besar tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-masing saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan

3. Bagaimana penilaian dan pengelompokkan saham-saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan yang efisien dan tidak efisien berdasarkan penerapan metode Capitas Asset Pricing Model (CAPM)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan perumusan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis dan mengetahui besarnya return dan risk dari masing-masing saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan

2. Menganalisis dan mengetahui besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-masing saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan

9 3. Menilai dan mengelompokkan saham-saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan yang efisien dan tidak efisien berdasarkan penerapan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM)

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini yakni sebagai berikut : 1. Aspek Teoritis

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menambah serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan terkait investasi, portofoliio saham yang optimal serta pengambilan keputusan dalam melakukan investasi.

2. Aspek Praktis

a. Bagi investor, adapun kegunaan penelitian ini bagi investor yaitu bisa digunakan sebagai referensi ataupun acuan ketika ingin memutuskan untuk memilih saham pada sub sektor farmasi dan riset kesehatan di pasar modal.

Acuan dalam pembentukan portofolio optimal dengan memanfaatkan penerapan metode Capitas Asset Pricing Model (CAPM) sehingga bisa mengetahui bagaimana kinerja portofolio setelah penggunaan metode Capitas Asset Pricing Model (CAPM) dan bertindak rasional ketika mengambil keputusan berinvestasi.

b. Bagi peneliti, adapun kegunaan penelitian ini bagi peneliti yaitu untuk dapat memberi pengetahun dan pemaham terkait kelayakan suatu investasi dengan memanfaatkan penggunaan metode Capitas Asset Pricing Model (CAPM).

c. Bagi pihak lain, adapun kegunaan penelitian ini bagi pihak lain yaitu untuk dapat menambah pengetahuan dan bisa dijadikan sebagai bahan referensi, khususnya dalam melakukan kajian yang berkaitan dengan topik-topik yang dibahas dalam penelitian ini.

10 1.6 Sistematika Penelitian

Penelitian ini membutuhkan deskripsi penggambaran yang jelas, oleh karena itu terdapat susunan sistematika penulisan yang menjadi informasi terkait hal-hal yang akan dibahas pada setiap bab. Sistematika penulisan penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I Pendahuluan ini terdiri dari gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, identifikasi masalah serta rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II Tinjauan pustaka terdapat tinjauan pustaka yang berisi materi yang memiliki kaitan dengan topik dan variabel penelitan yang dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan kerangka pemikiran. Terdiri dari rangkuman teori, tabel penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab III Metode penelitian ini terdapat penjelasan terkait jenis penelitian, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, populasi, sampel, teknik dalam pengumpulan data, dan teknik untuk analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hasil penelitian dan dibahas dengan diuraikan dengan sistematis dan sesuai dengan identifikasi masalah serta tujuan penelitiannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab V Kesimpulan dan saran menyajikan kesimpulan atas hasil analisi data yang dilakukan yang menjawab pertanyaan penelitian pada identifikasi masalah serta peneliti memberikan masukan ataupun saran atas temuan hasil yang didapatkan oleh peneliti.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saham

2.1.1 Pengertian Saham

Interpretasi Bambang Riyanto (2015: 240) tentang saham adalah merupakan sebuah fitur yang berpartisipasi dalam suatu P.T. dalam industri yang bersangkutan, dan hasil dari penjualan saham yang ditanam dalam industri selama sisa hidup investor, meskipun itu bukan investasi permanen bagi pemegang saham itu sendiri karena pemegang saham dapat menjual sahamnya.

Berinvestasi adalah membuat komitmen saat ini untuk keuangan dan sumber daya lainnya dengan harapan menghasilkan keuntungan di masa depan. Investor yang saat ini membeli sejumlah saham dengan harapan dapat memetik keuntungan dari kenaikan harga saham atau berbagai deviden di masa mendatang. Mereka yang berpartisipasi dalam operasi investasi disebut sebagai investor. (Tandelilin, 2010)

2.1.2 Return Saham

Pengembalian aktual yang diperkirakan berdasarkan data historis dikenal sebagai pengembalian yang direalisasikan. Realisasi pengembalian yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dan sebagai dasar untuk prediksi pengembalian yang diharapkan atau pengembalian yang diharapkan dari investor di masa depan, dianggap penting. Pengembalian yang diharapkan, berbeda dengan realisasi yang telah terjadi, memiliki karakter yang belum terwujud.

Saham yang diprediksi akan mengungguli sebelum atau selama periode berikutnya disebut sebagai pengembalian yang diharapkan, karena ini adalah ekspektasi yang bisa lebih besar atau lebih buruk dalam kenyataan. Pengembalian rata-rata setiap periode di masa lalu didasarkan pada harapan individu. (Jogiyanto, 2015)

12 2.1.3 Risiko Saham

Selisih atau varians antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dan tingkat pengembalian yang sebenarnya (rate of return sebenarnya dicapai) dikenal sebagai risiko (Halim, 2015).

Menurut perspektif (Husnan, 2015), hampir semua jenis investasi memiliki beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian. Karena investasi harus dilakukan atau dilakukan, ada risiko bahwa pengembalian investasi tidak akan mencapai harapan.

Kurangnya pengembalian dari nilai atau nilai yang diharapkan, ketidakpastian pengembalian di masa depan, dan peluang kejadian sebaliknya adalah contoh risiko.

Berikut ini adalah bahaya yang akan dihadapi, menurut perspektif (Utami, 2015) : a. Tidak adanya pembayaran atau pembagian dividen.

Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan, yang mengeluarkan bagian dari keuntungan yang dibuat oleh perusahaan. Dividen hanya dibayarkan jika pemegang saham menyetujuinya dalam rapat umum pemegang saham, atau RUPS.

b. Kehilangan modal

Capital loss terjadi ketika investor harus menjual ekuitas pada harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Pada dasarnya, membeli dan menjual saham, terkadang untuk meminimalkan risiko kerugian besar yang terkait dengan jatuhnya pasar saham yang sedang berlangsung. Akibatnya, investor rela menjual saham dengan merugi, atau yang dikenal dengan istilah cut loss.

c. Kekhawatiran Likuiditas

Saham perusahaan akan secara otomatis dikeluarkan dari bursa jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, sesuai dengan undang-undang pencatatan saham Bursa Efek.

2.1.4 Tingkat Pengembalian Saham Individu

Berdasarkan perspektif (Tandelilin, 2010) tingkat pengembalian adalah satu dari berbagai faktor yang memberikan motivasi investor dalam berinteraksi serta juga termasuk dalam imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan.

13 𝑅𝑑 = 𝑃tβˆ’ 𝑃t-1

𝑃t-1

Keterangan rumus :

Pt = value atau nilai investasi pada saat t Pt-1 = value atau nilai investasi ketika t-1 Rt = total return pada saat t

Total return dapat memiliki nilai positif ataupun nilai negatif. Investor akan mendapatkan keuntungan apabila total return memiliki nilai positif dan akan mendapatkan kerugian apabila total return memiliki nilai negatif.

2.1.5 Tingkat Pengembalian Pasar

Berdasarkan perspektif (Suad, 2015) tingkat pengembalian pasar yaitu pengembalian yang didapatkan investor dari hasil investasi pada berbagai saham yang tercermin dari perubahan indeks harga dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan perspektif (Martalena, 2016) Indeks harga saham ialah merupakan indikator yang memperlihatkan pergerakan kedinamisan harga saham.

Indikator tren pasar sebagai fungsi dari indeks memiliki makna pergerankan indeks menunjukan kondisi suatu pasar, apakah pasar sedang aktif atau sebaliknya pasar sedang lesu. Sedangkan menurut (Jogiyanto, 2015) formula dari tingkat pengembalian pasar yaitu dibawah ini :

π‘…π‘š = π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘  π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ 𝑑 βˆ’ π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘  π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ t-1

π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘  π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ t-1

Keterangan rumus :

Indeks Pasar t = Nilai IHSG saat waktu ke-t Indeks Pasar t-1 = Nilai IHSG saat waktu ke-t-1

Rm = return pasar saat waktu ke-t (t= bulan, minggu, hari, dan lain-lain)

2.1.6 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko

Tingkat pengembalian bebas risiko untuk penelitian ini yaitu dengan rata-rata BI 7-day (reverse) Repo Rate yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan perspektif (Keown et al., 2014) tingkat pengembalian bebas risiko adalah pengembalian yang diperoleh investor based on perjanjian yang sudah disetujui tanpa adanya risiko. Berdasarkan perspektif (Husnan, 2015) menerangkan bahwa tingkat

14 pengembalian bebas risiko ialah ukuran tingkat pengembalian minimum pada waktu risiko beta (𝛽𝑖) yang memiliki value atau bernilai nol.

𝑅𝑓 =βˆ‘ 𝑅𝑓 𝑁

Tingkat pengembalian bebas risiko diwakilkan oleh BI 7 days Repo Rate yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (Jogiyanto, 2015).

2.2 CAPM

2.2.1 Pengertian CAPM

CAPM didefinisikan sebagai kumpulan prakiraan untuk proyeksi laba bersih atas aset yang berisiko. CAPM adalah model keterkaitan yang memprediksi pengembalian yang diharapkan atas investasi berisiko dalam lingkungan pasar yang seimbang. Pengembalian yang diharapkan oleh investor yang telah berinvestasi dalam saham tunduk pada risiko sistematis yang terkait dengan saham tersebut, sebagaimana dihitung oleh CAPM. Semakin besar risiko sistemik, jika ada, semakin baik kemungkinan mencapai keuntungan. Tujuan utama CAPM adalah untuk menentukan pengembalian yang diharapkan dari investasi berbahaya sambil meminimalkan risiko.

CAPM juga dapat membantu investor dalam memperkirakan risiko yang terkait dengan portofolio yang tidak dapat melakukan diversifikasi dan membandingkannya dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (rate of return). (Wihartati, 2021) Berdasarkan formula CAPM yaitu :

𝐸(𝑅𝑖) = 𝑅𝑓 + [𝐸(𝑅m) βˆ’ 𝑅𝑓] 𝐡𝑖 Keterangan rumus :

Rf = Average return bunga investasi bebas risiko 𝛽𝑖 = Ukuran risiko saham ke-i

E (Rm) = tingkat pengembalian rata-rata pasar

E (Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan terhadap sekuritas i

2.2.2 Asumsi-Asumsi CAPM

Berdasarkan perspektif (Bodie et al., 2015) CAPM memperkirakan ikatan antara risiko dan tingkat pengembalian yang diinginkan pada saat keadaan pasar ekuilibrium pada aset berisiko.

15 Hipotesis-hipotesis dalam CAPM diantaranya yaitu :

1. Karena perdagangan individu mereka, investor tidak dapat mempengaruhi harga.

2. Berdasarkan portofolio mereka, semua investor memiliki ekspektasi pengembalian dan standar deviasi yang sama.

3. Pada tingkat bunga bebas risiko, setiap investor dapat meminjamkan sejumlah uang tertentu atau meminjam dalam jumlah yang tak terhitung.

4. Dengan menggunakan metode mean-variance yang optimal, semua investor dapat membuat portofolio mereka lebih efisien.

5. Investasi memaksimalkan kekayaan atau aset dengan memaksimalkan utilitas yang diproyeksikan selama periode waktu yang sama.

6. Tidak ada biaya transaksi atau pajak penghasilan.

7. Investor memiliki peran sebagai price taker

8. keseluruhan aset beresiko diperdagangkan secara publik atau umum

2.2.3 Beta Pasar

Risiko fluktuasi harga saham di pasar diukur dengan beta (Ξ²). Dengan kata lain, beta adalah standar deviasi pengembalian saham jika dibandingkan dengan pengembalian pasar. Pemisahan kovarians dan varians dapat digunakan untuk menghitung beta (Ξ²). Beta (Ξ²) secara alternatif dapat didefinisikan sebagai hubungan antara pasar dan pengembalian saham. (Turlinda, 2020)

Metrik risiko yang sesuai atau relevan yang tidak dapat tersebar di seluruh

Metrik risiko yang sesuai atau relevan yang tidak dapat tersebar di seluruh

Dokumen terkait