• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG

Dalam dokumen J00830 (Halaman 35-39)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTRUKTIVISTIK

LATAR BELAKANG

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola

pendidikan khususnya.

Sekolah adalah tempat mengajarkan anak bahwa berpikir adalah merupakan segala aktivitas mental dalam usaha memecahkan masalah, membuat keputusan, memaknai sesuatu, pencarian jawaban dalam mendapatkan suatu makna. Sekolah adalah juga tempat seseorang untuk belajar menggunakan pikiran dengan baik, tempat pemikiran-pemikiran penting bersumber dan tempat pembiasan belajar. Pola pikiran tinggi dibentuk berdasarkan cara berpikir kritis dan kreatif. Sebagian dari orang tua dan pendidik sepakat bahwa dalam masyarakat sekarang anak-anak sangat memerlukan keahlian pola berpikir tinggi. Berpikir kreatif adalah keharusan, dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan.

Berpikir adalah suatu aktivitas yang bertujuan tertentu serta proses pengorganisasian yang digunakan untuk menguasai dunia. Berpikir kritis diartikan sebagai proses pencarian secara sistematikal terhadap pikiran itu sendiri. Tidak hanya sekedar merefleksi tujuan tapi lebih dari satu ujian bagaimana kita dan yang lain menemukan suatu bukti dan logis. Berpikir kritis dan kreatif diterapkan siswa untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi tantangan, memecahkan masalah secara inovatif dan mendisain solusi yang mendasar.

Anita Woolfolk (2005:323) mengemukakan definisi pendekatan konstruktivistik sebagai "... pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami." Definisi lain tentang pendekatan konstruktivistik "... pendekatan konstruktivistik merujuk kepada asumsi bahwa manusia mengembangkan dirinya dengan cara melibatkan diri baik dalam kegiatan secara personal maupun sosial dalam membangun ilmu pengetahuan"

Asal kata konstruktivisme yaitu "to construct" berarti "membentuk". Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.

Hasil dari proses belajar merupakan kombinasi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Individu dapat dikatakan telah menempuh proses belajar apabila ia telah

membangun atas bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.

Hasil dari proses belajar merupakan kombinasi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Individu dapat dikatakan telah menempuh proses belajar apabila ia telah membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru dengan cara melakukan penafsiran atau interprestasi baru terhadap lingkungan sosial, budaya, fisik dan intelektual tempat mereka hidup.

Belajar dalam pandangan ahli konstruktivis terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu. Berdasarkan pandangan ini, tugas seorang guru atau dosen adalah menciptakan lingkungan belajar yang sering diistilahkan sebagai "scenario of problems", yang mencerminkan adanya pengalaman belajar yang otentik atau nyata dan dapat diaplikasikan dalam sebuah situasi yang sesungguhnya.

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar kognitif. Tujuan penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi atau materi pelajaran. Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) dan konsep belajar bermakna (meaningful learning). Kedua metode pembelajaran ini berada dalam konteks teori belajar kognitif.

Bagi para ahli konstruktivistik, belajar merupakan pemaknaan terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh individu. Pendidikan harus dipandang sebagai sebuah proses rekonstruksi pengalaman yang berlangsung secara kontinyu. Siswa membangun pengetahuan baru melalui peristiwa yang dialami setiap saat. Pemberian makna terhadap pengetahuan diperoleh melalui akumulasi makna terhadap peristiwa yang dialami.

Duffy dan Cunningham dalam Jonassen (2001) mengemukakan dua hal yang menjadi esensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran.

(1) Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan.

(2) Pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan. Proses belajar yang berlandaskan pada teori belajar konstruktivis dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh pengalaman belajar

yang dapat digunakan untuk membangun makna terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari.

Gagnon dan Collay dalam Cruickshank dkk. (2006) berpendapat bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan manakala dia terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Contoh aktivitas pembelajaran yang menandai siswa melakukan konstruksi pengetahuan terdiri atas beberapa bentuk kegiatan, yaitu:

(1) Merumuskan pertanyaan secara kolaboratif, (2) Menjelaskan fenomena yang dilihat,

(3) Berpikir kritis terhadap tentang isu-isu yang bersifat kompleks, dan (4) Mengatasi masalah yang sedang dihadapi

Pembelajaran konstruktif telah menjadi gerakan di lingkungan pendidikan terutama di sekolah dasar melalui program MBS. Oleh karena itu Progdi S1 PGSD sebagai penghasil guru SD juga harus mempersiapkan guru yang mampu mengelola pembelajaran konstruktif. Hasil evaluasi diri Program Studi S1 PGSD menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini belum sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan khusus mahasiswa, oleh karena jumlah mahasiswa yang besar dan bervariasi memang memerlukan model-model pembelajaran yang lebih mampu mengakomodasi belajar mereka. Di samping itu perkembangan pesat di bidang teknologi pembelajaran, termasuk berkembangnya berbagai model pembelajaran yang kokoh bangunan teorinya, telah teruji melalui berbagai penelitian dan telah memiliki panduan pelaksanaan yang baku, belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para dosen Program Studi S1 PGSD. Pengembangan model pembelajaran konstruktif ini diharapkan akan berdampak bagi peningkatan kemampuan dosen Progdi S1 PGSD baik dalam mengelola perkuliahan, merancang dan mengujicobakan model-model pembelajaran inovatif lainya maupun dalam melakukan perbaikan perkuliahan pada umumnya.

Tujuan Pengembangan

Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktif ini adalah untuk mendeskripsikan best/good practices Perkuliahan Statistik Pendidikan dalam rangka peningkatan prestasi belajar mahasiswa Pokok Bahasan Populasi dan Sampel. Dengan demikian tujuan dari ujicoba Model Pembelajaran Konstruktif pada Mata Kuliah Statistik Pendidikan ini adalah:

1. Memperbaiki kualitas proses pembelajaran dalam Perkuliahan Statistik Pendidikan program studi PGSD dengan meng-ujicobakan Model Pembelajaran Konstruktif yang dipandang relevan dengan hakikat

pendidikan ke-SD-an.

2. Menghasilkan Model Perkuliahan Berbasis Konstruktif yang terbukti

efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran Mata Kuliah Statistik Pendidikan di program studi PGSD.

Dalam dokumen J00830 (Halaman 35-39)

Dokumen terkait