• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Dalam dokumen J00830 (Halaman 102-106)

DALAM PENDIDIKAN KARAKTER *)

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu Slavin (1994) menjelaskan bahwa performa mengajar guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan profesional dan keterampilan sosial. Sedang Borich (1990) menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas ditandai oleh penguasaan materi pelajaran, kemampuan penyampaian materi pelajaran, keterampilan pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan keramahan guru terhadap siswa. WF Connell (1972) menyebut tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Oemar Hamalik, tugas dan tanggung jawab guru meliputi 11 macam, yaitu: guru harus menuntun murid-murid belajar, turut serta membina kurikulum sekolah, melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah), memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar, menyelenggarakan penelitian, mengenal masyarakat dan ikut aktif di dalamnya, menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila, turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia, turut mensukseskan pembangunan, dan tanggungjawab meningkatkan profes- sional guru.

Pandangan-pandangan di atas menegaskan bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung

jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat. Guru bukan hanya pendidik akademis tetapi juga merupakan pendidik karakter, budaya, dan moral bagi para peserta didiknya. Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui peserta didik dan seharusnya diketahui oleh peserta didik.Tugas manusiawi adalah tugas- tugas membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Jelas bahwa Guru adalah frontliner dalam peningkatan mutu

pendidikan karakter, budaya, dan moral. Kesejahteraan suatu bangsa yang ditopang oleh pilar kemajuan teknologi dan ekonomi sangat bergantung pada kemajuan pendidikan karena sistem yang dibangun suatu negara tidak akan berhasil tanpa dukungan SDM yang berkualitas. Peran guru menjadi sangat esensial dalam perspektif pengembangan karakter bangsa melalui proses pendidikan yang berkualitas.

Hal hal yang perlu dilakukan oleh Guru dalam proses pendidikan karakter menurut Akin dkk (1995) adalah sebagai berikut:

a) Menjadi Model Perilaku bagi Peserta Didik

Perlakukan siswa dengan kasih sayang dan rasa hormat, berikan

contoh yang baik.

Bagikan keyakinan-keyakinan moral Anda dengan para siswa

Ceriterakan layanan kemasyarakatan yang telah Anda lakukan

Rumuskan tujuan tujuan akademis dan moral yang jelas bagi kelas

Anda

Sajikan pembelajaran yang terencana dengan baik

Mengajarlah dengan antusias

Kembalikan pekerjaan siswa sesegera mungkin

Jangan menggosip tentang siswa atau teman sekerja

Tunjukkan tenggangrasa terhadap guru lain

b) Menggunakan kata-kata untuk Membangun Karakter

Nyatakan pembinaan karakter dalam kalimat anjuran yang positif,

seperti : "datanglah tepat waktu", "perlakukan teman lain secara adil", " lakukan yang terbaik", "jaga perkataan kamu" dll. Hindari penggunaan kata-kata negatif seperti "jangan terlambat", "jangan nakal", dan "jangan pernah ingkar janji".

Ajarkan nilai secara langsung. Gunakan kata-kata seperti layak

dipercaya, hormat, tanggungjawab, peduli dsb, tuliskan dan definisikan, identifikasi perilaku yang terkait dengan nilai tersebut dan beri kesempatan siswa untuk mempraktikkan perilaku-perilaku tersebut.

c) Menciptakan/Memanfaatkan Lingkungan

Bantulah siswa untuk mengenal satu sama lain, saling hormat dan

peduli satu sama lain, dan mengalami perasaan sebagai bagian dari kelompok

Melalui belajar kooperatif ajari siswa untuk saling menolong satu sama lain dan bekerja sama.

Tunjukkan gambar, foto-foto orang ternama, poster-poster, dan

kutipan-kutipan pendapat yang mencerminkan tujuan moral yang tinggi dan tujuan-tujuan dari kelas Anda.

Ajarkan nilai bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat.

d) Mengembangkan ketrampilan Peserta Didik

Tanamkan nilai-nilai kewarganegaraan dengan melakukan rapat

kelas, untuk mendiskusikan masalah yang muncul

Libatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan berbagi

tanggungjawab dalam mewujudkan kelas sebagai tempat yang positif untuk belajar

Ajarkan proses pengambilan keputusan yang mendorong siswa

untuk membuat pilihan sadar di antara berbagai pilihan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bukan saja dari segi keefektifan relatifnya dalam mencapai tujuan, namun juga dari sisi konsekuensi moralnya.

Ajarkan ketrampilan untuk mendengar, berkomunikasi,

kepedulian (assertiveness), memecahkan masalah, resolusi

konflik dan mengelola penolakan atau resistensi.

Beri kesempatan pada siswa untuk membuat pilihan

Gunakan subyek akademik sabagai sarana untuk menguji isu-isu

Doronglah siswa untuk melakukan refleksi moral dengan jalan

membaca, menulis dan diskusi

Beri siswa kesempatan untuk merespon isu-isu moral.

Pada sisi lain, di Indonesia selama ini pendidikan karakter

dilaksanakan juga melalui pendidikan kecakapan hidup atau Life Skills

Education. Life skills education merupakan salah satu pendekatan dalam pendidikan yang banyak digunakan untuk membantu perkembangan anak dan remaja. Empat komponen penting dan mendasar dalam pendidikan karakter, yang tercakup di dalam life skills education adalah 1) pemahaman akan siapa aku; 2) pemahaman akan apa tujuan hidupku; 3) pemahaman akan siapa orang-orang yang ada di sekitarku; dan 4) keterampilan untuk membuat suatu keputusan melalui berpikir kritis dan pemecahan masalah. Peran guru dalam pendidikan karakter melalui life skill education

tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman diri. Pemahaman diri merupakan dasar dari pembentukan karakter. Pemahaman diri menyadarkan individu bahwa setiap manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan dianugerahi kelebihan dan kekurangan masing- masing. Setiap manusia berbeda dari manusia yang lain. Oleh karena itu setiap manusia adalah unik. Keunikan manusia harus disyukuri, dihargai serta dihormati. Cinta kasih Tuhan YME yang tanpa syarat merupakan dasar dari penciptaan Tuhan akan manusia dan alam sekitar. Sebagai rasa hormat kepada sang pencipta, maka manusia juga harus menghormati seluruh ciptaanNya, yaitu diri sendiri, manusia lain dan alam sekitar. Dengan memahami "Siapa Aku" maka manusia menjadi lebih bisa bersikap rendah hati, tidak sombong, percaya diri, berpikir positif, peduli akan lingkungan, disiplin, menahan emosi dan mengontrol diri, serta bertanggung jawab dalam bersikap dan berperilaku.

2) Membantu siswa memahami tujuan hidupnya. Menurut Raths (dalam Seifert, 1983) salah satu cara untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang dihayati oleh siswa adalah dengan meminta siswa untuk mengekspresikan dan menjawab pertanyaan "apa tujuan hidup mereka". Apa yang ingin dicapai dalam jangka waktu dekat dan apa yang ingin dicapai dalam jangka panjang? Apa yang biasanya dilakukan dalam waktu senggang? Apa kegiatanya sehari-hari? Apa yang ia suka dan tidak suka? Apa yang seringkali ia takutkan dan dijadikan pertimbangan dalam melakukan kegiatan? Pertanyaan- pertanyaan tersebut membantu siswa untuk merefleksikan dan meninjau kembali apa makna kehidupan bagi dirinya. Pertanyaan tersebut juga mengajak siswa untuk merefleksikan apakah tujuan hidup yang dipilihnya

3) Membantu siswa memahami orang-orang di sekitarnya. Manusia adalah mahluk individual yang bebas dalam memilih dan menentukan kehidupannya, dan sekaligus manusia adalah mahluk sosial yang ada dan hidup di antara manusia-manusia lain, dan tergantung dari manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam menentukan pilihan hidupnya dan memenuhi kebutuhannya, manusia harus selalu mempertimbangkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain menjadi komponen yang sangat penting sebagai mahluk sosial. Hal ini berarti bahwa rasa hormat dan penghargaan akan keberadaan orang lain menjadi sangat penting. Demikian juga kesadaran bahwa norma-norma serta adat istiadat di mana manusia berada dan tinggal, harus dihargai dan dihormati.

4) Membimbing siswa agar mampu membuat keputusan. Dalam setiap sisi kehidupan manusia selalu dihadapkan pada pilihan untuk kemudian ia harus membuat suatu keputusan, karena membuat keputusan merupakan satu cara untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Manusia juga harus menyadari bahwa keputusan yang dibuat selalu diikuti oleh konsekuensi. Membuat keputusan bukanlah suatu hal yang mudah, dan membutuhkan suatu keterampilan tersendiri. Dalam membuat keputusan, diperlukan kemampuan berpikir kreativitas serta kemampuan untuk memecahkan masalah. Ketrampilan membuat keputusan dapat dikembangkan melalui berbagai latihan. Faktor penting dalam membuat keputusan adalah informasi dan pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Dengan memperoleh informasi dan pengetahuan yang cukup, maka manusia dapat membuat keputusan dengan konsekuensi yang paling kecil dan ringan.

FAKTOR PENDUKUNG PERWUJUDAN PERAN GURU DALAM

Dalam dokumen J00830 (Halaman 102-106)

Dokumen terkait