• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

4. Analisis Data

Di satu pihak, kadang-kadang penyajian hasil penelitian disatukan dengan analisis data, yang pada hakikatnya merupakan analisis terhadap hasil-hasil penelitian. Di lain pihak ada kalanya kedua hal tersebut diatas dipisahkan, sehingga penyajian hasil penelitian sifatnya adalah semata-mata deskriptif. Dalam hal ini ada suatu kemutlakan untuk memakai salah satu cara, atas dasar bahwa cara tersebut lebih baik daripada cara lainnya, bahkan adanya sponsor penelitian secara tegas menghendaki suatu format penyajian hasil penelitian dana analisis data.55

Pada penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan nara sumber hingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

55Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Op. Cit., hal. 136.

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PEMBENARAN ABORSI

A. Tahap Perkembangan Janin

Dalam Al-Quran dan hadis diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap penciptaan fisik atau jasad manusia dan tahap non fisik berupa peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dalil-dalil ini lah yang kemudian menjadi bahan acuan dan rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia dimulai, yang juga akan menjadi dasar dalam menjawab masalah aborsi.56

Istilah janin dalam bahasa Arab secara harfiah berarti berarti sesuatu yang diselubungin atau ditutupi. Jadi dari definisi itu janin berarti sesuatu yang akan terbentuk dalam rahim wanita dari saat pembuahan sampai kelahirannya.57 Adapun tahap-tahap perkembangan janin, yaitu :

1. Tahap Nuthfah

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa nuthfah adalah sperma laki-laki yang memancar ke dalam rahim perempuan, karena Allah SWT telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa :58

“Maka hendaklah manusia memperhatikan diri apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar” (QS. Ath Thaariq (86): 5-6)

56Maria Ulfah Anshor, Op. Cit., hal. 24.

57Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Loc. Cit.

58Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, Cendikia Sentra Muslim, Jakarta, 2004, hal.24.

2. Tahap Alaqah

Dalam bahasa Arab, kata alaqah berarti sesuatu yang melekat kepada sesuatu yang lain. Kata alaqah juga mempunyai arti yang jarang digunakan di dalam bahasa Arab dan itu adalah darah yang menggumpal atau membeku.59Ibnu Jauzi berpendapat alaqah adalah sejenis darah yang bergumpalan dan kental. Pendapat beliau mendekati kebenaran karena alaqah memang bukan darah, melainkan sesuatu yang menyelam dalam darah karena pada fase ini alaqah menggantung pada dinding rahim.60

3. Tahap Mudghah

Kata mudghah dalam bahasa Arab berarti gumpalan yang telah dikunyah, atau sesuatu yang dikunyah.61 Ibnu hajar mengatakan bahwa mudghah adalah potongan (segumpal) daging. Dinamakan mudghah karena bentuknya yang menyerupai gumpalan sesuatu.62 Pada minggu ke empat atau setelah dua puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan munculnya anggota-anggota tubuh terpenting. Oleh karena itu, ilmu kedokteran menyatakan bahwa minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh63

Tiga tahap ini (nuthfah, alaqah, dan mudghah) masing-masing memakan waktu empat puluh hari sebelum beralih ke fase selanjutnya. Apabila janin telah

59Muhammad Ali Albar, Penciptaan Manusia Kaitan Ayat-ayat Al-quran dan Hadist Dengan Ilmu Kedokteran, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004,hal. 68.

60Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat Penciptaan Manusia), Tiga Serangkai, Solo, 2006, hal. 64.

61Muhammad Ali Albar, Op. Cit., hal. 79.

62Abu Abdurrrahman Adil Bin Yusuf Al-Azazi, Op. Cit., hal. 21.

63Muhammad Izzuddin Taufiq, Op. Cit., hal. 69.

mencapai masa 120 hari, maka ditiupkanlah kepadanya ruh dan menjadi ciptaan yang baru.64 Pendapat yang dipegang mayoritas ahli tafsir dan ahli fikih adalah bahwa penciptaan dan pembentukan janin terjadi pada fase mudghah dan sesudahnya, bukan pada fase sebelumnya.

4. Tahap tulang- belulang

Setelah berbentuk gumpalan daging, janin memasuki proses pembentukan tulang-belulang, kemudian tulang-belulang tersebut di kelilingi atau dibungkus dengan daging. Inilah yang dimaksud firman Allah dalam Q.S Al-Mu’minun (23): 14 :

“…maka segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”

5. Tahap pemberian nyawa

Setelah melalui proses perkembangan, mulai dari nutfah, alaqah, mudghah, sampai tahap ini, pertumbuhan kandungan sampai ke tahap penyempurnaan, yaitu dengan meniupkan ruh ke dalam jasad janin sehingga sempurnalah janin itu menjadi “bayi”. Proses perkembangan penciptaan manusia yang demikian itu berjalan selama kurang lebih 9 bulan. Dalam Al-Quran tidak terlihat secara esplisit menyatakan kapan janin disebut sebagai manusia atau tepatnya ruh masuk ke dalam janin. Pada ranah ini lah yang menjadi perdebatan di kalangan

64Abbas Syauman, Op. Cit., hal. 27.

fuqaha. Mengenai kapan waktunya roh itu ditiupkan kebanyakan dari mereka menyandarkan pendapatnya dari dalil yang bersumber dari hadis.65

Bukan hanya hak hidup yang harus dilindungi, tetapi juga hak untuk hidup.

Janin atau bakal janin juga sama-sama punya hak untuk hidup karena ia juga manusia potensial. Sementara aborsi termasuk pada tindakan memangkas hak untuk hidup si janin. Karena itu, perempuan yang menggugurkan kandungannya, selain tujuan menyelamatkan nyawa perempuan itu, berarti telah melanggar hak asasi manusia.66

Seperti yang dikemukan oleh Al-Quran, dalam hukum Islam menetapkan bahwa janin memiliki hak untuk hidup. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa semua mazhab memerintahkan untuk menunda pelaksanaan hukum mati bagi seorang wanita hamil sampai setelah dia melahirkan.67

B. Sejarah Aborsi

Persoalan aborsi tidak dapat dipandang secara sederhana. Dari sudut pandang agama, aborsi secara tegas dinyatakan sebagai praktik yang dilarang. Tidak jauh berbeda dengan perspektif agama, aborsi dari segi moral juga dinilai sebagai tindakan asusila, karena secara substansial aborsi tidak lebih dari bentuk pembunuhan janin yang tidak berdosa. Sementara itu, dari aspek kesehatan, aborsi dipandang sebagai langkah untuk menekan dan bahkan mencegah angka kematian ibu yang masih relatif

65Maria Ulfah Anshor, Op. Cit., hal. 21.

66Asep Saefullah, http://pedangsantri.blogspot.com/2009/02/membendung-legalisasi-aborsi.html, Diakses tanggal 25 Juni 2012.

67Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Op. Cit., hal. 139.

tinggi terutama di Indonesia.68Masalah aborsi bukanlah masalah yang baru. Ia sudah ada sejak zaman purba/kuno. Yang membedakan hanyalah kadarnya yang semakin lama semakin intens, searah dengan perkembangan teknologi yang semakin memudahkan pelaksanaan aborsi dengan resiko kematian ibu yang semakin kecil.69

Pada Akhir abad ke 18 M, berkembanglah di Eropa sebuah pemikiran yang dipelopori oleh pendeta bernama Malicus, ia menulis sebuah makalah berjudul

”populasi penduduk dan dampaknya dalam masa depan bangsa“ pada tahun 1213 H / 1798M. Ia berpendapat bahwa pertambahan populasi penduduk yang begitu pesat.

Oleh karenanya negara terancam kelaparan bila hal ini terus di lestarikan, maka ia mengajak kepada pembatasan keturunan dengan jalan memakai gaya hidup rahib (tidak menikah), atau mengakhirkan proses perkawinan sampai populasi penduduk tidak bertambah pesat. Teori malicus ini diikuti oleh masa berikutnya akan tetapi dengan menggunakan alat-alat pembatasan keturunan. Gerakan ini terus berkembang di Amerika dan disambut hangat dari kalangan penduduk dan negara, sehingga hal ini menjadi tradisi umum sampai terjadi perang dunia pertama tahun 1914 -1918 H. lalu berubahlah persepsi masyarakat disebabkan masuknya wanita ke lapangan-lapangan kerja dan buruh, berangkat dari sinilah berkembang beraneka ragam pencegah kehamilan.70 Kemudian mendapatkan sambutan yang baik.yang kemudian tersiar di

68Istibsjaroh, Op. Cit., hal. 3.

69CB. Kusmaryanto, Op. Cit., hal. 19.

70Tengku Azhar, http://kaferemaja.wordpress.com/2008/10/07/aborsi-dalam-analisa-fiqh-islam/,diakses 19 Mei 2012.

Negara Amerika. Padahal,pada mulanya timbul banyak pertentangan baik dari masyarakat maupun pemerintah.

Ramuan obat-obatan untuk menggugurkan kandungan sudah dikenal sejak zaman kekaisaran China kuno.71Ibn Sina yang nama lengkapnya Abu Ali Al-Husayn Ibn ‘Abd Allah Ibn Sina (980-1037), seorang dokter Persia, ilmuan dan filsuf Islam paling terkenal, dalam bidang kedokteran. Dalam bukunya “Kaidah-kaidah Kedokteran”, ia menjelaskan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan dalam keadaan gawat untuk menyelamatkan nyawa ibunya.72 Ibnu Sina dalam kitab Al Qanun mengatakan bahwa terkadang pada kondisi tertentu dibutuhkan untuk melakukan aborsi di antaranya ketika wanita yang hamil masih terlalu belia sehingga ditakutkan akan membahayakan apabila ia melahirkan. Juga ketika terdapat penyakit dalam rahim seperti penyakit kanker rahim sehingga menyusahkan keluarnya jabang bayi.73

Perdebatan mengenai aborsi selalu terjadi dari zaman ke zaman, baik berdasarkan alasan religius maupun sipil. Henry de Bracton adalah orang pertama yang menulis hukum sipil mengenai aborsi. Ia adalah salah seorang hakim dari raja Inggris Hendrik III. Ia wafat tahun 1628. Menurutnya, aborsi dilarang bila pelaksanaannya terjadi sesudah janin terbentuk atau sudah mendapatkan nyawa/jiwa, yakni sejak adanya tanda-tanda pergerakan janin. Zaman berganti dan pergerakan demi pergerakan datang silih berganti. Pandangan mengenai aborsi lambat laun juga mengalami tekanan perubahan. Pergerakan untuk melonggarkan kembali aborsi mulai

71CB. Kusmaryanto, Loc. Cit.

72Ibid., hal. 20.

73Tengku Azhar, Loc. Cit.

pada tahun 1950-an. Pada tahun 1952 diadakan suatu konfersi untuk mengganti persyaratan aborsi. Selama ini aborsi hanya boleh dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, dan sekarang ingin diperluas supaya aborsi boleh dilakukan demi kesehatan jiwa si ibu.74

Sama seperti di bagian dunia lainnya masalah aborsi di Indonesia juga bukan masalah yang baru. Sejak lama sudah terdapat obat-obatan tradisionil yang berkhasiat untuk menggugurkan kandungan.75 Sepanjang sejarah umat manusia, aborsi sering ditemukan di berbagai tempat dan kebudayaan. Tetapi secara umum dapat dikatakan, dulu aborsi hampir selalu dipraktikan di luar profesi medis atau di pinggiran profesi medis oleh dukun.76

Persamaan antara aborsi dengan pembunuhan terletak pada dampak menghilangkan nyawa yang telah siap atau berpotensi untuk berpartisipasi dalam tugas kekhilafan. Akan tetapi ironisnya alasan pelaku aborsi jauh lebih buruk daripada alasan mereka yang melakukan pembunuhan bayi pada masa lampau.

Padahal masyarakat abad dua puluh sudah mendendangkan hak-hak asasi manusia dengan suara yang jauh lebih nyaring daripada sebelumnya. Paling tidak ada tiga alasan yang diisyaratkan Al-Quran dan Sunnah bagi pembunuhan bayi pada masa jahiliyah yang lampau. Pertama, orang tua khawatir terjatuh dalam lembah kemiskinan dengan menanggung biaya hidup anak-anak perempuan yang lahir, apalagi menurut mereka anak perempuan tidak produktif. Kedua, anak-anak

74Ibid., hal. 31.

75Ibid., hal 36.

76K. Bertens, Op. Cit., hal. 5.

dikhawatirkan jatuh dalam lembah kemiskinan, jika mereka dewasa kelak. Al-Quran mengingatkan bahwa, “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka (anak-anak itu) dan juga kepadamu” (QS. Al-Isra [17] : 31). Ketiga, khawatir menanggung aib akibat ditawan dalam peperangan sehingga diperkosa. Maka apabila salah seorang diantara mereka tentang kelahiran anak perempuan, hitamlah (mukanya merah padam) dan dia sangat marah (QS. Al-Nahl [16] : 58)77

Pelaku aborsi pada masa Jahiliah modern, sebagian melakukannya bukan karena takut miskin, baik menyangkut dirinya sekarang, maupun menyangkut anaknya kelak. Tetapi perbuatan keji itu mereka lakukan pada umumnya untuk menutup malu yang menimpa mereka. Pada masa Jahiliah yang lampau, anak dibunuh oleh mereka yang tidak berpengetahuan belum juga mengenal apa yang dinamakan hak asasi manusia. Sekarang, anak dibunuh oleh ibu bersama dokter ahli dan bidan.78

C. Pengertian Dan Jenis Aborsi

Kata “aborsi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu abortion, dan bahasa latin abortus. Secara etimologis ia berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam pengertian terminologis sebagaimana yang didefinisikan para ulama adalah pengguguran janin yang dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum masa kehamilannya sempurna, baik dalam keadaan hidup maupun mati sebelum si janin bisa hidup di luar kandungan, namun sebagian anggota tubuhnya telah

77M. Quraish Shihab, Secerah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran, Penerbit Mizan, Bandung, 2007, hal. 288.

78Ibid.

terbentuk.79Dalam istilah moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yang mengakibatkan kematian janin, yang terjadi sejak pembuahan sampai pada kelahirannya.80

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah :

1. terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum hasil bulan keempat dari kehamilan); atau keguguran.

2. keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup) 3. guguran (janin)81

Dalam istilah ahli fikih, penggunaan kata ijhadh (aborsi), yaitu menggugurkan kandungan yang kurang kejadiannya atau kurang masanya. Hanya saja, ahli fikih membedakan antaranya jatuhnya kandungan secara tidak sengaja dan karena perbuatan seseorang. Menurut mereka, yang kedua adalah tindak kejahatan yang mengakibatkan hukuman berbeda dengan yang pertama. Para ahli fikih sering menyebut ijhadh dengan kata-kata sinonimnya seperti isqath, ilqa, tharah, dan imlash.82

Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran terlihat adanya keseragaman pendapat meskipun tuturan bahasa yang berbeda, diantaranya aborsi dilakukan dengan membatasi usia maksimal kehamilan sekitar 20 minggu atau sebelum janin

79Istibsjaroh, Op. Cit., hal. 20.

80CB. Kusmaryanto, Op. Cit., hal. 12.

81Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan II, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal. 2.

82Abbas Syauman, Op. Cit., hal. 60.

mampu hidup di luar kandungan. Lebih dari usia tersebut tidak tergolong aborsi, tetapi disebut pembunuhan bayi yang sudah mampu hidup diluar kandungan.83

Dalam istilah medis aborsi terdiri dari dua macam, yaitu aborsi spontan (abortus spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus). Pertama, aborsi spontan (abortus spontaneus) ialah aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab tertentu maupun karena sebab tertentu. Dalam istilah fikih disebut isqath al-afwu yang berarti aborsi yang dimaafkan. Pengguguran yang terjadi seperti ini tidak memiliki akibat hukum apapun. Aborsi spontan dalam ilmu kedokteran terbagi dalam beberapa macam.84 Kedua, aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ialah aborsi yang terjadi secara sengaja karena sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang melatarbelakanginya.85Aborsi jenis ini mencakup dua varian yaitu :

1. aborsi therapeutic adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai penyelamatan terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan kehamilan dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukkan gejala seperti itu, umpamanya wanita itu penyakit jantung, ginjal dan penyakit

83Maria Ulfah Anshor, Op. Cit., hal. 33.

84Ibid, 36.

85Ibid., 37.

jiwa.86 Disini sebenarnya terjadi suatu konflik hak antara berbagai pihak, yakni hak hidup janin yang ada dalam kandungan, hak hidup si ibu.87

2. aborsi provokatus criminalis, yaitu aborsi dilakukan bukan atas dasar indikasi medis. Biasanya aborsi semacam ini dilakukan karena kehamilan yang tidak dikehendaki, baik karena alasan ekonomi maupun kehamilan sebagai akibat pergaulan bebas. Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan oleh hukum dan dianggap sebagai tindakan kejahatan.88 Tentu saja apa yang disebut aborsi kriminalis di suatu negara tidak selalu sama dengan yang berlaku di negara lain. Di beberapa negara, aborsi yang dilakukan sebelum berumur 3 bulan tidak dilarang, sedangkan di Indonesia semua bentuk aborsi, kecuali karena alasan indikasi medis adalah aborsi kriminalis.89

Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih, karena tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguguran kandungan dilakukan dalam usia kehamilan nol minggu, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama sebagai aborsi. Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh Ibrahim Al Nakhai, “aborsi adalah penguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah berbentuk sempurna ataupun belum”.90

86Iman Jauhari, Op. Cit., hal. 54.

87CB. Kusmaryanto, Op. Cit., hal. 13.

88Iman Jauhari, Loc. Cit.

89CB. Kusmaryanto, Op. Cit., hal. 14.

90Maria Ulfah Anshor., Op. Cit., hal. 34.

Dalam litreratur fikih, aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam diantaranya :91

a. Aborsi spontan

Aborsi spontan artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar, atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan disebabkan oleh kelainan kromoson.

b. Aborsi karena darurat atau pengobatan

Aborsi karena darurat atau pengobatan, misalnya aborsi dilakukan karena indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila kehamilan dilanjutkan. Dalam hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan janin, sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan.

c. Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja

Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja , misalnya seorang petugas kepolisian tengah memburu pelaku tindak kriminal di suatu tempat yang ramai pengunjung. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha menembak penjahat tersebut, tetapi pelurunya nyasar ke tubuh ibu hamil sehingga menyebabkan ia keguguran. Tindakan polisi tersebut tergolong tidak sengaja. Contoh kasus tersebut dialami Khalifah Umar Bin Khattab, dimana ia meminta seorang ibu hamil untuk menemuinnya, karena ia tersangkut masalah sejenis utang piutang.

Di tengah perjalanan tiba-tiba ia merasa perutnya sakit, lalu ia keguguran kandungannya. Kasus tersebut oleh ulama fikih dikategorikan sebagai aborsi

91Ibid., hal. 38.

karena ketidaksengajaan. Menurut fikih, pihak yang terlibat dalam aborsi seperti itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan jika janin keluar dalam keadaan meninggal, maka ia wajib membayar denda bagi kematian janin bagi keluarga janin.

d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan

Aborsi yang dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan. Misalnya seorang suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda sehingga mengakibatkan keguguran. Dikatakan menyerupain kesengajaan karena serangan memang tidak ditujukan langsung pada janin, tetapi pada ibunya. Menurut fikih, pihak penyerangan harus diberi hukuman, dan hukuman semakin berat jika janin setelah keluar dari perut ibunya sempat memberikan tanda-tanda kehidupan.

Kasus seperti ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW, dimana dua orang perempuan dari Bani Huzhail berduel saling melempar batu, salah satu diantara mereka tengah hamil, karena kepayahan akhirnya tersungkur dan meninggal.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, bayi yang dikandung keluar dalam keadaan mati. Oleh Nabi pihak yang bertanggung jawab dihukum dua denda sekaligus, yakni membayar uang tembusan berupa 50 ekor unta atas kematian ibunya dan kompensasi lengkap senilai lima ekor unta atas kematian bayinya.

e. Aborsi sengaja dan terencana

Aborsi sengaja dan dilakukan terencana, misalnya seorang ibu sengaja meminum obat dengan maksud agar kandungannya gugur, atau ia dengan sengaja menyuruh orang lain (dokter,dukun, dan sebagainya) untuk menggugurkan kandungannya.

Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dihukum pidana. Sanksinya menurut fikih adalah hukuman sepadan sesuai kerugian seperti nyawa dibayar nyawa.

D. Alasan Melakukan Aborsi

Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini. Dalam memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana.92

Persoalan aborsi merupakan persoalan yang selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Namun demikian, di zaman modern ini, dimana kemajuan ilmu dan teknologi mencapai perkembangannya. Aborsi menjadi salah satu gejala umum dan merupakan tragedi yang mengerikan bagi umat manusia modern. Dalam waktu 30

92 Lysa Angrayni,

http://www.uinsuska.info/syariah/attachments/143_Lysa%20Angrayni%20Ok1.pdf, diakses tanggal 25 Juni 2012.

tahun terakhir ini, tiap-tiap tahun di seluruh dunia diperkirakan ada 50 juta anak tak bersalah harus mati karena digugurkan.93

Masalah aborsi telah menjadi salah satu masalah sosial masyarakat Indonesia yang serius pada masa kini. Aborsi merupakan isu yang kontroversial, khususnya bagi kalangan yang mengaitkannya dengan nilai-nilai moral dan norma-norma masyarakat. Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh wanita akhir-akhir ini mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :94

1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu membiayai atau membesarkan anak ;

2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir tertentu ;

3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi ;

4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan karena perkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena menganggap kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi ;

93Wignyasumarta, Panduan Rekoleksi Keluarga, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hal.49.

94Ibid.

5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu maupun bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan.

E. Faktor-faktor Yang Menjadi Pembenaran Dalam Melakukan Aborsi

E. Faktor-faktor Yang Menjadi Pembenaran Dalam Melakukan Aborsi