• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

A. Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan dan salah satunya adalah transportasi. Transportasi merupakan kebutuhan yang pokok bagi masyarakat modern dewasa ini, mengingat keberadaannya dapat menunjang perkembangan perekonomian masyarakat baik di pedesaan maupun masyarakat perkotaan, baik negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia keberadaan sarana transportasi ini berkembang pesat, baik transportasi darat, laut, maupun transportasi udara, baik transportasi umum maupun transportasi perorangan. Pesatnya perkembangan sarana transportasi ini disebabkan oleh semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna memenuhi kebutuhannya.

Pada masa silam ketika kebutuhan hidup masyarakat masih sederhana, mobilitas masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas pun juga rendah, dan pada masa itu sarana mobilitas pun cukup dilakukan dengan sarana transportasi tradisional, seperti delman, kuda, becak, gerobak dan bahkan tidak jarang dilakukan dengan berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat tujuantertentu. Namun, sarana transportasi tradisional tersebut sudah tidak lagi memadai untuk menunjang kebutuhan masyarakat, terutama untuk memindahkan orang maupun memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang dituju, yang pada saat

tertentu memerlukan waktu yang sangat cepat, misalnya ke tempat kerja dan lain sebagainya.

Untuk memenuhi sarana transportasi yang serba cepat tersebut, maka berkembanglah sarana transportasi modern yang digerakkan dengan mesin, yang kemudian disebut dengan kendaraan bermotor. Kehadiran kendaraan bermotor ini selain dapat mempercepat perpindahan orang dan barang, juga lebih efektif dan efisien , karena dapat membawa orang dan barang lebih banyak.

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam, namun motor listrik dan mesin jenis lain juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan di atas jalanan. Jenis-jenis kendaraan bermotor dapat bermacam-macam, mulai dari mobil, bus, sepeda motor, kendaraan off road, truk ringan, sampai truk berat. Klasifikasi kendaraan bermotor ini bervariasi tergantung masing-masing negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 yang dimaksud dengan peralatan teknik dapat berupa peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya Pengertian kata dalam ketentuan ini adalah terpasang pada tempat sesuai dengan fungsinya. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adala

gandengan atau sebagai penariknya.1

Hadirnya lembaga ini kemudian juga melahirkan lembaga jual beli baru di bidang jual beli kendaraan bermotor, misalnya jual beli dengan angsuran dan lembaga sewa beli kendaraan bermotor, yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat. Lembaga jual beli kendaraan bermotor dengan sewa beli ini oleh sementara masyarakat dianggap sangat membantu, mengingat lembaga ini dapat meringankan beban ekonomi, sebab dengan membeli yang pembayarannya dapat diangsur ini, keinginan untuk memperoleh kendaraan bermotor tercapai,

Hanya saja kehadiran kendaraan bermotor ini tidak dapat dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang membutuhkan, mengingat harga jualnya relatif tinggi, terutama jika dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat yang membutuhkan relatif rendah, terutama sejak adanya krisis ekonomi. Kesenjangan antara kebutuhan akan kendaraan bermotor dengan kemampuan daya beli ini, kemudian membuka peluang bisnis di bidang jual beli ini, khususnya bagi pemodal besar baik pemodal domestik maupun dengan cara patungan dengan pihak asing. Peluang bisnis tersebut akhir-akhir ini tumbuh dan berkembang dengan pesat seiring semakin meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi bagi masyarakat yang menunjang mobilitas yang semakin tinggi. Peluang bisnis kemudian dimanfaatkan oleh para pemodal tersebut untuk mendirikan lembaga pembiayaan, yang lazim disebut dengan finance.Lembaga ini berdiri di kota-kota besar, dan telah berkembang sampai ke pelosok tanah airguna menjangkau konsumen.

tetapi dana dapat diatur sesuai dengan kemampuan masing-masing orang yang akan membeli kendaraan bermotor tersebut. Pada sisi lain lahirlah praktek jual beli dengan sistem sewa beli ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi lembaga pembiayaan maupun sebagian anggota masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Di samping itu juga memberi manfaat pada lembaga asuransi, sebab pada umumnya jual beli dengan sistem sewa beli selalu melibatkan pihak asuransi sebagai lembaga penjamin terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang tidak pasti terhadap barang yang menjadi objek jual beli, yang dalam hal ini kendaraan bermotor. Tidak kalah pentingnya juga dalam perjanjian dengan sistem sewa beli ini juga memberikan keuntungan bagi lembaga perbankan atau lessor sebagai pemilik modal, yang dalam hal ini harus membayar terlebih dahulu sejumlah uang sesuai dengan harga kendaraan bermotor pada dealer.

Mengenai sewa beli ini di Indonesia diatur dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980, pasal 1 sub a menyebutkan bahwa :

“Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada

pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual”.2

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Perjanjian sewa beli mempunyai manfaat ganda, yaitu memberi keuntungan kedua belah pihak, baik bagi penjual maupun pembeli. Bagi penjual untung karena barangnya akan lebih banyak terjual. Sedangkan keuntungan bagi pembeli adalah bahwa pembeli akan segera dapat memperoleh barang walaupun mereka belum mempunyai uang yang cukup secara kontan.

Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih di dalam hubungan harta kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang lainnya mempunyai kewajiban atas suatu prestasi. Perikatan dapat lahir dari suatu perjanjian dan undang-undang. Sedangkan perjanjian adalah perbuatan hukum. Perjanjian menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa :

3

Hukum perikatan diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tetapi definisi mengenai perikatan tidak diatur didalamnya. Hukum perikatan merupakan bagian dari hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht) dan bagian lain dari hukum harta kekayaan adalah hukum benda.Sistem terbuka memiliki pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber dari perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun isinya yang mereka kehendaki, baik yang diatur di dalam undang-undang maupun yang tidak

2

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor: 34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting).

3

Subekti dan Tjitrosudibio, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Jakarta, PT Pradnya Paramita, 2007, hlm. 338.

diatur di dalam undang-undang. Inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan syarat bahwa kebebasan berkontrak ini dibatasi dengan pembatasan umum, yaitu yang diatur di dalam ketentuan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

“Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum”.

Dan juga dibatasi oleh ketentuan Pasal1254 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

“Semua syarat yang bertujuan melakukan sesuatu yang tak mungkin terlaksana, sesuatu yang bertentangan dengan kesusilaanbaik, atau sesuatu yang dilarang oleh undang-undang, adalah batal, dan berakibat bahwa perjanjian yang digantungkan padanya,tak berdaya”.

Pembuatan suatu perjanjian, para pihak didalamnya harus memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Perjanjian utang-piutang dalam perjanjian tertulis ada yang dibuat dengan akta di bawah tangan, ada pula yang dibuat dengan akta notaris. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam tersebut muncul hubungan hukum yaitu hubungan perutangan dimana ada kewajiban berprestasi dari debitur dan ada hak mendapatkan prestasi dari kreditur. 4

Hubungan hukum akan berjalan lancar jika masing-masing pihak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Namun tidak menutup kemungkinan di dalam perjanjian pinjam-meminjam tersebut, salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guna

4

membuktikan hak dan kewajiban para pihak baik kreditur maupun debitur, apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai apa yang diperjanjikan, maka perjanjian tersebut perlu dituangkan ke dalam suatu perjanjian tertulis.5

Klausula yang pada umumnya diatur dalam perjanjian sewa beli adalah mengenai tata cara angsuran, hak dan kewajiban para pihak, antara lain larangan

Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)atau disebut juga sebagai perjanjian tidak bernama (innominaat), namun demikian syarat sahnya perjanjian serta asas-asas hukum perjanjian dalam KUHPerdatatetap harus digunakan dalam perjanjian ini sehingga kedua belah pihak harus tunduk pada perjanjian yang disepakati sebagai undang-undang bagi mereka. Perjanjian sewa beli pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard form contract) yang mengikat penjual dan pembeli. Klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat sebelumnya oleh pihak penjual tanpa melibatkan pihak pembeli dan pembeli hanya tinggal menandatanganinya. Pembeli yang membutuhkan kendaraan bermotor harus menerima klausula-klausula yang telah disiapkan oleh penjual.

Perjanjian baku yang ditetapkan sepihak tersebut, menunjukkan bahwa lembaga sewa beli dalam praktek memiliki ciri tersendiri, yaitu upaya memperkuat hak penjual dari berbagai kemungkinan yang terburuk selama masa kontrak atau sebelum waktu pelunasan angsuran untuk menjamin kepentingan penjual. Hal ini yang membuat perjanjian baku yang dipergunakan dalam pranata sewa beli sering menjadi penyebab utama bagi timbulnya masalah di pihak pembeli dari pada penjual.

5

mengalihkan selama dalam masa sewa, dilarang melakukan perubahan terhadap kendaraan, dan hak dari pihak perusahaan pembiayaan untuk menarik kendaraan apabila pihak pembeli sewa tidak melaksanakan kewajibannya selama dua bulan berturut-turut.

Hukum perjanjian menganut pemahaman bahwa tidak dilaksanakannya perjanjian yang telah disepakati atau ketidaksesuaian antara pelaksanaan perjanjian dengan yang telah dijanjikan baik dalam waktu pelaksanaan maupun jumlah yang telah ditentukan merupakan perbuatan wanprestasi. Perjanjian dilaksanakan dengan mengacu pada KUHPerdata serta Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perjanjian selayaknya memberi dampak pada perlindungan hak dan kerugian yang harus dipikul oleh para pihak dalam perjanjian.

Ketidakseimbangan dalam perjanjian tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh hukum karena hukum bertujuan untuk memberikan keadilan dan mengayomi semua pihak. Penentuan isi atau klausula-klausula yang layak, termasuk yang diakui dan diwajibkan perlu dituangkan dalam suatu perundang-undangan atau peraturan bagi pranata perjanjian sewa beli.

Salah satu klausula dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor yang sering menimbulkan masalah adalah klausula yang memberikan hak dan kewenangan kepada perusahaan pembiayaan untuk melakukan penarikan kendaraan secara sepihak sebagai bentuk penyelesaian terhadap wanprestasi oleh pihak pembeli sewa. Penarikan kendaraan secara sepihak oleh perusahaan pembiayaan dalam perjanjian sewa beli menimbulkan masalah bagi pembeli sewa

karena dengan adanya penarikan kendaraan tersebut maka tidak jelas nasib sejumlah besar uang muka dan semua angsurannya yang telah dibayarkan karena dalam perjanjian yang disepakati, konsumendianggap telah melepaskan haknya untuk mengajukan keberatan atas penarikan kendaraan.6

6

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen–Instrumen Hukumnya, Bandung, Citra Aditya Bhakti,2000, hlm. 212.

Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor merupakan bentuk perjanjian yang berbeda dengan perjanjian fidusia kendaraan bermotor. Undang-Undang Jaminan Fidusia telah menegaskan bahwa parate eksekusi (eksekusi tanpa melalui putusan pengadilan) dapat dilaksanakan oleh pihak pemberi fidusia karena sertifikat fidusia memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” yang memberikan kekuatan eksekutorial. Berbeda dengan perjanjian sewa beli yang merupakan perjanjian yang tidak diberikan kewenangan untuk melakukan parate eksekusi.

Perbedaan selanjutnya antara perjanjian fidusia dengan perjanjian sewa beli adalah keharusan melakukan pendaftaran fidusia ke Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sehingga memperoleh sertifikat fidusia sedangkan perjanjian sewa beli merupakan perjanjian yang tidak memerlukan pendaftaran. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa penyelesaian wanprestasi untuk perjanjian sewa beli tidak dapat dilakukan serupa dengan perjanjian fidusia sebagaimana selama ini terjadi dalam perjanjian sewa beli yaitu penyelesaian wanprestasi dengan melakukan penarikan kendaraan oleh perusahaan pembiayaan atau main hakim sendiri (Eigenrichting).

Ketegasan mengenai perbedaan penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian fidusia dengan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor dapat pula dilihat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Pasal 1 ketentuan ini menegaskan bahwa perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia ditegaskan bahwa perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor apabila Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pembiayaan.

Ketentuan di atas menunjukkan bahwa penarikan kendaaraan bermotor pada saat terjadinya wanprestasi hanya dapat dilakukan jika perjanjian pembelian kendaraan bermotor tersebut dilakukan dengan perjanjian fidusia yang ditandai dengan ciri pendaftaran fidusia pada Kanwil Hukum dan HakAsasi Manusia, sedangkan untuk perjanjian pembelian kendaraan bermotor yang dilakukan melalui perjanjian sewa beli, tidak boleh dilakukan penarikan kendaraan bermotor.

Salah satu perusahaan penjualan kendaraan bermotor adalah PT. Jasa Motor Jaya Belawan, dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen, PT. Jasa Motor Jaya Belawan (produsen) mempergunakan perjanjian baku (standard contract), khususnya untuk melayani konsumendalam jumlah yang banyak mengenai barang dan/atau jasa sejenis. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya hukum perjanjian dalam lalu lintas hukum, dilandasi oleh kebutuhan akan pelayanan yang efektif dan efisien terhadap kegiatan yang bersifat transaksional. Dikarenakan PT. Jasa Motor Jaya Belawan menyadari keterbatasan ekonomi masyarakat, maka PT. Jasa Motor Jaya Belawan memberikan kemudahan dalam mendapatkan kendaraan bermotor dengan cara angsuran dan menggunakan perjanjian sewa beli dimana perjanjian tersebut memuat tentang hak dan kewajiban dari pihak penjual dan pembeli.

PT. Jasa Motor Jaya Belawan, dalam melakukan jual beli menggunakan bentuk perjanjian baku yang mengikat para pihak. Klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat sebelumnya oleh salah satu pihak tanpa melibatkan pihak yang lain, dan pihak yang lain tersebut tinggal menandatangani saja perjanjian yang sudah disediakan. Pembeli atau konsumen menerima dan memenuhi klausula-klausula yang telah dipersiapkan dengan risiko tidak akan memperoleh barang yang menjadi obyek perjanjian, apabila ia tidak menandatangani perjanjian. Perjanjian jual beli kendaraan bermotor yang ternyata paling banyak dipakai dalam praktek dan sesuai dengan kemampuan keuangan untuk dapat memiliki barang yang diinginkan tersebut. Dalam praktek perjanjian jual beli , bukan merupakan perjanjian konsensual yang sekaligus diikuti dengan perjanjian riil (penyerahan uang muka dan penyerahan barang). Sepanjang uang

muka belum ada dan barang belum diserahkan, maka pembeli belum merasa dirinya terikat oleh perjanjian itu.

Akan tetapi tidak jarang konsumenmelakukan wanprestasi terhadap perjanjian tersebut, yaitu dengan adanya penunggakan pembayaran, atau melakukan pembayaran ganda selain itu adanya penarikan barang (obyek) menurut perjanjian yang dilakukannya. Jika terjadi persoalan, umumnya yang ditarik adalah obyek (kendaraan bermotor) dari perjanjian. Penarikan menurut undang-undang akan memerlukan waktu yang relatif lama, karena harus melalui perintah hakim. Untuk menghindari risiko tersebut, sering pihak penjual menempuh jalan pintas dengan penarikan barang obyek jual beli (kendaraan bermotor) secara langsung melalui debtcollector, sehingga lebih banyak risiko atau kerugian yang harus dipikul oleh pembeli. Tentu hal ini tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh hukum, karena hukum bertujuan untuk memberi keadilan dan mengayomi semua pihak.

Seiring dengan beragam dan banyaknya kendaraan bermotor yang beredar telah menimbulkan padatnya kondisi lalu lintas dan risiko yang harus dihadapi manusia juga semakin kompleks. Risiko yang mungkin terjadi pada kendaraan bermotor seperti kecelakaan dan kehilangan kendaraan bermotor akibat berbagai sebab. Satu hal yang harus disadari adalah bahwa dibalik risiko-risiko tersebut terdapat mekanisme yang canggih, yang jika digunakan sebagaimana mestinya dapat sangat meringankan kesulitan keuangan yang ditimbulkan. Mekanisme yang dimaksud tersebut adalah Asuransi. Jadi asuransi adalah salah satu upaya untuk menanggulangi berbagai risiko yang mungkin timbul dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor.

Asuransi atau pertanggungan itu merupakan suatu perjanjian maka di dalamnya paling sedikit tersangkut dua pihak. Pihak yang satu adalah pihak yang seharusnya menanggung risikonya sendiri tetapi kemudian mengalihkannya kepada pihak lain pihak pertama ini disebut sebagai tertanggung atau dengan kata lain ialah pihak yang potensial mempunyai risiko. Sedangkan pihak yang lain ialah pihak yang bersedia menerima risiko dari pihak pertama dengan menerima suatu pembayaran yang disebut premi. Pihak yang menerima risiko pihak yang satu tersebut disebut sebagai penanggung(biasanya perusahaan pertanggungan atau asuransi).

Asuransi kendaraan bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, masing-masing bidang asuransi dikelola oleh perusahaan yang berbeda untuk beberapa produk, seperti asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan diri dapat dikelola baik oleh perusahaan asuransi kerugian maupun jiwa.

Disamping perlindungan dan jaminan, asuransi juga menawarkan berbagai manfaat antara lain mendapatkan masukan-masukan yang berguna untuk meminimalisasi terjadinya risiko. Umumnya, perusahaan asuransi memiliki tim survei yang sudah berpengalaman untuk itu dapat memberikan rekomendasi dalam memperkecil terjadinya risiko terhadap kepentingan yang diasuransikan.

Dalam hal sewa beli kendaraan PT. Jasa Motor Jaya Belawan hanya sebagai dealer yang nantinya akan dialihkan ke perusahaan leasing yaitu PT. Summit Oto

Finance dan Asuransi yang dikeluarkan sebagai klaim asuransi adalah melalui Asuransi Sinarmas.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menulis dan melakukan pembahasan dalam skripsi dengan judul ”Tinjaun Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini:

1. Bagaimana bentuk wanprestasi yang terdapat dalam perjanjian sewa beli kendaraanbermotor?

2. Sejauh mana risiko-risiko yang terjadi dalam perjanjian sewa beli kendaraanbermotor?

3. Bagaimanakah bentukpenyelesaian sengketa antara Kreditur dan Debitur dengan Pihak Asuransi dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor?