• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adoranta, Firman Floranta, 2014, Aspek-Aspek Hukum Perjanjian, CV.Mandar Maju, Bandung.

Djojosoedarso, Soeisno, 1999, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT.Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Hartono, Sonny Dwi, Prinsip-Prinsip Praktik Asuransi.

Prihantoro, M.Wahyu, Aneka Produk Asuransi dan Karakteristiknya.

Salim, 2003, Hukum Kontrak : Teori dan Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.

Shofie, Yusuf, 2000, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Soedewi, Sri dan Sofyan, 1999, Hukum Jaminan di Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

Soekadi, Eddy, 1996, Mekanisme Leasing, Ghalia, Jakarta.

Soesilo, 1999, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor. Subekti, 1992, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

, 1995, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. Sudarto, 1990, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto.

Suyatno, Thomas, 1999, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyatno, Thomas, dkk, 2003, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(2)

Tjitrosudibio dan Subekti, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Priadnya Paramita, Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor. 34/KP/II/80 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting).

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010.2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

WEBSITE

2015.

tanggal 28 April 2015.

JURNAL, SKRIPSI, DAN TESIS

Annual Report PT. Summit Oto Finance.

(3)

BAB III

TINJAUAN UMUM PERJANJIAN SEWA BELI DENGAN

ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

A. Perjanjian Sewa Beli Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Sewa Beli

Mengenai perjanjian sewa beli ini ada beberapa definisi dari para pakar di Indonesia diantaranya yaitu, sewa beli sebenarnya semacam jual beli, setidak-tidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli dari pada sewa menyewa, meskipun ia merupakan campuran dari keduanya dan diberikan jual sewa menyewa.

MenurutSri Soedewi Masychoen Sofyan, memberikan definisi perjanjian sewa beli sebagai berikut :

Hire Purchase (Huur Koop)ialah lembaga jaminan yang banyak terjadi dalam praktek di Indonesia namun sampai kini belum dapat pengaturannya dalam undang-undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana hak tersebut akan beralih pada pembeli sewa jika harga barang tersebut sudah dibayar lunas”.30

Menurut isi dari Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 adalah sebagai berikut :“Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiappembayaran yang dilakukan pembeli dengan pelunasan

30

(4)

atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual”.

Sewa beli sebenarnya adalah suatu jual beli, setidaknya-tidaknya ia lebih mendekati jual beli daripada sewa menyewa, meskipun ia merupakan suatu campuran dari keduanya dan diberikan judul “sewa menyewa”. Dalam Hire PurchaseAct 1965 ia di kontruksikan sebagai suatu perjanjian “sewa menyewa dengan opsi dari si penyewa untuk membeli barang yang disewanya”. Maksud kedua belah pihak adalah tertuju pada perolehan hak milik atas suatu barang disatu pihak dan perolehan sejumlah uang sebagai imbalannya dilain pihak.31

Perjanjian sewa beli adalah merupakan percampuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Oleh karena itu pihak pembeli tidak dapat membeli barang sekaligus atau lunas, maka diadakan suatu perjanjan dimana pembeli diperbolehkan mengangsur dengan beberapa kali angsuran. Sedangkan hak milik

Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis baru, sewa beli di Indonesia belum diatur. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar hukum diatas dan juga Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi tidak ada keseragaman. Namun kalau diperhatikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli, dari pada sewa menyewa. Karena dalam perjanjian sewa beli, peralihan hak milik adalah yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.

31

(5)

baru akan berpindah tangan pada saat pembeli sudah membayar semua angsuran dengan lunas. Dan selama angsuran tersebut belum dilunasi maka pembeli masih menjadi penyewa.

Sebagai penyewa, maka ia hanya berhak atas pemakaian atau mengambil manfaat atas barang tersebut dan penyewa tidak mempunyai hak untuk mengalihkan atau memindah tangankan barang tersebut kepada orang lain. Jika hal tersebut dilakukan oleh pembeli sewa, maka ia akan dikenai sanksi pidana karena dianggap menggelapkan barang milik orang lain.

Perjanjian sewa memang belum diatur dalam undang-undang tersendiri, akan tetapi baru diatur dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/ KP/II/1980, namun dalam Surat Keputusan Menteri tersebut belum dijelaskan mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak dalam sewa beli. Disitu hanya dijelaskan tentang perjanjian kegiatan usaha sewa beli, jual beli dengan angsuran, dan sewa. Mengenai objek perjanjian sewa beli telah ditentukan secara jelas dalam pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Menteri tersebut, yaitu “barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase), dan dijual belikan dengan angsuran adalah semua barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu”.

(6)

sewa, ini bisa perseorangan atau badan hukum. Penjual sewa ataupun pembeli sewa ini umumnya sering disebut dengan istilah “para pihak”.

Didalam perjanjian sewa beli pihak kreditur adalah leasing. Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata lease yang berarti sewa-menyewa, pada dasarnya leasing merupakan suatu bentukdari sewa menyewa yang kemudian berkembang dalam bentuk khusus sertamengalami perubahan fungsi menjadi salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering di istilahkan dengan sewa guna usaha.32

Pengertian leasing dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu perjanjian leasing terdapat beberapa elemen penting, yaitu:

Dalam Pasal 1 huruf a Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) disebutkan bahwa pengertian leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modalbaik secara sewa guna usaha dengan hak guna opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lesse selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

33

a. Pembiayaan perusahaan, yaitu suatu kegiatan pembiayaan yang ditujukan untuk keperluan bisnis suatu perusahaan. Dalam perkembangannya, pembiayaan ini juga ditujukan untuk keperluan individu atau perorangan baik untuk keperluan bisnis atau keperluan lainnya.

b. Penyediaan barang modal, yaitu suatu kegiatan penyediaan barang modal untuk dipergunakan oleh suatu perusahaan atau individu dalam memenuhi

32

Munir Fuady, Hukum Kontrak “Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis”, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 12.

33

(7)

keperluannya. Menurut Pasal 1 huruf b Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1169/KMK.01/1991, yang dimaksud dengan barang modal adalah “setiap aktiva tetapberwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan, dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuankepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee”.

c. Jangka waktu tertentu, yaitu jangka waktu dalam leasing yang dimulai sejak diterimanya barang modal oleh lessee sampai dengan berakhirnya perjanjian. Jangka waktu leasing ditetapkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Jangka singkat, minimal 2 (dua) tahun berlaku bagi barang modal golongan I,

2. Jangka menengah, minimal 3 (tiga) tahun yang berlaku bagi barang modal golongan II dan III,

3. Jangka panjang, minimal 7 (tujuh) tahun berlaku bagi barang modal golongan bangunan.

(8)

d. Pembayaran secara berkala, yaitu jumlah uang yang harus dibayar secara berkala oleh lessee kepada lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian leasing.

e. Adanya hak pilih (opsi), yaitu hak pilih bagi lessee untuk membeli barang modal atau memperpanjang jangka waktu perjanjian pada akhir masa leasing.

f. Adanya nilai sisa (residual value), yaitu nilai barang modal pada akhir masa leasing yang telah disepakati oleh lessor dengan lesse pada awal masa leasing.

Dalam suatu perjanjian leasing terdapat beberapa pihak atau subyek perjanjian, yaitu:34

1. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor disebut juga sebagai investor, equity holder, owner participants, atau truster owner.

2. Lessee, yaitu pihak yang memerlukan barang modal, barang modal dibiayai oleh lessor dan diperuntukan kepada lessee.

3. Kreditur atau lender, yaitu pihak yang disebut juga dengan debt holders atau loan participants dalam suatu transaksi leasing. Umumnya kreditur atau lender terdiri dari bank, insurance company trust dan yayasan.

4. Supplier, yaitu penjual atau pemilik barang yang disewakan, dapat terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.

34

(9)

Secara umum leasing dibagi menjadi dua jenis, kedua jenis ini adalah yang umum dipergunakan dalam praktek bisnis leasing di Indonesia yaitu finance lease

merupakan perusahaan leasing hanya bertindak sebagai suatu lembaga keuangan saja, lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi barang tersebut. Lessee juga mengadakan negosiasi langsung dengan supplier mengenai harga, sedangkan lessor hanya berkepentingan mengenai kepemilikan barang tersebut secara hukum, pada akhir masa leasing

lessee mempunyai hak opsi yaitu hak pilih untuk membeli barang yang menjadi obyek leasing. Sedangkan operating lease setelah masa leasing berakhir lessor

akan merundingkan kemungkinan dilakukannya kontrak leasing yang baru dengan

lessee yang lama, atau mencari calon lessee yang baru.35

35

Eddy.P.Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia, Jakarta 1996, hlm. 20.

Dalam suatu transaksi leasing antara lessor dan lessee, perjanjian yang dibuat dan disepakati harus berbentuk perjanjian tertulis dan menggunakan bahasaIndonesia, seperti diatur dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c Surat Keputusan Menteri Keuangan RINomor 1251/KMK.013/1988,sertaPasal 9 dan Pasal 20 Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1169/KMK.01/1991.

(10)

Perjanjian leasing yang dibuat secara tertulis menurut Pasal 9 ayat (2) Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1169/KMK.01/1991, minimal harus berisi atau memuat keterangan-keterangan rinci mengenai :

1. Jenis transaksi leasing

2. Nama dan alamat masing-masing pihak

3. Nama, jenis, tipe dan lokasi pembangunan barang modal

4. Harga perolehan, nilai pembiayaan pembayaran leasing, angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa leasing, nilai sisa, simpanan jaminan dan ketentuan asuransi atas barang modal yang dilease

5. Masa Leasing

6. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi leasing yang dipercepat, penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal yang dilease dengan hak opsi (finance lease) hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun

7. Hak opsi bagi lessee dalam hal finance lease

8. Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang dileasekan.

Suatu perjanjian leasing yang lengkap paling tidak harus memuat hal-hal sebagai berikut:36

1. Subyek perjanjian 2. Obyek perjanjian 3. Jangka waktu lease

4. Imbalan jasa leasing serta cara pembayarannya

36

(11)

5. Hak opsi

6. Kewajiban perpajakan 7. Penutupan asuransi

8. Tanggung jawab atas obyek perjanjian finance lease

9. Akibat kejadian lalai

10.Akibat rusak atau hilangnya obyek perjanjian 11.Jaminan.

Secara yuridis leasing adalah suatu bentuk perikatan tak bernama yang muncul karena adanya perkembangan di bidang ekonomi dan hukum. Bila kita mencari ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maka tidak akan dijumpai pasal yang mengatur maupun yang menyatakan suatu bentuk perikatan yang bernama leasing. Namun demikian, karena hukum perikatan kita menganut sistem terbuka, yaitu bahwa setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada perjanjian apapun baik yang diatur oleh undang-undang ataupun tidak, maka kehadiran leasing di Indonesia diterima dengan tangan terbuka. Ketentuan inilah yang kemudian disebut dengan asas kebebasan berkontrak.

2. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Sewa Beli

(12)

Dari uraian diatas, jika melihat dari perjanjiannya maka kewajiban penjual sewa adalah sebagai berikut :

a. Menyerahkan barang atau benda (tanpa hak milik) kepada pembeli sewa. b. Menyerahkan hak milik secara penuh kepada pembeli sewa, setelah obyek

tersebut dilunasi.

Kewajiban yang pertama tersebut dilakukan oleh penjual sewa pada saat ditutupnya perjanjian sewa beli antara penjual sewa dan pembeli sewa. Yang diserahkan adalah hanya untuk menguasai barangnya saja, bukan hak milik atas barang. Penyerahan ini dimaksudkan agar barang yang menjadi obyek sewa beli tersebut dapat digunakan atau diambil manfaatnya oleh pembeli sewa.

Kewajiban yang kedua untuk menyerahkan hak milik dari suatu barang kepada pembeli sewa secara sepenuhnya yang dimaksud adalah bahwa penjual sewa setelah menyerahkan hak tersebut, bebas berbuat apa saja atas barang miliknya. Penyerahan ini dilakukan setelah pembeli sewa melunasi angsuran-angsuran yang menjadi harga barang tersebut.

Dengan demikian beralihnya hak (levering) terjadi pada saat seluruh cicilannya sudah lunas terbayarkan, jadi sebelum harganya lunas seluruhnya kedudukan pembeli sewa hanya sebagai penyewa belaka dan berubah menjadi pembeli setelah habis angsurannya.37

a. Bentuk perjanjian sewa beli 3. Bentuk dan Isi Perjanjian Sewa Beli

Bentuk perjanjian sewa beli sesuai dengan sistem terbuka yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal adanya asas

37

(13)

kebebasan berkontrak (pasal 1338 ayat 1) maka pihak dalam membuat perjanjian sewa beli, para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk dan isi perjanjiannya. Hukum perjanjian memberikan kebebasan sepenuhnya pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja tetapi tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, maka perjanjian sewa beli dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Namun agar para pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa beli itu merasa aman dari penipuan, maka perjanjian sewa beli harus dituangkan dalam bentuk tertulis, baik dengan akta notaris maupun akta dibawah tangan.38

b. Isi perjanjian sewa beli

Isi perjanjian sewa beli sepeda motor yang dituangkan dalam bentuk tulisan baik dengan akta notaris maupun akta dibawah tangan pada umumnya berisi tentang :

1. Tanggal mulai berlakunya perjanjian sewa beli

2. Jumlah angsuran dan berapa kali angsuran tersebut harus dibayar oleh pembeli sewa

3. Jangka waktu untuk tiap-tiap angsuran

4. Penjelasan mengenai ciri dan jenis barang serta keadaan barang 5. Harga barang apabila dibeli secara tunai

6. Cara pembayaran angsuran tidak dengan tunai

7. Tanda tangan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diatas materai, minimal Rp. 6000.

38

(14)

8. Hal-hal yang dianggap perlu seperti : angsuran, bunga, pajak, asuransi, dan lain sebaginya.39

Pada umumnya perjanjian sewa beli merupakan bentuk perjanjianbaku.Proses penandatanganan perjanjian kredit sewa beli sebenarnya merupakan bentuk standart contract, debitur harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh dealer kendaran bermotor terlebih dahulu. Syarat-syarat pada umumnya antara lain adalah Surat Keterangan Tanda Penduduk Suami Istri (KTP), Keterangan Susunan Keluarga (KSK), Kwitansi Pembayaran Listrik, slip gaji, rekeningkoran, maupun surat-surat lain yang dianggap penting. Setelah semua persyaratan terpenuhi, permohonan itu diproses oleh dealer atau lembaga keuangan yang bekerja sama dengan dealer tersebut. Meliputi pengujian tentang layak tidaknya debitur menerima kredit sewa beli dan hal ini ditindaklanjuti dengan survei rumah debitur, apabila menurut penilaian tersebut debitur dinyatakan layak untuk menerima kredit sewa beli, barulah perjanjian sewa beli yang berisi syarat-syarat yang diajukan untuk ditandatangani.

Penggunaan standart contract dalam pemberian fasilitas kredit dalam masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk memberikan cara praktis bagi para pihak yang bertransaksi, karena tidak mungkin bila bank harus melakukan negoisasi tentang substansi perjanjian dengan setiap orang yang akan menjadi debitur. Selain banyak menguras tenaga dan pikiran juga akan memakan waktu yang cukup lama, bahkan akan menjadi kesulitan tersendiri dalam administrasi maupun dalam pelaksanaan perjanjiannya. Oleh karena itu, dalam standart

39

(15)

contract telah diuraikan secara jelas tentang hak maupun kewajiban dari masing-masing pihak.

Menurut jenisnya, standart contract dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Standart contract sepihak, yaitu perjanjian baku yang ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian. Pihak yang kuat ini lazimnya adalah kreditur.

2. Standart contract timbal balik, adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang dibuat oleh majikan dan buruh dalam perjanjian buruh kolektif.

3. Standart contract yang ditetapkan oleh pemerintah, adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah. 4. Standart contract yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokat,

adalah perjanjian baku yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat.

(16)

membawa konsekuensi para pihak. Dalam hal ini dealer atau lembaga keuangan sebagai suatu badan usaha dan pihak debitur mempunyai hak dan kewajiban.

Guna mengetahui hak dan kewajiban yang dimiliki oleh para pihak, maka akan diuraikan hak dan kewajiban masing-masing pihak PT. Summit Oto Finance mempunyai hak dan kewajiban:

a. Berhak menerima pembayaran klaim (memberikan ganti kerugian) atas risiko yang telah disetujui.

b. Berhak menerima pembayaran pengembalian dana atas pembatalan asuransi (Break Insurance).

c. Berkewajiban melakukan pembayaran premi atas pendaftaran asuransi customer.

d. Berkewajiban melakukan pendaftaran pengembalian dana atas pembatalan asuransi.40

Sebaliknya kreditur (PT. Asuransi Sinar Mas) mempunyai hak dan kewajiban: a. PT. Asuransi Sinar Mas berhak menerima pembayaran premi dari PT.

Summit Oto Finance atas pendaftaran ansuransi customer.

b. PT. Asuransi Sinar Mas berkewajiban melakukan pembayaran klaim atas risiko yang telah disetujui.

c. PT. Asuransi Sinar Mas berkewajiban melakukan pembayaran pengembalian dana atas pembatalan ansuransi (break insurance).41

40

Hasil Wawancara dengan Bapak Indra Zaki selaku insurance staff pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan pada tanggal 20 Juli 2015.

41

(17)

Hak dan Kewajiban nasabah :

a. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank, sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan oleh calon nasabah.

b. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank.

c. Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini dana awal tersebut cukup bervariasi tergantung dari jenis layanan jasa yang diinginkan.

d. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank. e. Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan.

f. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melaui bank.

g. Menurut dealer atau lembaga keuangan dalam hal ini terjadi pembocoran identitas.

h. Mendapat sisa uang pelelangan untuk melunasi kredit sewa beli yang tidak terbayar.

i. Mendapatkan suatu perlindungan dari asuransi.42

Berdasarkan ketentuan diatas terlihat bahwa hubungan antara lembaga keuangan dan debitur diatur oleh hukum perjanjian.Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya, dan sesuai dengan hukum perjanjian, maka apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka perjanjian tersebut mengikat para pihak.Asas ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan asas kebebasan berkontrak (The Freedom of Contract). Asas ini dapat dilihat dalam dari pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang

42

(18)

Hukum Perdata yang mengemukakan, bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sedangkan syarat sahnya suatu perjanjian dapat dilihat dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu kesepakatan, kecakapan, hal tertentu dan sebab yang halal.

4. Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli

Perjanjian sewa beli sampai saat sekarang belum ada Undang-Undang Khusus yang mengaturnya. Sewa beli hanya didasari oleh Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/ 1980. Dimana dalam Surat Keputusan Menteri ini, sewa beli belum diuraikan secara lengkap dan rinci, termasuk di dalam isinya belum memuat tentang kapan berakhirnya suatu perjanjian sewa beli.

Berakhirnya perjanjian sewa beli para pihak sesuai dengan kesepakatan para pihak sehingga sudahtentuterdapat beberapakemungkinan untuk mengakhirinya. Adapun kemungkinanyang dapat terjadi untuk mengakhiri suatu perjanjian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembayaran

b. Novasi (perbauran utang) c. Kompensasi

d. Konfusio (percampuran utang) e. Pembebasan utang

(19)

h. Jangka waktu kontrak telah berakhir i. Dilaksanakan obyek perjanjian j. Kesepakatan kedua belah pihak

k. Pemutusan kontrak secara sepihak oleh salah satu pihak, dan l. Adanya putusan pengadilan.43

Dari uraian diatas yang paling umum terjadi dalam hal peralihan hak secara penuh dalam sewa beli kendaraan bermotor terjadi jika:

a. Angsuran terakhir telah dibayar lunas oleh pihak pembeli.

b. Pihak pembeli meninggal dunia dan ahli waris yang meneruskannya, atau ada ahli waris tetapi tidak mau meneruskan.

c. Pihak pembeli jatuh pailit dan sejak saat itu kendaraan ditarik kemudian dijual. Apabila setelah dijual dan setelah diperhitungkan dan ternyata ada uang yang berlebihan, maka uang kelebihan tersebut dikembalikan kepada pihak pembeli.

d. Pihak pembeli wanprestasi, dan sejak saat itu kendaraan ditarik kemudian dijual, setelah dijual dan setelah diperhitungkan ternyata ada uang kelebihan, maka uang kelebihan tersebut dikembalikan kepada pihak pembeli.

e. Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor berakhir sejak diadakan perampasan oleh pihak penjual terhadap pihak lain, hal ini terjadi karena kendaraan tersebut telah dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak penjual.

43

(20)

B. Asuransi Kendaraan Bermotor 1. Pengertian Asuransi

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yangmungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.44

“Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransianmenyatakan bahwa :

44

(21)

Dengan demikian ansuransi merupakan hubungan hukum antara dua pihak yang saling terikat dalam suatu perjanjian yang mengakibatkan hak dan kewajiban antara tertanggung yaitu pihak yang mempercayakan (mengansuransikan) miliknya terhadap suatu risiko yang mungkin terjadi, dan penanggung yaitu pihak yang menerima pertanggungan. Pihak ini lazim disebut “perusahaan asuransi”.45

Menurut Dewan Asuransi Indonesia (DAI) kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh motor mekanik lainnya, tetapi tidak termasuk yang berjalan diatas rel.

Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, masing-masing bidang Asuransi dikelola oleh perusahaan yang berbeda, untuk beberapa produk, seperti Asuransi Kesehatan dan Asuransi Kecelakaan diri dapat dikelola oleh perusahaan asuransi kerugian maupun jiwa.

Disamping perlindungan dan jaminan, asuransi juga menawarkan berbagai manfaat antara lain mendapatkan masukan yang berguna untuk meminimalisasi terjadinya risiko. Umumnya, perusahaan asuransi memiliki tim survei yang sudah berpengalaman dengan itu dapat memberikan rekomendasiuntuk memperkecil terjadinya risiko terhadap kepentingan yang diasuransikan.

46

45

Thomas Suyatno, Djuhaepah, Azhar Abdullah, Johan Thomas Aponno, C. Tinon Yunianti Ananda, H.A. Chalik, Kelembagaan Perbankan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm.88. 46

Ibid, hlm. 90.

(22)

kendaraan bermotor adalah kendaraan yang berjalan diatas aspal dan tanah seperti mobil sedan, bus,kendaraan beroda tiga, beroda dua dan sebagainya.47

Asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle insurance) adalah suatu pertanggungan yang memberikan perlindungan kepada pemilik kendaran bermotor atau pihak-pihak yang berkepentingan atas kendaraan bermotor tersebut yang disebabkan oleh kerugian dan kerusakan fisik atas kendaraan bermotor serta kerugian akibat tanggung gugat yang harus ditanggung oleh pemilik atau yang memiliki kepentingan atas kendaraan itu atau sebab-sebab lainnya yang ditegaskan dalam polis.48

2. Macam-macam Asuransi Kendaraan Bermotor

Macam-macam Asuransi Kendaraan Bermotor sebagian besar terdiri dari 2 (dua) jenis Asuransi, yaitu :49

1. Asuransi Comprehenship/ All Risk

Asuransi Comprehenship adalah jenis pertanggungan yang harus ditanggung oleh pihak asuransi terhadap kendaraan yang diasuransikan, yaitu jaminan terhadap kerusakan ringan hingga berat bahkan kehilangan kendaraan. Jadi, jika kendaraan mengalami kerusakan sedikit saja, maka pihak asuransi akan menanggung semua biaya perbaikannya.

47

Wahyu Prihantoro, Aneka Produk Asuransi dan Karakteristiknya, hlm. 89. 48

Sonni Dwi Hartono, PK. 001, Prinsip-prinsip Praktik Asuransi, hlm. 125.

(23)

2. Asuransi Total Loss Only (TLO)

Asuransi Total Loss Only (TLO) adalah jaminan terhadap kehilangan kendaraan saja atau jika terjadi kerusakan lebih dari 75% dari harga kendaraan.

Jadi, jenis asuransi Comprehenship atau All Risk adalah jenis asuransi yang banyak dipakai pada kendaraan jenis mobil penumpang. Sedangkan jenis asuransi Total Loss Only banyak digunakan untuk kendaraan angkutan barang dan sepeda motor. Selain dua jenis asuransi tersebut, ada berbagai paket asuransi tambahan lainnya seperti pertanggungan akibat bencana alam dan lain-lain. Besarnya premi untuk All Risk/Comprehenship lebih besar dari pada premi jenis TLO (Total Loss Only). Besarnya biaya klaim asuransi adalah berkisar Rp. 200.000,- setiap kali melakukan klaim asuransi setiap kejadian. Sedangkan untuk klaim TLO berkisar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) setiap kejadian. Jika biaya perbaikan lebih kecil dari biaya klaim, maka pihak asuransi sendiri nantinya akan memberikan pertimbangan kepada pemilik kendaraan untuk melakukan perbaikan sendiri atau melalui klaim asuransi. Contohnya jika biaya perbaikan sekitar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) sementara biaya klaim asuransi sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah), maka sebaiknya dilakukan perbaikan sendiri saja karena lebih murah biayanya.

(24)

3. Berakhirnya Asuransi Kendaraan Bermotor

Pertanggungan kendaraan bermotor dapat berakhir karena :

a. Pembatalan Polis

Penanggung dan tertanggung masing-masing berhak setiap waktu menghentikan kontrak pertanggungan tanpa diwajibkan memberitahukan alasannya. Pemberitahuan penghentian tersebut harus dilakukan secara tertulis yang dikirim melalui pos tercatat oleh pihak yang menghendaki penghetian pertanggungan kepada pihak lainnya ke alamat terakhir yang diketahuinya.

Penanggung menjadi bebas dari segala kewajiban berdasarkan pertanggungansejak tiga hari kerja terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan, yaitu pukul 12.00 siang waktu setempat dimana pertanggungan berada.Bila yang membatalkan pertanggungan, ia wajib membayar premi yang sudah berjalan, yang diperhitungkan menurut skala premi pertanggungan jangka pendek.

(25)

b. Peralihan hak milik

Bila kendaraan bermotor yang dipertanggungkan pindah tangan baik berdasarkan persetujuan maupun karena meninggal dunia, maka menyimpang dari Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menyebutkan bahwa perjanjian pertanggungan batal dengan sendirinya sejak 10 (sepuluh) harikalender mulai terjadinya pemindahan tangan tersebut kecuali penanggung menyetujui melanjutkan pertanggungan tersebut “.

c. Terjadi kerugian total/Total loss

Pertanggungan juga akan berakhir dengan sendirinya sesudah dilakukan penggantian kerugian atas dasar kehilangan/kerusakan seluruhnya (Total Loss) atau yang dapat dipersamakan dengan itu tanpa pengembalian premi, walaupun jangka waktu pertanggungannya belum habis (jangka panjang). d. Berakhirnya jangka waktu pertanggungan

Pertanggungan juga akan berakhir dengan sendirinya sesudah berakhirnya janga waktu yang telah ditentukan.50

4. Manfaat Asuransi Kendaraan Bermotor

Seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia akan kendaraan bermotor, semakin banyak pulkendaraan bermotor yang digunakan setiap tahunnya. Tingkat kecelakaan dan pencurian atas kendaraan juga meningkat, akibatnya manfaat asuransi kendaraan bermotor semakin dirasakan oleh para pemegang polis asuransi tersebut.

50

(26)

Manfaat asuransikendaraan bermotor secara garis besar adalah memberikan perlindungan kepada pemilik kendaran bermotor, atau yang berkepentingan atas kerugian yang timbul secara fisik pada kendaraan. Selain itu manfaat asuransi kendaraan bermotor juga berlaku untuk tuntutan hukum yang harus dibayar oleh pemilik kendaraan bermotor terhadap pihak ketiga (yang mengalami kerugian akibat kesalahan pemilik kendaraan).

Kepentingan yang dapat dipertanggungkan dalam manfaat asuransi kendaraan bermotor adalah:

a. Segala macam jenis kendaraan bermotor yang memperoleh izin dikemudikan di jalan raya (mobil dan motor).

b. Peralatan tambahan yang terdapat dalam kendaraan bermotor tersebut, seperti tape, radio, AC, TV, lampu kabut, dan sebagainya.

c. Tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga.

Berikut ini manfaat asuransi kendaraan bermotor yang menjamin beberapa kerugian atau kerusakan karena:

1. Tabrakan, benturan, terbalik, atau tergelincir di jalan atau sedang parkir. 2. Niat jahat dari orang- orang, kecuali keluarga atau orang- orang yang

bekerja pada tertanggung.

3. Pencurian atau pencurian dengan kekerasan.

4. Kerugian di atas akibat kendaraan diangkut oleh alat pengangkut lain yang telah mendapat izin.

(27)

7. Letusan mesin atau peledakan.

8. Tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga yang ditimbulkan kendaraan bermotor tersebut.

Faktor penyebab kecelakaan seperti jalan berlubang atau jalan rusak juga semakin banyak. Selain itu modus kejahatan akan kendaraan bermotor juga semakin menjadi, seperti pencurian kaca spion, tv, tape, dan masih banyak lagi dengan cara- cara yang cepat dan tak terduga. Hal- hal tersebut tentu merugikan pemilik kendaraan bermotor itu sendiri. Biaya finansial yang tinggi akhirnya diperlukan untuk memperbaiki kendaraan tersebut. Itulah sebabnya manfaat asuransi kendaraan bermotor sangat diperlukan.51

(28)

BAB IV

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI

KENDARAAN BERMOTOR DENGAN ASURANSI

A. Bentuk Wanpretasi dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

Perjanjian dalam pelaksanaannya memungkinkan untuk tidak terlaksana atau tidak sempurna, baik karena kesalahan maupun karena kekuatan memaksa namun adakalanya perjanjian tidak terlaksana sepenuhnya seperti yang disepakati bahkan perjanjian dapat tidak terlaksana sama sekali. Kondisi tidak terlaksananya perjanjian tersebut dikenal dengan istilah wanprestasi.

Menurut Pasal 1239 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi :

“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.”52

“Wanprestasi adalah tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa:

53

52

Subekti, Op.Cit., hlm. 324. 53

(29)

Dalam Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa:

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

Hal ini menjelaskan mengenai kewajiban bertanggung jawab dalam hal wanprestasi.54

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk, artinya debitur tidak memenuhi prestasinya sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian wanprestasi seorang debitur dapat berupa :55

e. Sama sekali tidak memenuhi prestasi f. Tidak tunai memenuhi prestasinya g. Terlambat memenuhi prestasinya h. Keliru memenuhi prestasinya.

Dalam perjanjian sewa beli apabila pihak penyewa melakukan salah satu dari bentuk-bentuk wanprestasi, maka untuk pelaksanaan hukumnya undang-undang menghendaki penyewa untuk memberikan pernyataan lalai kepada pihak yang menyewakan.

Dengan demikian, wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyewa pokoknya harus secara formal dinyatakan telah lebih dahulu, yaitu dengan memperingatkan penyewa bahwa penyewa atau pihak menghendaki pembayaran seketika atau jangka waktu pendek yang telah ditentukan. Singkatnya, hutang harus ditagih dan yang lalai harus ditegur dengan peringatan atau sommatie. Cara pemberian teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah diatur dalam Pasal

54

Ibid, hlm.346. 55

(30)

1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta sejenis. Yang dimaksud dengan surat perintah dalam pasal tersebut adalah peringatan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang dimaksud dengan akta sejenis adalah suatu tulisan biasa (bukan resmi), surat maupun telegram yang tujuannya sama yakni untuk memberi peringatan kepada debitur untuk memenuhi prestasi dalam waktu seketika atau dalam tempo tertentu.56

Secara umum klausula perjanjian pemilikan kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan memberikan ketegasan mengenai akibat hukum dari setiap bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian, yaitu : 57

1. Keterlambatan angsuran maupun denda keterlambatan oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan oleh karena alasan apapun, maka hal ini telah merupakan bukti bahwa konsumen telah melakukan wanprestasi dalam perjanjian.

2. Perusahaan pembiayaan dapat memutuskan perjanjian setiap saat bilamana konsumen melanggar ketentuan perjanjian.

Konsumen memberikan surat kuasa kepada perusahaan pembiayaan untuk bertindak sebagai kuasa konsumen dalam hal pemutusan perjanjian untuk tujuan pemilikan kembali dan penjualan kembali barang untuk memenuhi jumlah-jumlah terhutang oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan. Pihak pertama berhak

56

Subekti, Op.Cit., hlm. 323. 57

(31)

meminta, mengambil, atau menarik kembali kendaraan bermotor dari pihak kedua atau pihak lain yang menguasainya.

Bentuk-bentuk wanprestasi dan akibat hukumnya dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor adalah :58

1. Debitur tidak membayar angsuran, denda dan biaya-biaya lain atas suatu jumlah yang telah jatuh tempo sesuai perjanjian, yang dalam hal lewatnya waktu saja telah memberi cukup bukti bahwa debitur telah melalaikan kewajibannya menurut perjanjian yang telah disepakati, sehingga peringatan juru sita atau surat-surat lain serupa itu tidak diperlukan lagi. 2. Barang dijual, disewakan, dipindah tangankan, dialihkan atau dijaminkan

kepada pihak ketiga tanpa mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari kreditur.

3. Apabila suatu pernyataan, surat keterangan dan dokumen-dokumen yang diberikan oleh debitur dan/atau pemilik jaminan sehubungan dengan perjanjian ini ternyata tidak benar/palsu.

4. Debitur dan/atau pemilik jaminan tidak melaksanakan kewajiban atau lalai untuk memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.

Sehingga untuk memperkecil risiko kerugian-kerugian yang dialami oleh kreditur tersebut dengan membuat klausa-klausa dalam surat perjanjian pembiayaan konsumen, yaitu :59

58

Surat perjanjian pembiayaan konsumen PT. Jasa Motor Jaya Belawan. 59

(32)

1. Debitur menjamin tidak akan menjual, menyewakan, memindahtangakan, mengalihkan hak atau menjamin barang, kepada pihak lain selain kepada kreditur berdasarkan perjanjian fidusia yang akan ditandatangani oleh pemilik barang sebagai pemberi fidusia dan kreditur sebagai penerima fidusia sehubungan dengan perjanjian selama seluruh hutang debitur belum lunas.

2. Tidak mengirim atau mengizinkan barang tersebut dikirim atau dibawa keluar wilayah Republik Indonesia dan tidak akan mendaftarkannya dari satu pusat pendaftaraan yang lain tanpa izin tertulis lebih dahulu dari kreditur.

3. Tidak memindahkan, merubah, menghilangkan, menambah, merusak, atau dengan cara lain menggangu nomor mesin, rangka, pendaftaraan atau nomor-nomor seri atau setiap plat tanda pengenal yang terletak pada barang atau pada setiap bagiannya.

4. Menjamin penggunaan barang sebagaimana mestinya dan tidak akan mengizinkan dalam keadaan apapun seseorang mengendarai, memakai atau menjalankan barang tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sah, atau memakainya untuk maksud-maksud yang melawan hukum maupun yang dilarang menurut perjanjian ini.

(33)

6. Segera memperbaharui pendaftaraan barang dan mentaati undang-undang dan peraturan-peraturan mengenai lalu lintas jalan serta memenuhi semua kewajiban biaya dan denda berkenaan dengan hal tersebut.

7. Memberitahukan letak keberadaan barang dan memperlihatkan barang apabila diminta oleh kreditur tanpa harus menyebutkan alasannya.

8. Memberi izin kepada kreditur untuk setiap saat memasuki perkarangan dan bangunan, dimana diperkirakan atau diduga barang ditempatkan, disimpan dan/atau dipakai, guna pemeriksaan dan pengujian atau pengambilan barang itu kembali tanpa atau dengan bantuan instansi yang berwenang. 9. Menyerahkan kepada kreditur :

a. Kwitansi blanko rangkap 3 (tiga) dibubuhi materai secukupnya dengan nama dan tandatangan debitur/pemilik.

b. Asli Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan tembusan faktur.

10.Selama jaminan fidusia belum ditandatangani dan didaftarkan, mengakui bahwa hak milik atas barang tetap berada pada kreditur, walaupun barang didalam perjanjian ini didaftarkan atas nama debitur atau pihak ketiga, karenanya debitur tidak mempunyai hak atau kepentingan apapun atas barang kecuali sebagai peminjam pakai.

11.Memberitahukan kepada kreditur apabila debitur mengadakan pengalihan usaha/aktivitas, perubahan anggaran dasar, perubahan susunan pemegang saham, direksi dan/atau dewan komisaris.

(34)

terhadap anggaran dasar tersebut pada saat tidak/belum diadakan perubahan atau tambahan lagi berupa apapun juga.

13.Setiap perubahan alamat harus diberitahukan secara tertulis kepada kreditur paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum perubahan dan dengan memberitahukan alamat baru secara lengkap.

Walaupun terdapat larangan mengalihkan jaminan atau kendaraan selama dalam ikatan perjanjian tetapi sebaliknya dalam prakteknya dilapangan sering terjadi perpindahan hak yang dilakukan oleh konsumen secara sengaja ataupun karena sebab-sebab ekonomi tindakan ini berakibat hukum terhadap perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia ketika terjadi wanprestasi, yang dibuat antara kreditur dengan debitur, maupun akibat hukum terhadap objek jaminan kendaraan tersebut serta menyangkut hak-hak pihak ke 3 (tiga) yang menerima pengalihan tersebut.

B. Risiko-risiko yang terjadi dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

1. Risiko yang dijamin

Karena kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor, penanggung memberikan ganti rugi kepada tertanggung terhadap :60

a. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh :

60

(35)

1) Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan atau terperosok, termasuk juga dari kesalahan material, kontruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab lainnya dari kendaraan bermotor yang bersangkutan.

2) Perbuatan jahat orang lain.

3) Pencurian termasuk pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti dengan kekerasan kepada orang dan atau/kendaraan bermotor yang dipertanggungkan dengan tujuan mempermudah pencurian kendaraan bermotor atau perlengkapan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan dalam polis ini.

4) Kebakaran, termasuk kebakaran benda atau kendaraan lain yang berdekatan atau tempat penyimpanan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, kerusakan karena air dan/atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga karena dimusnahkannya seluruh atau sebagian kendaraan bermotor yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam upaya mencegah penjalaran kebakaran itu.

5) Sambaran petir.

(36)

c. Kerusakan roda bila kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan kendaraan bermotor itu disebabkan oleh kecelakaan.

d. Biaya yang wajar yang dikeluarakn oleh tertanggung untuk penjagaan atau penganggkutan ke bengkel atau tempat lain guna menghindari atau mengurangi kerugian atau kerusakan yang dijamin dalam polis, setinggi-tingginya sebesar setengah persen (0,5%) dari jumlah pertanggungan, tanpa diperhitungkan dengan resiko sendiri.

Karena tanggung gugat (tanggung jawab hukum tertanggung terhadap pihak ketiga). Penanggung memberikan penggantian kepada tertanggung atas:61

1. Tanggung gugat tertanggung terhadap suatu kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, baik yang diselesaikan dengan musyawarah maupun pengadilan, kedua-duanya mendapat persetujuan terlebih dahulu dari penanggung, setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar pertanggungan yang meliputi :

a. Kerusakan harta benda

b. Biaya pengobatan, cedera badan atau kematian. Maksimum sebesar harga pertanggungan untuk jaminan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga sebagaimana yang dicantumkan dalam Polis. 2. Biaya perkara atau biaya bantuan para ahli yang berkaitan dengan

tanggung gugat tertanggung yang telah terlebih dahulu disetujui oleh penanggung secara tertulis. Tanggung jawab penanggung

61

(37)

tingginya 10% (sepuluh persen) dari limit pertanggungan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga.

3. Dalam hal tertanggung dituntut oleh pihak ketiga sehubungan dengan kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan tersebut, maka :

a. Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung tentang adanya tuntutan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kalender sejak tuntutan diterima.

b. Tertanggung harus segera menyerahkan dokumen yang ada sehubungan dengan tuntutan pihak ketiga tersebut yaitu SIM (Photocopy) dan STNK (Photocopy) Pihak Ketiga, Surat Laporan Kepolisian setempat serta Surat Tuntutan dari Pihak Ketiga.

c. Tertanggung tidak diperbolehkan memberikan janji, keterangan atau melakukan tindakan yang menimbulkan kesan bahwa ia mengakui tanggung gugatnya.

d. Tertanggung menguasakan kepada penanggung untuk mengurus tuntutan ganti rugi ke pihak ketiga dan apabila diperlukan, tertanggung diwajibkan memberikan surat kuasa kepada penanggung.

2. Risiko Yang Dikecualikan

Risiko yang dikecualikan secara umum berdasarkan Polis Standart Kendaraan Bermotor Indonesia (PSKBI) :

(38)

dapat dipergunakannya kendaraan bermotor yang dipertanggungkan tersebut karena suatu kecelakaan atau sebab lain.

b. Kerusakan atau kehilangan peralatan tambahan yang tidak disebutkan dalam ikhtisar polis sebagai akibat suatu kecelakan atau sebab lain.

c. Kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan baik sebagian maupun seluruhnya sebagai akibat penggelapan.

d. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang dpertanggungkan sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan oleh tertanggung, suami, istri atau anak tertanggung, orang yang disuruh tertanggung, bekerja pada tertanggung, orang yang sepengetahuan atau seijin tertanggung, atau orang tinggal bersama tertanggung.

e. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotoryang dipertanggungkan disebabkan karena :62

1. Kendaraan bermotor tersebut dipergunakan untuk menarik atau mendorong kendaraan lain, untuk turut serta dalam perlombaan kecakapan atau perlombaan kecepatan, untuk memberi pelajaran mengemudi, menarik suatu trailer, untuk karnaval atau pawai atau untuk tindakan kejahatan, atau suatu maksud lain dari yang ditetapkan dalam PolisStandart Kendaraan Bermotor Indonesia (PSKBI).

2. Kelebihan muatan atau dijalankan secara paksa, penggunaan kekuatan militer atau pengambilan kekuasaan atau perbuatan

62

(39)

seseorang yang tidak bertindak atas nama atau sehubungan dengan suatu organisasi dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan.

3. Kendaraan bermotor tersebut sepengatahuan tertanggung, dijalankan dalam keadaan rusak, dalam keadaan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara teknis atau dalam perbaikan.

4. Kendaraan bermotor tersebut dikemudikan oleh seseorang yang pada saat terjadi kecelakan tidak mempunyai SIM yang sah atau salah seseorang yang berada dibawah pengaruh alkohol atau minuman keras atau sesuatu bahan yang memabukan.

5. Mamasuki, atau melewati jalan tertutup, terlarang atau tidak diperuntukan untuk kendaraan bermotor yang dipertanggungkan dengan PolisStandart Kendaraan Bermotor Indonesia (PSKBI). 6. Barang-barang yang sedang dimuat, ditumpuk, dibongkar atau

diangkut dengan kendaraan bermotor tersebut.

7. Reaksi atau radiasi nuklir, pencemaran radio aktif, reaksi inti atom bagaimana juga terjadinya, apakah yang terjadi didalam maupun diluar kendaraan yang dipertanggungkan.

f. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh :

1. Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir 2. Perbuatan jahat

3. Pencurian termasuk pencurian yang didahului atau disertai dengan kekerasan ataupun ancaman kekerasan

(40)

5. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir atau terperosok. Selama kendaraan bermotor yang bersangkutan berada di atas alat angkut untuk penyeberangan yang berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat termasuk kerugian akan kerusakan yang diakibatkan oleh alat angkut bersangkutan mengalami kecelakaan.63

g. Kehilangan atau kerusakan dibagian material kendaraan bermotor yang dipertanggungkan karena aus, sifat kekurangan sendiri pada bagian itu atau pada mesinnya disebabkan oleh salah mempergunakannya.

h. Kerugian yang dialami oleh pihak ketiga yang secara langsung atau tidak langsung yang disebabkan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan berupa :

1. Kerusakan harta benda milik atau dalam pengawasan tertanggung, diangkut, dimuat atau dibongkar dari kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.

2. Kerusakan jalan, jembatan, bangunan-bangunan yang terdapat dibawah, diatas, disamping jalan sebagai akibat dari getaran, berat kendaraan bermotor atau muatannya.

i. Cedera badan atau kematian terhadap :

1. Penumpang kendaraan bermotor yang dipertanggungkan

2. Tertanggung, suami, atau istri, dan anak tertanggung bila tertanggung adalah perorangan.

63

(41)

3. Pemegang saham atau pengurus apabila tertanggung merupakan CV (Commanditaire Vennootschap) atau Fa (Firma).

4. Pengurus bila tertanggung adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas, yayasan, atau usaha bersama dan bentuk lainnya.

5. Orang yang bekerja pada tertanggung dengan menerima imbalan jasa.

6. Orang yang tinggal bersama tertanggung.

7. Hewan milik atau dalam pengawasan tertanggung, diangkut, dimuat, dibongkar dari kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.

C. Bentuk Penyelesaian Sengketa Antara Kreditur dan Debitur dengan Pihak Asuransi dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

a. Musyawarah

Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa tidak selamanya dapat diwujudkan dengan lancar tanpa kendala sampai tuntas. Seringkali terjadi sengketa antara kreditur dan debitur serta pihak asuransi sebagai akibat wanprestasi ataupun perbuatan melanggar hukum.

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.64

64

(42)

Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya debitur tidak melakukan prestasi sebagaimana ketentuan-ketentuan yang tercantum lembaran-lembaran akta perjanjian.Kewajiban yang utama dalam membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat waktunya. Akibat hukum dilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan berbagai alasan yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur, maka kreditur dapat menerima atau menolaknya.

Penyelesaian perselisihan dapat diupayakan sepanjang nasabah mempunyai itikad baik dalam mengembalikan pinjaman kreditnya. Upaya tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit menyangkut jangka waktu pembayaran.

2. Persyaratan kembali (recondition), yaitu perubahan persyaratan perjanjian namun tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit dengan melakukan perubahan saldo kredit penambahan dana atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru.65

Akibat wanprestasi debitur, kreditur dapat melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat teguran atau surat peringatan pada debitur. Adapun kreditur tidak mengirimkan surat teguran, yang mana dengan lewatnya batas waktu yang ditentukan sebagai saat pembayaran, dalam hal ini debitur dianggap lalai.

Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli sewa, baik karena wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum,ternyata mendeskripsikan

65

(43)

bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi kepentingannya dengan menekan kerugian yang sekecil-kecilnya, cara musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh terlebih dahulu oleh para pihak.

Upaya penyelesaian masalah wanprestasi melalui musyawarah lebih menguntungkan sebab :

a. Memelihara hubungan dengan nasabah

b. Nasabah tidak dianggap sebagai lawan sehingga tidak ada upaya untuk mengalahkannya. Nasabah merupakan mitra yang bersama-sama memecahkan masalah. Dengan musyawarah akan memelihara hubungan yang baik dengan nasabah dapat mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan hutang nasabah.

c. Menunjukkan sikap serius dan konsisten.66

Perkataan atau tingkah laku nasabah dapat memberi keyakinan kepada perusahaan pembiayaan untuk menyelesaikan kredit yang bermasalah. Sikap petugas perusahaan pembiayaan pun sangat menentukan upaya penyelesaian. Sikap serius kedua belah pihak memberikan kemungkinan terjadinya kesepakatan menjual barang jaminan secara baik-baik dan akan memberikan manfaat yang lebih besar. Alternatif penyelesaian kredit macet dengan cara penjualan di bawah tangan akan mengalami kendala bahkan sangat sulit dilaksanakan, jika nasabah tidak lagi beritikad baik sehingga sulit ditemui atau tidak lagi diketahui keberadaannnya. Penyelesaian kredit macet dengan cara penjualan di bawah tangan

66

(44)

dilakukan agar diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Hal ini penting untuk menjaga kepentingan berdasarkan akan penetapan harga yang tidak wajar oleh pihak perusahaan pembiayaan dapat dihindari. Realitas dalam pelaksanaan sewa beli kendaraan bermotor menunjukan bahwa pada umumnya perusahaan pembiayaan melakukan penarikan kendaraan bermotor dari tangan konsumen secara sepihak apabila konsumen lalai melaksanakan kewajiban dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan telah dilakukan upaya persuasif namun tidak menyebabkan konsumen melaksanakan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan. Penarikan kendaraan secara sepihak ini merupakan salah satu klausula yang terdapat pada perjanjian sewa beli dan menjadi dasar bagi perusahaan pembiayaan untuk melakukan penarikan kendaraan tersebut. Hal ini menurut peneliti merupakan kekeliruan yang patut dicermati dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

a. Penarikan kendaraan secara sepihak tanpa melalui putusan/penetapan pengadilan merupakan ciri dari perjanjian yang memungkinkan parate eksekusi (eksekusi tanpa putusan hakim).

(45)

Fidusia. Perjanjian sewa beli tidak diatur oleh undang-undang yang memungkinkan adanya parate eksekusi sehingga tindakan penarikan kendaraan secara sepihak dalam pandangan peneliti merupakan kekeliruan bagi perusahaan pembiayaan.

c. Penarikan kendaraan secara sepihak dilaksanakan tidak berdasarkan undang-undang tetapi hanya didasarkan pada perjanjian, sehingga klausula tersebut merupakan suatu bentuk klausula yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Ketidakadilan dapat terjadi dalam proses penarikan tersebut terutama apabila pembayaran pihak konsumen telah mencapai 50 % dari perjanjian. d. Penarikan kendaraan yang dilakukan dengan memasuki tempat di mana

kendaraan disimpan dapat menimbulkan akibat hukum berupa tindak pidana perampasan atau tindak pidana memasuki pekarangan tanpa izin atau perusakan. Hal ini juga bertentangan dengan ketertiban karena rentan dengan kericuhan bahkan dapat berakhir dengan kekerasan.

Konsekuensi penggunaan pranata sewa beli dalam perjanjian pembelian kendaraan bermotor adalah tidak dimungkinkan penarikan kendaraan secara sepihak dengan menggunakan cara-cara yang disebutkan dalam klausula perjanjian. Penggunaan prosedur parate eksekusi hanya dimungkinkan jika pranata yang digunakan dalam hal ini adalah perjanjian fidusia melalui pendaftaran fidusia 1 (satu) bulan setelah penandatanganan perjanjian fidusia.

(46)

jalan mengubah pranata yang digunakan dengan tidak menggunakan perjanjian sewa beli tetapi menggunakan pranata perjanjian fidusia dengan melakukan pendaftaran fidusia pada Kanwil Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pilihan bagi perusahaan pembiayaan dalam hal ini adalah menggunakan perjanjian sewa beli dengan prosedur lebih sederhana dan tidak memiliki kewajiban membayar pendaftaran namun kepada perusahaan pembiayaan tidak diberikan kewenangan melakukan penarikan kendaraan secara langsung atau melakukan perjanjian pembiayaan pembelian kendaraan bermotor dengan menggunakan pranata perjanjian fidusia dengan prosedur lebih panjang dan biaya lebih besar namunmemberikan kewenangan kepada perusahaan pembiayaan untuk melakukan penarikan kendaraan secara sepihak (parate eksekusi).

Semenjak PT. Summit Oto Finance didirikan sampai sekarang timbul berbagai permasalahan diantaranya :

1. Unit dan nasabah raib.

2. Debitur dan atau penjamin memberikan suatu data, pernyataan, surat keterangan atau dokumen yang ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan fakta sebenarnya atau mengenai hal-hal yang oleh PT. Summit Oto Finance dianggap penting.

3. Jaminan dipindahtangankan atau dijaminkan kepada pihak ke 3 (tiga) tanpa ijin tertulis sebelumnya dari PT. Summit Oto Finance.

4. Spare parts (suku cadang asli). 5. Unit (motor) ditukar.

(47)

7. Pinjam nama keluarga.

8. Pinjam nama pihak ke 3 (tiga) atau orang lain, dan

9. Debitur atau nasabah mengubah warna, bentuk maupun fisik kendaraan.67

Adapun yang dimaksud dengan kredit macet berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Rinaldi Jusni yang bertindak sebagai Divisi Collection PT. Summit OtoFinance, Maka diperoleh informasi bahwa kredit macet debitur

tersebut terhitung dari hari pertama sejak debitur jatuh tempo untuk membayar angsuran motor tersebut. 68

1. Hubungan pihak krediturdengan debitur

Berikut adalah hubungan hukum antara 3 pihak yaitu :

Hubungan antara pihak Summit Oto Finance dengan debitur sebagai pihak yang menerimabiaya adalah hubungan yang bersifat kontraktual, yang artinya didasarkan pada kontrakyang dalam hal ini adalah perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak miliksecara fidusia. Pihak perusahaan pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberisejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang, sedangkan pihak konsumen sebagaipenerima biaya berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secaracicilan atau angsuran kepada pihak pemberi biaya (PT. Summit Oto Finance).

2. Hubungan pihak debitur dengan dealer.

Antara pihak debitur dengan dealer terdapat hubungan jual beli (bersyarat), di mana pihak dealer selaku penjual menjual barang kepada

67

Ibid.

68

(48)

debitur selaku pembeli dengan syarat, bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga yaitu pihak pemberi biaya. Syarat tersebut memiliki arti, bahwa apabila karena alasan apapun pihak pemberi biaya tidak dapat menyediakan dananya, maka jual beli antara dealer dengan debitur

sebagai pembeli akan batal.

3. Hubungan Summit Oto Finance dengan dealer.

Antara pihak Summit Oto Finance dengan dealer tidak ada hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak penyedia dana hanya pihak ketiga yang disyaratkan untuk menyediakan dana dan digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak dealer dengan debitur. 69

Adapun penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau musyawarah seperti yang dijalankan oleh PT. Summit Oto Finance didalam menyelesaikan kredit macet kendaraan bermotor tersebut dijelaskan sebagai berikut :70

a. Pada Overdue/keterlambatan 1-3 hari pihak Provider yang telah berkerja sama dengan PT. Summit Oto Finance akan menelepon debitur dan mengingatkan bahwa debitur sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran motor tersebut.

b. Apabila tidak ada pembayaran dari penerima fasilitas atau debitur pada keterlambatan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari tersebut, maka pada hari ke 4 (empat) A/R Head Bucket 1 dan 2 berdasarkan DKHC (Daftar Kerja Harian Collector) menugaskan Aro (Account Receivable Officer) untuk melakukan penagihan langsung kerumah/ ketempat kerja debitur

69

Ibid.

70

(49)

ataualamat lainsambil mencari informasi keberadaan unit tersebut, penagihan ini maksimal 4 (empat) kali kunjungan dalam 1 (satu) bulan. c. Jika masih juga tidak dilakukan pembayaran maka secara sistem akan

terbit SuratPeringatan (SP) 1 (satu) pada keterlambatan 18 hari yang batas waktunya diberikan 7(tujuh) hari kerja kepada penerima fasilitas. Apabila Surat Peringatan (SP) 1 (satu) taditidak ditanggapi oleh debitur dan

debitur tetap tidak membayar angsuran motor yang tertunggak tersebut, maka terbit Surat Peringatan (SP) 2 (dua) pada keterlambatan 25 hari yang batas waktunya juga 7 (tujuh) hari kerja, jika tetap tidak dilakukan pembayaran maka pada overdue/keterlambatan 31 hari secara sistem dan DKHR (Dafrar Kerja Harian Remedial)Rem.Off (Remedial Ofiicer) terbit Surat Tugas (ST) Penarikan yang di laksanakan oleh Rem. Off (Remedial Officer) untuk melakukan penagihan atau untuk melakukan penarikan unit tersebut, pada keterlambatan 31 hari atau sebelum masuk Over De/keterlambatan 61 hari penerima fasilitas masih juga diberikan kesempatan untuk melakukan pembayaran melalui kasir PT. Summit Oto Finance atau Aro (Account Receivable Officer) atau Rem. Off (Remedial Officer), Sebelum masuk Overdue/keterlambatan 61 hari.

d. Apabila Overdue/keterlambatan 60 hari masih juga tidak dilakukan pembayaran oleh debitur, maka secara sistem akanterbit Surat Keputusan (SK) Penarikan unit tersebut yang dilaksanakan oleh Eksternal Collector

(50)

PT. Summit Oto Finance untuk melakukan penebusan terhadap kendaraan yang telah ditarik, debitur harus mengajukan kredit lancar, yaitu dengan membayar angsuran tertunggak ditambah dengan membayar angsuran 3 bulan dimuka ditambah dengan denda keterlambatan yang timbul dan biaya proses penarikan. Proses kredit lancar hanya bisa dilakukan maksimal 7 hari setelah tanggal unit debitur ditarik oleh pihak PT. Summit Oto Finance biaya penarikan tetap akan dikenakan kepada debitur

walaupun debitur telah mengajukan kredit lancar atau melunasi kredit kendaraannya untuk mengambil kembali kendaraannya.71

e. Jika Eksternal Collector Bucket 3 tidak bisa melakukan penarikan unit tersebut maka secara otomatis berpindah ke Eksternal Collector Bucket 4

yang di pimpin oleh A/R Head Bucket 4 yaitu pada Overdue/keterlambatan 121-209 hari dan A/R Head Bucket 4 disini mempunyai waktu untuk melakukan penarikan unit tersebut sampai dengan keterlambatan 209 hari f. Apabila tetap tidak ada penyelesaian pada keterlambatan 121-209 hari

maka secara sistem masuk kategori WO (Write Off) pada keterlambatan 210 hari, yang diambil alih oleh ROA (Recovery Officer Area).72

Prosedur Dan Mekanisme Penyelesaian Kredit Macet yang dibuat Oleh PT. Summit Oto Finance :

Adapun prosedur “Medium Risk” yang dilakukan oleh PT. Summit Oto Finance, didalam menyelesaikan kredit macet kendaraan bermotor tersebut dijelaskan sebagai berikut :

71

Ibid.

72

(51)

a. Pada Overdue/keterlambatan 1-3 hari pihak Provider yang telah berkerja sama dengan PT. Summit Oto Finance akan menelepon debitur dan mengingatkan bahwa debitur sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran motor tersebut.

b. Apabila tidak ada pembayaran dari penerima fasilitas atau debitur pada keterlambatan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari tersebut, maka pada hari ke 4 (empat) A/R Head Bucket 1 dan 2 berdasarkan DKHC (Daftar Kerja Harian Collector) menugaskan Aro (Account Receivable Officer) untuk melakukan penagihan langsung kerumah/ ketempat kerja debitur

ataualamat lainsambil mencari informasi keberadaan unit tersebut, penagihan ini maksimal 4 (empat) kali kunjungan dalam 1 (satu) bulan. c. Jika masih juga tidak dilakukan pembayaran maka secara sistem akan

terbit SuratPeringatan (SP) 1 (satu) pada keterlambatan 18 hari yang batas waktunya diberikan 7(tujuh) hari kerja kepada penerima fasilitas. Apabila Surat Peringatan (SP) 1 (satu) tidak ditanggapi oleh debitur dan debitur

(52)

pembayaran melalui kasir-kasir PT. Summit Oto Finance atau Aro

(Account Receivable Officer) atau Rem. Off (Remedial Officer), Sebelum masuk Overdue/keterlambatan 61 hari.

d. Apabila Overdue/keterlambatan 60 hari masih juga tidak dilakukan pembayaran oleh debitur, maka secara sistem akanterbit Surat Keputusan (SK) Penarikan unit tersebut yang dilaksanakan oleh Eksternal Collector

atau yang lebih dikenal dengan sebutan Deft Collector (DC) dibawah kepemimpinan A/R Head Bucket 3. jika unit berhasil dilakukan penarikan oleh Eksternal Collector, disini debitur masih diberikan kesempatan oleh PT. Summit Oto Finance untuk melakukan penebusan terhadap kendaraan yang telah ditarik, debitur harus mengajukan kredit lancar, yaitu dengan membayar angsuran tertunggak ditambah dengan membayar angsuran 3 bulan dimuka ditambah dengan denda keterlambatan yang timbul dan biaya proses penarikan. Proses kredit lancar hanya bisa dilakukan maksimal 7 hari setelah tanggal unit debitur ditarik oleh pihak PT. Summit Oto Finance biaya penarikan tetap akan dikenakan kepada debitur

walaupun debitur telah mengajukan kredit lancar atau melunasi kredit kendaraannya untuk mengambil kembali kendaraannya.73

e. Jika Eksternal Collector Bucket 3 tidak bisa melakukan penarikan unit tersebut maka secara otomatis berpindah ke Eksternal Collector Bucket 4

yang di pimpin oleh A/R Head Bucket 4 yaitu pada Overdue/keterlambatan 121-209 hari dan A/R Head Bucket 4 disini mempunyai waktu untuk melakukan penarikan unit tersebut sampai dengan keterlambatan 209 hari.

73

(53)

f. Apabila tetap tidak ada penyelesaian pada keterlambatan 121-209 hari maka secara sistem masuk kategori WO (Write.Off) pada keterlambatan 210 hari, yang diambil alih oleh ROA (Recovery Officer Area).74

Selanjutnya didalam menyelesaikan kredit macet yang dilakukan oleh debitur

dalam hal ini PT. Summit Oto Finance memberikan solusi kepada debitur supaya tidak terjadinya kemacetan pembayaran, adapun tindakan tersebut yaitu dengan program rehab dan restructure.

Rehab adalah usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada

debitur yang memiliki kendala dalam membayar angsuran untuk melakukan perubahan terhadap tanggal jatuh tempo angsuran maupun term of payment. 75

Restructure adalah usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada debitur yang memiliki kendala dalam membayar angsuran untuk melakukan perubahan term of payment pada perjanjian kredit seperti perubahan pada besar angsuran dan jangka waktu pembayaran.76

Perlindungan hukum terhadap kreditur akibat tindakan debitur yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak adalah dengan didaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia, dan akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini memberikan kepastian hukum kepada PT. Summit Oto Financeuntuk melakukan penarikan unit kendaraan debitur apabila debitur melakukan

74

Ibid.

75

Ibid.

76

(54)

pelanggaran kontrak atau wanprestasi sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 77

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian sewa beli dapat dilakukan dengan cara musyawarah dan jika jalan ini gagal dilaksanakan, maka bentuk penyelesaian yang tepat adalah mengajukan gugatan wanprestasi ke Pengadilan. Pengajuan gugatan dalam kenyataannya menimbulkan kondisi tidak efektif dan tidak efisien bagi pihak perusahaan pembiayaan, namun efektivitas dan efisiensi dalam hal ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengesampingkan kaidah hukum yang telah digariskan dalam klausula-klausula perjanjian yang dibuat oleh para pihak, yaitu kreditur dan debitur serta pihak asuransi sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka, sehingga harus mematuhinya.Dalam hal ini perjanjian yang berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang dibuat oleh mereka sendiri.Biasanya baru benar dilaksanakan, jika sudah

Sehingga apabila debitur melanggar larangan tersebut dan tetap tidak ada pembayaran maka jalan terakhir yang ditempuh oleh PT. Summit Oto Financeadalah melakukan penarikan unit kendaraan bermotor tersebut.

Kemudian perlindungan hukum kreditur itu diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi :

“Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia”.

b. Jalur Hukum

77

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Sembah sujudku dan segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena hanya dengan kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan

menggunakan perangkat pembelajaran pada konsep daur ulang sampah terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi di SMA. 2) Bagi siswa,

Hal itu dijelaskan oleh Nurudin, seorang ketua bidang pembinaan di LPTQ Kecamatan Kalidawir ketika diwawancarai oleh penulis pada hari Senin?. tanggal 26 Desember

2. Gunakan variabel dan bilangan untuk menuliskan sebuah persamaan yang menjelaskan biaya penggunaan Bus Angkasa dengan banyak siswa sebarang. Gunakan cara yang sama yang kamu

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan aplikasi pemesanan tiket kereta api. Bahasa Pemrograman yang digunakan adalah WML, PHP dan MySQL

100 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota, alokasi anggaran Dekonsentrasi dapat dipergunakan

PHP sendiri sebagai bahasa pemrograman yang bersifat scripting yang banyak sekali digunakan untuk membangun web di berbagai lapisan dunia karena kedinamisan dan kompleksitasnya

Terkait perubahan nomenklatur SKPD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan