Universitas Negeri Malang
A. LATAR BELAKANG
Persepsi pembelajar asing terhadap bahasa Indonesia beragam; sebagian mengatakan bahasa ini sulit, yang lain justru mengomentarinya sangat mudah. Bagaimanapun melansir dari berbagai sumber, peneliti cenderung sependapat dengan persepsi ke dua; yakni mudah. Perspesi kami atas dasar bahwa keluhan bahasa Indonesia hanya terletak pada faktor afiksasi; seperti imbuhan ke-an untuk menyatakan kata be6nda
dan pe- untuk pelaku3, sedangkan ‘kemudahannya’ terletak pada banyak faktor; seperti (i)
bahasa Indonesia tidak mengenal aspek waktu (tenses), (ii) tidak mengalami perubahan
bentuk kata, (iii) kosakata bebas gender, (iv) intonasi tidak mempengaruhi makna kata
dan (v) tidak mengenal jumlah, (vi) tanpa tingkat tutur (speech level) dan (vii) struktur
kalimat yang sederhana (Susanto, 2007), (Puspita,2015)4. CNN Indonesia tertanggal 6
September 2014 dalam artikelnya yang berjudul ‘Bahasa Termudah menurut Masing-Masing
3
Lihat ‘Bahasa Indonesia lebih Sulit dari Bahasa Inggris, http://www.kompasiana.com/hsancoko/bahasa- indonesia-lebih-sulit-daripada-bahasa-inggris_552ac069f17e61703ad623a6, dilansir pada 5 Mei 2016. 4Warga dunia disarankan pelajari 5 bahasa ini, termasuk Indonesia,
http://www.merdeka.com/peristiwa/warga-dunia- disarankan-pelajari-5-bahasa-ini-termasuk- indonesia/bahasa-indonesia.html, dilansir pada 7 Mei 2016.
104 | KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016
Bangsa’ mensiratkan bahwa kemudahan berbahasa sebenarnya sangat relatif, dalam hal pelafalan khususnya akan sangat bergantung pada kedekatan geografis dan eksposure
penduduk tersebut dengan B25.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, kemudahan bahasa Indonesia diklaim banyak pihak terletak pada aspek sintaksis, bagaimana dengan semantik? Sejauh pengamatan peneliti, tidak banyak literature yang mengurai hal ini, padahal aspek semantik bahasa Indonesia bisa cukup membingungkan para pembelajar asing sebab bentuk nya yang serupa namun berbeda dalam segi pemaknaan. Bagaimanapun agar bahasan tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya berfokus pada kajian homonim, homofon, homograf dan polisemi. Tujuan penelitian ini adalah memberikan deskripsi umum taksiran kemampuan
pembelajar asing terhadap kata-kata ‘sulit’ dalam bahasa Indonesia. Semakin baik tingkat
kemampuan mereka membedakan makna kata dari setiap kajian semantik, semakin baik pula kemampuannya berbahasa Indonesia.
METODOLOGI
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang dari latar belakang negara dan rentang waktu belajar bahasa Indonesia yang beragam. Setelah menentukan tujuan penelitian, hal yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan standar sample. Standar sampel adalah orang asing yang pernah belajar bahasa Indonesia di Indonesia. Langkah ke
dua kami lakukan dengan membagikan kuesioner yang berisi kata-kata ‘sulit’ dalam
bahasa Indonesia. Yang dimaksud kata ‘sulit’ dalam penelitian ini adalah kosakata yang
memiliki bunyi dan atau tulisan yang sama namun makna yang berbeda; dalam lingkup semantik hal ini termasuk kajian homofon, homograf dan homonim. Secara rinci kami jabarkan masing-masing kajian; yang dimaksud homofon adalah dua kata yang sama bunyinya tapi berbeda tulisan maupun makna (Widjono, 2007:109), (Wiyanto, 2012:27), homograf adalah dua kata atau lebih yang memiliki bentuk tulisan sama namun berbeda secara bunyi maupun makna (Widjono, 2007:110), sedangjan homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan dan lafalnya sama tetapi maknanya berbeda (Wiyanto, 2012:27). Tidak hanya itu, kami juga menambahkan kajian polisemi. “Polisemi adalah satu leksem
yang memiliki variasi makna yang saling terkait” (Prayudha, 2015:15). Leksem kami
sajikan dalam satu kesatuan dengan kalimat. Masing-masing kajian beserta contoh soaal kami dalam kuesioner kami sajikan sebagaimana berikut.
Homofon:
Saya sangat suka musik rock.
______________________________________________________________________ Ayu memakai rok ke kampus.
___________________________________________________________________________
Homograf
Per sepeda itu bekerja dengan baik.
____________________________________________________________________________ Mahasiswa harus membayar uang SPP per semester.
____________________________________________________________________________
Homonim
Keadaan Palestina sedang genting.
5CNN Indonesia. Bahasa Termudah bagi Masing-Masing Bangsa: Misteri Penutur Multi Bahasa,
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141106150856-241-10067/bahasa-termudah-menurut-masing- masing-bangsa/, dilansir pada 5 Mei 2016.
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016 | 105
___________________________________________________________________________ Genting rumah ayah bocor.
___________________________________________________________________________
Polisemi
Mata saya perih terken debu.
___________________________________________________________________________ Polisi itu menjadi mata-mata bandar narkoba.
___________________________________________________________________________
Garis bawah pada setiap soal menandakan kolom isian yang wajib dipenuhi partisipan. Salah satu partisipan kami menjawab kuesioner dengan cara mengalihbahakan seluruhnya ke dalam bahasa Inggris; Contoh:
Bentuk 1
Keadaan Palestina sedang Genting
The Palestine situation is somewhat critical__________________________________________ Genting rumah ayah bocor.
Father’s house roof has a leak_____________________________________________________
Namun sebagian menjawabnya dengan cara: Bentuk 2
Pada bulan Desember akan diadakan semester.
Month__________________________________________________________________________ Malam ini bulan bersinar dengan indah.
Moon___________________________________________________________________________ Sebelum menyebarkannya, sebenarnya instruksi pengisian kuesioner telah kami jelaskan (pengisian yang benar ditunjukkan pada ‘Bentuk 1’), namun dari delapan
partisipan dua diantaranya menjawab dalam ‘Bentuk 2’. Bagaianapun selama jawaban
mereka memiliki subtansi kebenaran, maka hal tersebut kami anggap benar, maka Bentuk 2 pada contoh kedua-duanya benar. Kusioner kami bagikan melalui media e-mail. Kusioner terdiri dari 32 butir soal; 8 soal untuk tiap-tiap kajian: 8 butir soal homofon, 8 butir soal homograf, 8 butir soal homonim dan 8 soal untuk polisemi.
Setelah seluruh kuesioner yang telah diisi terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi status jawaban tiap butir; benar atau salah. Sebelum menyimpulkan, kami membagi jawaban partisipan berdasarkan status mereka (mengacu pada lama belajar di Indonesia). Status ini terbagi ke dalam tiga kategori: (i) 6-10 tahun, dan (ii) +11 tahun. Dari pengkategorian ini maka didapatkan hasil:
a. Kategori 6-10 tahun: 4 partisipan belajar selama 6 tahun, dan 1 partisipan selama 8 tahun.
b. Kategori +11 tahun: 2 partisipan masing-masing belajar selama 15 dan 30 tahun.
PEMBAHASAN
Penelitian kami menunjukkan terdapat perbedaan yang relatif kecil antara individu asing yang belajar bahasa Indonesia selama kurun waktu 0-10 tahun dan +10 tahun. Sampel kami secara detail terbagi atas delapan orang yakni:
106 | KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016
Kategori 0-10 tahun
Nama Jumlah Jawaban
Benar Nama
Jumlah Jawaban Benar
Betty (2 tahun) 28 Jun (6 tahun) 26
Hanna (8 tahun) 24 Lois (6 tahun) 22
Jona (6 tahun) 24 Yuni (6 tahun) 25
Kategori +11 tahun
Nama Jumlah Jawaban
Benar
David (30 tahun) 28
Mery (15 tahun) 26
Setelah data telah terklasifikasi, peneliti menghitung total jawaban benar, dan menyusunnya dalam bentuk prosentasi sebagaimana berikut.
TOTAL JUMLAH JAWABAN BENAR PER KATEGORI Kategori 0-10 tahun : 149 butir
Kategori +11 tahun : 54 butir
PROSENTASE JAWABAN BENAR PER KATEGORI Rumus:
jumlah jawaban benar (jumlah jawaban benar partisipan x butir jawaban benar per quesioner X 100%
jumlah total soal (jumlah partisipan x butir soal per quesioner)
Kategori 0-10 tahun
149 X 100% = 83% 54 X 100% = 90% 180 60
Ditampilkan dalam bentuk diagram
Kategori +11 tahun
54 X 100% = 90% 60
Ditampilkan dalam bentuk diagram
Jawaban Benar 83% Jawaban Salah 17% 0% 0%
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016 | 107
KESIMPULAN
Penelitian menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara Kategori 0-10 dan Kategori +11 tahun; 83% berbanding 90%. Hal ini menunjukkan bahwa lama tidaknya seseorang tinggal di Indonesia tidak menjadi faktor signifikan yang menentukan kerberhasilannya memahami leksem dalam bahasa Indonesia. Faktor-faktor lain yang kami
hipotesiskan cukup berpengaruh adalah motivasi, exposure dan tingkat kognisi individu.
Didukung oleh partisipan Betty yang menetap di Indonesia selama 2 tahun, kemampuannya sangat tinggi yakni mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 28 butir, angka yang setara dengan David yang telah belajar selama 30 tahun.
REFERENSI :
Puspita, O.W. (2015). Penggunaan Lirik Laru sebagai Bahan Pembelajaran Mahasiswa BIPA dalam Upaya Mengenalkan Karakteristik Indonesia. Makalah dalam Konferensi Bahasa III. Universitas Negeri Surakarta: 475-481.
Kompasiana. (2015). Bahasa Indonesia Lebih Sulit dari Bahasa Inggris. (Artikel online), http://www.kompasiana.com/hsancoko/bahasa-indonesia-lebih-sulit-daripada- bahasa-inggris_552ac069f17e61703ad623a6, dilansir pada 7 Mei 2016.
CNN Indonesia. Bahasa Termudah bagi Masing-Masing Bangsa: Misteri Penutur
Multibahasa. (artikel online),
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141106150856-241-10067/bahasa- termudah-menurut-masing-masing-bangsa/, dilansir pada 5 Mei 2016.
Merdeka.com. (2014). Warga Dunia Disarankan Pelajari 5 Bahasa Ini, termasuk Indonesia. (Artikel online), http://www.merdeka.com/peristiwa/warga-dunia-disarankan- pelajari-5-bahasa-ini-termasuk-indonesia/bahasa-indonesia.html, dilansir pada 7 Mei 2015.
Widjono, Hs. (2007). Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Wiyanto, A. (2012). Kitab Bahasa Indonesia. Jogjakjarta: Jogja Bangkit Publisher.
Jawaban Benar 90% Jawaban Salah 10% 0% 0%
108 | KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016 Biografi Penulis
Penulis 1
Timotius Ari Candra Aprilianto dilahirkan di Lumajang pada 4 April 1989. Sekarang dia mengambil Program Pascasarjana Keguruan Bahasa di Universitas Negeri Malang. Pendidikan terakhirnya ditempuh di Universitas Kanjuruhan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pernah mengajar di SMPN 5 Kepanjen, Malang. Hingga saat ini aktif melakukan penelitian terutama dalam bidang bahasa.
Alamat : Jl. Wijaya Kusuma, Tempursari, Lumajang Telepon : +62 81333797818
Penulis 2
Dian Febrianti dilahirkan di Sidoarjo tanggal 15 Februari 1991. Sekarang dia sedang mengambil Program Pascasarjana Keguruan Bahasa di Universitas Negeri Malang. Pendidikan terakhirnya ditempuh di Universitas Brawijaya, Program Sarjana Sastra Inggris. Pengalama bekerja terutama bergerak di bidang akademik, seperti penelitian dan
mengajaran. Dia pernah bekerja di IRDH (International Research and Development for Human
Beings) pada 2014-2015, juga sebagai pengajar di lembaga bimbingan swasta dan asisten
dosen untuk mata kuliah Basic Oral and Auditory Skills di Universitas Brawijaya.
Alamat : Jl. Jenggolo II no.85 Sidoarjo Telepon : +62 85730422943
Penulis 3
Girindra Wardhana dilahirkan di Malang tanggal 25 September 1993. Sekarang dia mengambil Program Pascasarjana Keguruan Bahasa di Universitas Negeri Malang. Pendidikan terakhirnya ditempuh di universitas yang sama, Program Studi Sastra Cina. Sejak 2012 dia aktif mengajar di berbagai sekolah dan lembaga bimbingan swasta.
Alamat : Jl Natrium No.19 Malang Telepon : +62 85755548747
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA & BUDAYA (KS2B) 2016 | 109