• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.7.5. Sistematika Penyajian

2.2.2.3. Latar Sosial

2.2.2.3.2. Latar Sosial Kota

Kehidupan sosial di kota kecamatan Agats bersifat dinamis, berkembang dalam segala hal. Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Perkembangan

zaman yang terus melaju menuntut orang untuk kreatif dan serba cepat. Ero dan Arben merupakan cermin masyarakat kota yang kreatif. Mereka menjalankan niaga barang-barang elektronik serta minuman-minuman beralkohol bahkan tidak segan-segan memperjual-belikan kayu gaharu yang bermakna sakral bagi masyarakat Asmat. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(57) Akan tetapi, tidak jauh dari kampung ini, tepatnya di ibukota kecamatan Agats, suatu perubahan telah terjadi. Aroma harum kayu gaharu, telah menyengat sedemikian rupa. (hlm. 63).

(58) Ero dan Arben bersemangat menawarkan uang, tape recorder, Wisky, Vodka kepada Mundus. Para pencari kayu gaharu ini sengaja membawanya untuk mengeruk keuntungan dari penjualan gaharu. (hlm. 66).

Kehadiran orang-orang kota dengan kehidupan kotanya telah menyeret masyarakat Buetkuar mengikuti pola hidup mereka. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(59) Suasana di seputar hutan Buetkuar tidak lagi sunyi. Suara musik meraung-raung dari tape recorder yang diputar dengan suara maksimal. (hlm. 67).

(60) Sejak kehadiran para pencari gaharu yang berlomba membeli kayu harum itu dengan harga mahal, barang-barang industri terus membanjir. Baik Mundus, Mika dan Yowero terbiasa memanfaatkan dan menjadi konsumtif. (hlm. 69).

(61) Sementara Mika mulai mengikuti kegenitan Ero. Setelah pakaian-pakaian baru, ia memiliki pula bedak, sisir dan gincu. Ia terlalu bergembira dengan barang-barang yang dikenakannya. (hlm. 70). Kayu gaharu yang dianggap sakral dan agung itu akhirnya menjadi komoditi besar-besaran, kehilangan maha kesucian, dan tidak dihargai oleh orang-orang dengan modal jutaan rupiah. Kehadiran orang-orang kota memang melahirkan bentuk-bentuk kehidupan dengan ragam yang berbeda, dengan apa yang ada di desa. Sehingga sistem kehidupannya pun berbeda.

2.2.3. Alur

Peristiwa yang diurutkan membangun tulang punggung cerita yaitu alur. Alur merupakan urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan oleh peristiwa yang lain (Stanotor via Nurgiyantoro, 1995: 113). Alur dalam Kapak adalah alur linear atau alur terusan. Alur linear atau alur terusan adalah alur yang tersusun berdasarkan kronologis cerita. Dari pembacaan novel ini, alur dalam novel Kapak dibagi menjadi tujuh bagian yaitu: (1) kehidupan pasangan Mika dan Mundus yang bahagia, (2) Duka mendalam Mika akibat kekerasan suaminya, (3) Balas dendam Mika terhadap suaminya, (4) kedatangan para pencari gaharu dari kota Agats, (5) penyesalan Mundus akibat penyelewengannya, (6) kesedihan Mika karena meninggalnya Mundus, dan (7) pernikahan Mika yang tidak bahagia dengan Jirimo.

Novel Kapak disusun oleh Dewi Linggasari dengan menggunakan alur terusan. Alur terusan tampak pada bagian pertama yaitu kisah pasangan Mika dan Mundus yang bahagia. Namun kebahagiaan itu tidak belangsung lama akibat perlakuan kasar Mundus terhadap Mika. Kebahagiaan Mika dan Mundus yang hanya berlangsung sesaat digambarkan Dewi Linggasari pada bagian kisah bahagia yang terdapat dalam kutipan berikut:

(62) Mundus dan anak-anaknya tampak begitu girang ketika Mika memberikan bayi itu kepada Mundus. (hlm. 11).

(63) Mundus meninggalkan rumah panggung itu dengan anak panah dan gendewa di tangan. Ia hendak berburu binatang. Hari ini anaknya lahir, ia ingin memberikan hidangan istimewa bagi keluarganya. (hlm. 13). Kebahagiaan pasangan itu hanya berlangsung sesaat karena sikap Mundus yang kasar terhadap Mika. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(64) Keesokan harinya anak-anaknya terjaga dengan suara bentakan, sumpah serapah, bunyi tamparan, dan isak tangis dari Mika. (hlm. 21).

(65) Tubuh Mika bergetar, Mika belum bisa berkata apa pun. Dan ketika sadar Mika benar-benar tahu apa yang terjadi, tangisnya pecah. Bayangan Mundus berkelebat menjauh dari rumah panggung meninggalkan seisi rumah yang terpaku dalam gamang. (hlm. 21). Alur terusan juga tampak pada bagian dua, yaitu memaparkan kisah duka dan derita Mika akibat kekerasan suaminya. Penderitaan Mika menimbulkan malapetaka baru. Setelah Mundus menyeleweng dengan perempuan lain. Pada bagian ini cerita disusun secara kronologis berdasarkan waktu kejadian (hlm. 21-102).

Bagian selanjutnya adalah bagian tiga, yaitu balas dendam Mika terhadap suaminya. Pada bagian ini diceritakan pula kisah Mika ketika ia mengingat setiap kekerasan yang dilakukan suaminya. Dengan penuh tekad Mika mengukuhi keputusannya, yakni ia akan membalas sakit hatinya pada pesta setan yang sudah menjadi tradisi di kampung itu. (hlm. 35 – 47).

Bagian keempat mengisahkan kedatangan para pencri gaharu dari Agats (hlm. 63-65). Bagian ini ditampilkan pula kisah bahagia Mundus dengan keluarganya karena banyak perubahan kehidupan mereka karena gaharu (hlm. 70-72). Cerita dilanjutkan dengan perselingkuhan Mundus dengan wanita-wanita pencari gaharu dan keresahan serta rasa cemburu Mika akan tindakan suaminya (hlm. 75-98). Pada bagian ini Dewi Linggasari juga menggunakan alur terusan karena cerita disusun berdasarkan kronologis peristiwa.

Bagian kelima yakni penyesalan Mundus akibat penyelewangannya. Bagian ini mengisahkan tentang penyesalan Mundus atas tindakan kekerasan dan sikapnya terhadap Mika. Mika adalah ibu dan istri yang baik dan ia telah menyengsarakannya (hlm. 100-102).

Bagian selanjutnya adalah bagian keenam yakni kesedihan Mika karena meninggalnya Mundus. Pada bagian ini diceritakan pula kesetiaan Mika mendampingi dan merawat suaminya yang menderita sakit parah. Meskipun ia sering diperlakukan kasar oleh suaminya, Mika tetap menghargai dan mencintai suaminya sampai ajal menjemputnya (hlm. 100-102). Bagian ini juga menggunakan alur terusan karena cerita disusun berdasarkan kronologis peristiwa.

Bagian ketujuh, yakni bagian pernikahan Mika yang tidak bahagia. Bagian ini mengisahkan pernikahan Mika dan Jirimo yang tidak bahagia di pihak Mika. Pernikahan itu memberatkan Mika karena ia masih mencintai almarhum suaminya. Ia tidak ingin membagi cintanya dengan laki-laki lain, namun adat suku Asmat membenarkan Jirimo mengambil Mika yang adalah janda kepala perang sebagai istrinya. Masyarakat setempat setuju dan menobatkan Jirimo sebagai kepala perang menggantikan Mundus (hlm. 103 – 131). Bagian ini juga masih menggunakan alur terusan karena cerita disusun berdasarkan kronologis peristiwa.

2.2.4 Tema

Pengungkapan tema suatu karya sastra didukung dari hasil analisis tokoh, alur, serta latar. Tema ini terungkap lewat tokoh Mika dan didukung oleh penggambaran latar dan alur dalam cerita.

Tokoh Mika dalam novel Kapak digambarkan sebagai seorang wanita yang sederhana dan bersuamikan seorang kepala perang. Ia juga seorang istri dan ibu yang baik bagi kelima anaknya. Meskipun seorang istri, Mika tidak berpangku tangan. Ia bekerja membantu mencari nafkah. Ia tidak menggantungkan seluruh hidupnya pada laki-laki (suaminya). Mika menjadi berani mempertahankan diri dan harga dirinya dan berani mengambil sikap dalam menentukan jalan hidupnya, ketika kekerasan dan penyelewengan yang dilakukan suaminya.

Latar yang dominan dalam novel ini adalah latar kehidupan masyarakat Buetkuar. Latar ini menceritakan kehidupan masyarakat Buetkuar yang sederhana, kaya akan alam, dan masih percaya sepenuhnya pada roh nenek moyang. Latar yang lain adalah kota kecamatan Agats. Agats merupakan kota yang dinamis. Aroma harum kayu gaharu telah menyengat sedemikian rupa, sehingga para pencari mulai berdatangan ke kampung Buetkuar untuk mengeruk keuntungan atasnya.

Alur yang digunakan adalah alur linear atau alur terusan. Pengarang alur terusan sesuai dengan perkembangan cerita yang disusun berdasarkan kronologis cerita.

Melihat hasil analisis latar dan alur serta tokoh, dapat disimpulkan bahwa Mika sebagai wanita memegang peranan penting dalam setiap kejadian. Mika merupakan sosok wanita yang tidak menerima begitu saja atas perlakuan Mundus.

Dia merupakan wanita yang mampu menempatkan diri, memposisikan diri, mempertahankan jati diri dan harga diri dalam situasi yang seburuk apa pun, mengambil keputusan dan dengan penuh tekad mengukuhi keputusannya. Meskipun terkadang juga dia jatuh ingin melarikan diri dari kenyataan, namun akhirnya dia pun sadar dan menerima kenyataan-kenyataan yang harus dihadapinya. Sosok Mika oleh pengarang sangat ditonjolkan, hal ini yang menjadi perhatian.

Wanita tidak hanya berpangku tangan hanya menerima belas kasihan laki-laki. Wanita harus mempunyai sikap tegas. Tema dalam novel Kapak ini adalah seorang wanita bukanlah manusia yang lemah yang terus berada di bawah laki-laki, melainkan merupakan manusia yang mempunyai pribadi mandiri dengan segala keunikan yang ia miliki.

2.2.5 Rangkuman

Demikianlah hasil analisis struktur novel Kapak yang terbangun dengan baik dan teratur. Ini terlihat dari hasil analisis latar, alur, tokoh serta tema. Warna lokal

(local colour) yang menonjol dalam setiap pembicaraan antar tokoh menjadi ciri

dalam novel ini.

Pada bab III, penulis akan menganalisis tokoh Mika yang sangat menarik, dari perjuangan dia untuk selalu mempertahankan harga diri dan jati diri di hadapan suami

dan lingkungannya. Penulis akan mengkaji karakteristik tokoh Mika ini ditinjau dari sudut psikologi arketipe Carl Gustav Jung yang mencakup Topeng, Shadow, Anima

41