• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF CARL GUSTAV JUNG

3.5 Self Dalam Diri Mika

Self menurut Jung merupakan bagian yang sadar dari kepribadian kita. Konflik atau pertentangan tidak berfungsi lagi. Pada taraf ini seseorang mengalami keseimbangan dalam dirinya. Dia merasa utuh dan stabil. Pengalaman-pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman paling dekat ke diri. Ini akan terlihat dalam diri tokoh Mika.

Self yang berhubungan dengan kesadaran dalam diri Mika, yang berhubungan dengan penimbangan antara taraf sadar dan taraf tak sadar. Ini terlihat ketika Mika berusaha merawat Mundus dengan penuh kasih sayang. Ini mencerminkan perjuangan Mika sebagai pribadi ke arah kesatuan keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian. Terdapat dalam kutipan berikut:

(108) Mika menjadi pucat melihat keadaan suaminya. Ia duduk bersimpuh di dekat Mundus dengan air mata bercucuran. Mika mencoba memijit-mijit kaki Mundus untuk mengurangi rasa sakitnya, tetapi Mundus tidak merasakan apa-apa (hlm. 100).

Pengalaman religius Mika yang masih teguh memegang dan percaya akan roh nenek moyang, terlihat ketika Mika mengemukakan pendapatnya dengan tegas, praktis, di hadapan Mundus. Bahkan dalam keadaan sedih melihat keadaan suaminya, ia tetap berpikiran jernih dan tegar. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(109) “Sudahlah Mundus engkau mengerti kini. Kita tahu kalau gaharu sebenarnya tidak boleh dijual pada orang-orang, tapi kita melakukannya. Sehingga engkau mendapat malapetaka. Jangan engkau mengira, bahwa saya tidak mengrti semua perbuatan yang

engkau lakukan dengan perempuan-perempuan itu. Saya tahu Mundus, tapi engkau tidak bisa ditegur. Orang-orang itu membawa roh jahat di dalam tubuhnya. Roh jahat itu kini bersarang di tubuhmu. Tuan tanah telah menghukummu,” Mika bersuara pelan (hlm. 101).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesabaran Mika saat detik-detik kematian suaminya, kepasrahan Mika membuktikan bahwa dia memiliki daya tahan dalam menghadapi kemelut rumah tangganya. Penguasaan Mundus atas dirinya, membuatnya mampu menguasai emosinya. Hal ini membuat Mika tetap tampil utuh di hadapan suaminya. Mika merasakan kepergian suaminya merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan. Tetapi semua ini tidak membuat Mika larut dalam duka atau menjadi patah semangat, dia tetap pasrah menerima semua yang telah ditentukan oleh Tuhan dengan sabar, karena bagi Mika dalam pasrah tidak ada penyalahan kepada lingkungan, pada orang lain dan juga pada diri sendiri.

3.6. Rangkuman

Demikianlah hasil analisis tokoh Mika menurut perspektif Carl Gustav Jung, dalam novel Kapak yang tidak lagi hanya menampilkan tokoh Mika sebagai faset yang menarik yang sering kali bertentangan. Istri tetapi juga pekerja keras, praktis dan keras, tetapi juga bisa memperlihatkan pengertian dan kelembutan, tenang tetapi suatu saat bisa juga menjadi vulgar, sekaligus sederhana dan kompleks. Pribadi Mika yang utuh dan stabil dapat memberi daya tahan dalam menanggung nasib buruk.

Seharusnya berbagai tantangan luar biasa yang dihadapinya membuat tokoh Mika tidak berdaya. Akan tetapi kekuatan-kekuatan bawah sadarnya (arketipe) berupa Topeng, Shadow, Anima-animus, dan Self, membuat sosok Mika tetap tabah, kokoh dan rasional dalam mengambil setiap keputusan.

59 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis struktur dan psikologis dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tokoh utama dalam novel Kapak adalah seorang wanita yang bernama Mika. Tokoh Mika inilah yang intensitas keterlibatannya sangat tinggi. Dari bab pertama sampai akhir tokoh Mika tidak lepas dari berbagai permasalahan. Penyelesaian akhir dari novel ini adalah untuk Mika. Mulai dari seorang ibu yang melahirkan, kerasnya peraturan-peraturan adat, kekuasaan yang dilakukan suaminya hingga menjadi istri yang kokoh mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Tokoh-tokoh lain yang mendukung adalah Mundus, Upra, dan Ero. Mereka adalah Tokoh-tokoh bawahan yang mendukung keberadaan tokoh Mika. Mundus adalah suami Mika, ia memiliki status sebagai seorang kepala perang. Upra adalah istri kedua Mundus. Sedangkan Ero adalah seorang pendatang yang mencari gaharu yang bekerja sebagai penghibur sekaligus selingkuhan Mundus.

2. Sesuai dengan perkembangan cerita, alur dalam novel Kapak adalah alur terusan atau alur linear, karena peristiwa terjadi berurutan. Cerita berupa kehidupan seorang wanita bernama Mika yang sangat menyayangi keluarganya. Lingkungan dan tuntutan adat suku Asmat yang keras, tidak menghambat dia dalam mengarungi kehidupannya. Meskipun bahtera rumah tangganya goyah karena penyelewengan suaminya, serta kekerasan yang dilakukan Mundus terhadapnya,

Mika selalu menerima semua itu dengan kesabaran namun tegas dan berani dalam mengambil keputusan.

3. Penggambaran latar dalam novel Kapak sangat mendukung tokoh Mika. Latar yang dominan adalah perkampungan Buetkuar. Latar waktu yang digunakan dalam novel Kapak adalah pagi, siang, sore dan malam hari. Latar waktu ini memberi gambaran tentang setiap kejadian yang dialami para tokohnya khususnya Mika. Latar sosialnya dapat diketahui melalui adat kebiasaan, keadaan masyarakat serta bahasa para tokohnya dan lingkungan agama atau lingkungan kepercayaan.

4. Tema novel Kapak ini adalah bahwa seorang wanita bukan manusia yang lemah yang terus berada di bawah laki-laki, namun merupakan manusia yang mempunyai pribadi yang mandiri dengan segala keunikan yang dia miliki. Hasil analisis itu digunakan sebagai dasar untuk mendeskripsikan wanita yang tidak hanya lembut, tenang, praktis, namun bisa juga menjadi vulgar sekaligus sederhana dan kompleks dalam mengambil suatu keputusan. Ini terdapat dalam novel Kapak yang diwakili oleh Mika.

Hasil analisis psikologis terhadap tokoh Mika dalam novel Kapak dengan menggunakan teori arketipe Carl Gustav Jung tidak lepas dari hasil analisis struktural. Hasil analisis kelima unsur arketipe teori Carl Gustav Jung antara lain, topeng,

shadow, anima dan animus serta self yang tercermin dalam diri tokoh Mika dalam

menjalani kehidupannya sebagai istri dan ibu, baik di rumah maupun di luar rumah, membuat Mika tetap bertahan untuk bisa menempatkan diri, memposisikan diri dan mempertahankan jati dirinya dalam situasi yang seburuk apapun serta tabah dalam menanggung tantangan kehidupan yang dihadapinya. Hal itu ditopang oleh kekuatan

psikologi bawah sadar (arketipe) yang dimilikinya, yang mencakup Topeng, Shadow,

Anima-animus dan Self.

4.2 Saran

Novel Kapak merupakan sebuah novel yang menarik, karena novel ini mengupas kehidupan yang ada di sekitar kita dengan local colour yang tercermin di dalamnya. Novel Kapak juga mengandung nilai moral baik ditinjau dari tokoh dan penokohannya. Penelitian ini hanya mengupas aspek struktural pembentuk novel yang terdiri dari tokoh dan penokohan, latar, alur, dan tema dan aspek psikologis arketipe. Masih banyak permasalahan-permasalahan menarik dalam novel tersebut yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengkajian novel ini sangat terbuka kemungkinannya didekati dengan pendekatan sosiologi sastra atau meneliti tokoh dan penokohan Mundus sebagai seorang suami ditinjau dari sudut pengaruh lingkungan dan sosial-historisnya.

62

Dirgagunarsa, Singgih. 1985. Pengantar Psikologi. Jakarta. Mutiara

Esten, Mursal. 1990. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Penerbit Angkasa.

File:http:// www.kompas.com/ Yogyakarta/ resensi/ Kapak. htm.

Hartati, Indra. 2001, Skripsi: Proyeksi Unsur-Unsur Anima Positif Tokoh Wisanggeni Pada Sosok Tokoh Upi Sebagai Ungkapan Pembelaan Bagi Kaum Tertindas

dalam Novel Saman. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Linggasari, Dewi. 2005, Kapak. Yogyakarta: Kunci Ilmu.

Mohd Saman, Sahlan. 1985. Kritikan. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Kemetrian Pelajaran Malaysia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nawawi, H. Hadari dan H. Mini Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Oermarjati, Boen. S. 1970. Pengajaran Sastra Indonesia dan Pembinaan Apresiasi

Sastra: Basis,Yogyakarta: Kanisius.

Rahmanto, B dan Hartoko, Dick: 1985. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.

Sumardjono, Yacob dan Saini. K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Cet. 1 Jakarta: Gramedia.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sebatu, Alfons. 1994. Aspek Wanita dalam Kepribadian Manusia. Jakarta Gramedia. Tjahyono, Albertus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi.

Flores: Nusa Indah Pengajaran.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Terjemahan oleh Melani Budianata. Jakarta: Gramedia.