• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF CARL GUSTAV JUNG

3.1 Topeng dalam diri Mika

Menurut Jung, Topeng, dapat dikatakan sebagai bentuk kompromi antara tuntutan lingkungan dan kepentingan norma-norma batiniah seseorang. Topeng sungguh melekat pada kodrat manusia. Dia diperlukan dalam pergolakan hidup manusia. Topeng membantu manusia dalam pergaulan, terutama dalam menyesuaikan diri dengan orang lain, walaupun orang-orang itu tidak disenangi.

Secara keseluruhan topeng membantu manusia untuk menyesuaikan diri dalam situasi yang berbeda-beda. Topeng adalah arketipe yang dibawa sejak lahir. Semua manusia memilikinya.

Melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh Mika dalam kehidupan keluarganya dan perannya sebagai seorang istri kepala perang sepanjang alur novel

Kapak, membuatnya harus pasrah dan tabah dalam menanggung kehidupan yang

dihadapinya.

Mika menggunakan topeng agar ia bergaul sepantasnya dengan orang lain. Topeng membantu Mika terutama dalam menempatkan diri dengan orang-orang bahkan dengan lingkungan yang tidak dia senangi. Maka melalui topeng ini, Mika dapat menyesuaikan diri dengan orang lain bahkan dengan suaminya Mundus. Berikut ini penulis akan mengidentifikasikan macam-macam topeng yang tercermin dalam diri Mika dalam novel Kapak, karya Dewi Linggasari.

3.1.1.1 Topeng Mika sebagai Ibu menurut Adat

Sebagai seorang ibu, Mika mengikuti peraturan adat yang mengharuskan setiap wanita yang hendak melahirkan harus pergi ke tengah hutan. Padahal Mika sendiri tidak menyukai peraturan tersebut. Hal ini terlalu berat bagi Mika karena ia melahirkan anaknya seorang diri di tengah hutan, terdapat dalam kutipan berikut:

(66) Berat hati Mika menuju ke hutan untuk melahirkan anaknya. Peluh telah membasahi seluruh tubuh wanita itu, nafasnya yang terengah cukup sebagai isyarat bahwa ia tengah berjuang melawan maut demi janin yang hendak dilahirkan. Adat tidak memperkenankan seorang wanita melahirkan di rumah (hlm. 9).

Mika adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya. Hal ini terlihat ketika selesai melahirkan Mika berjuang memotong tali pusar anaknya dan dengan

naluri keibuan ia pun memeluk anaknya. Ini menunjukkan ketulusan seorang ibu yang menanggung derita. Kesadaran akan permasalahan hidup dan tuntutan adat yang dihadapinya mendorong Mika untuk selalu sabar. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(67) Dengan penuh kasih sayang, bayi yang terlampaui kecil untuk sebuah ukuran normal itu dipeluknya. Setelah bersusah payah melahirkan, maka masih ada satu hal yang lebih penting yaitu membesarkan (hlm. 10). Peraturan adat suku Asmat tidak hanya berlaku bagi seorang wanita yang hendak melahirkan, tetapi terlihat ketika adat mengijinkan seseorang yang memiliki kedudukan penting dalam adat berhak memiliki dua bahkan empat istri sekaligus. Mika menyadari posisinya sebagai istri seorang kepala perang. Padahal sebagai seorang istri ia berani melawan dan menolak peraturan itu dihadapkan suaminya. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :

(71) Adat mengijinkan seorang laki-laki yang memiliki kedudukan penting dalam adat untuk memiliki istri lebih dari satu. Mika melawan ketika Mundus ingin menikah lagi. “Begini sudah Kitorang Pu adat, “ Yamnen mencoba menghibur ibunya. Kata-kata itu bukan membuat Mika terdiam, bahkan pecah sudah tangisnya. (hlm. 22).

3.1.1.2 Topeng Mika sebagai Istri yang Penurut

Sebagai istri kepala perang, Mika sangat patuh akan apa yang dikatakan suaminya. Setiap pekerjaan yang diinginkan suaminya selalu ia turuti. Padahal Mika sendiri kadang tidak menyukai keinginan suaminya, Mika selalu menghindar dengan menyendiri menjaring ikan hanya untuk melepaskan lelah. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :

(72) Ia begitu tekun mengikuti Mundus untuk pergi meramah sagu di hutan, meramah sagu merupakan pekerjaan yang melelahkan Mika, kadang Mika marah karena Mundus selalu menyuruh untuk cepat menyelesaikan

pekerjaannya. Di sela-sela pekerjaannya itu, Mika menyempatkan diri untuk menjaring untuk melepaskan kepenatannya. (hlm. 17).

Selain sebagai istri yang rajin, Mika kadang diperlakukan kasar oleh suaminya. Ia berusaha untuk tabah. Bahkan ketika Mundus ingin menikah lagi. Ego dalam dirinya menolak, namun ia tidak sanggup melawan Mundus. Ego dalam dirinya mendorong dia untuk tetap bertahan dalam menghadapi keinginan suaminya tersebut. Terdapat dalam kutipan berikut:

(73) Hei, bangun Mika, saya membawa kasuari. Mundus menyepak kaki Mika kemudian menghempaskan tubuhnya yang basah kuyup ke atas tikar (hlm. 14).

(74) Raungan Mika telah berubah menjadi rintihan ketika Mundus dan Upra memasuki rumah secara beriringan. Mika tertunduk tak bergeming. Ia telah kehilangan daya. Ia takut kepada Mundus karena suaminya itu terlalu ringan tangan (hlm.. 22-23).

Kejujuran dan ketidakberdayaan Mika di hadapan Mundus terlihat ketika Mundus menuduhnya berselingkuh. Mika berusaha mempertahankan harga dirinya meski dalam situasi seburuk apapun. Terdapat dalam kutipan berikut:

(75) Sepanjang jalan Mundus mencaci Mika dan menghajar Mika dengan membabi-buta. Kita tidak bermain gila Mundus, hanya pergi menjaring. Donatus itu sepupuku, untuk apa bermain gila (hlm. 33).

Meskipun selalu mendapat perlakuan kasar, Mika selalu menunjukkan keberadaannya di depan suami dan anaknya. Melindungi dan menjaga anak-anaknya selalu ia utamakan. Mika selalu berdoa agar apa yang menimpa dirinya tidak akan terjadi pada anak-anaknya. Terdapat dalam kutipan berikut:

(76) Tiba-tiba membersit seulas senyum di bibir wanita itu. Mika teringat kepada dua anak perempuannya. Mereka adalah anak kepala perang, ia percaya kelak, suami-suami mereka tidak akan dapat memperbudaknya karena kedudukan itu. Perlahan-lahan hatinya menjadi damai. Ia memang tidak bisa melindungi diri dari perkawinannya dengan Mundus. Tetapi perkawinan itu telah menjadi jaring pengaman bagi anak perempuannya (hlm. 30).

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sikap topeng dalam diri Mika ini mau menunjukkan kesabaran Mika dalam menghadapi lingkungan tempat tinggalnya dan suaminya. Penguasaan Mundus atas dirinya membuatnya mampu menguasai emosinya. Topeng dalam dirinya ini membantu Mika agar tetap tampil sebagai seorang istri yang selalu memposisikan diri di hadapan suami dan anak-anaknya, dalam situasi seburuk apapun.

3.1.1.3 Peran Topeng Mika sebagai Istri yang Mandiri

Mencari nafkah adalah kewajiban seorang suami, juga disadari sepenuhnya oleh Mika. Mika tidak ingin hanya di rumah saja, tetapi beraktivitas di luar rumah. Ia selalu pergi ke hutan untuk meramah sagu atau menjaring ikan. Padahal sebagai perempuan “modern” dia ingin ditemani atau dilindungi suaminya tetapi Mundus terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Terdapat dalam kutipan berikut :

(77) Mika membiarkan anak-anaknya bermain di luar rumah. Sedangkan Mundus telah pergi, terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai kepala perang. Dengan tenang Mika mengambil ember jaring dan peralatan lainnya untuk pergi meramah sagu dan menjaring ikan (hlm. 31).

Mika juga aktif menjadi pengurus dalam acara pemberkatan rumah bujang (jew) yang sering diadakan di kampung Buetkuar. Terdapat dalam kutipan berikut:

(78) Sementara Mika sebagai ketua pengurus, bersama wanita-wanita yang lain tengah sibuk menyiapkan hidangan (hlm. 36).

(79) Mika memberi isyarat kepada wanita-wanita itu untuk menghidangkan makanan, maka terdengar suara teriakan bagi semua orang untuk menghentikan tarian. Suasana hening seakan isyarat bagi wanita-wanita itu untuk meletakkan hidangan di atas tapin dengan hati yang damai (hlm. 36-37).

Sebagai seorang istri Mika menyadari perannya sebagai ibu rumah tangga dan mengurusi segala keberesannya. Ia takut kehilangan suaminya, ia ingin melakukan

suatu perubahan dalam dirinya agar selalu ada di dekat Mundus. Terdapat dalam kutipan berikut:

(80) Mika menyadari hubungan Mundus dan Ero. Ia pun mulai mengikuti kegenitan Ero. Mika menukarkan gaharu dengan pakaian-pakaian baru, sisir, bedak, gincu (hlm. 70).

(81) Dengan bedak dan gincu penampilan Mika menjadi lain. Meski Mundus tidak terlalu menyukai perubahan Mika tersebut (hlm. 71).

3.2 Shadow Mika yang Berhubungan dengan Taraf Tak Sadar Personal