• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STRUKTUR ROMAN ISINGA ROMAN PAPUA

2.4.1 Latar Tempat

A. Kampung Aitubu

Kampung Aitubu merupakan kampung tempat Irewa dan Meage tinggal. Di kampung inilah tepatnya di Sungai Warsor Meage dan Irewa bertemu. Di kampung

Aitubu, Irewa dan Meage bersekolah di “sekolah dasar” dan tumbuh dewasa sampai

sama-sama menaruh perasaan.

Meage dan Irewa jatuh cinta dan siap untuk berumah tangga. Mereka dengan bahagianya mengikuti semua rangkaian upacara adat. Akan tetapi ada kenangan lebih pahit terjadi pada Irewa dan Meage. Irewa diculik oleh laki-laki yang sangat tergila- gila dengan Irewa di kampung Aitubu tepatnya di rumah Irewa. Penculikan inilah yang menyebabkan semua kehidupan Irewa berubah. Berikut kutipannya.

54)Suatu hari lain, ada seorang dari Hobone memukuli orang Aitubu. Orang-orang Aitubu tambah marah. Tapi pada pertemuan di rumah Yowi induk perkampungan Aitubu, Bapa Labobar menenangkan mereka. Lalu, di waktu yang berebeda lagi, seorang pemuda Aitubu dibunuh oleh pemuda Hobone bernama Kwamki. Dan terakhir, yang terbaru, adalah itu: Malom dari Hobone menculik Irewa! (Dorothea, 2015:34-35)

B. Kampung Hobone

Kampung Hobone menjadi tempat tinggal Irewa setelah menikah dengan Malom. Di kampung ini Irewa banyak mengalami perubahan. Irewa banyak belajar tentang kehidupan Kampung Hobone yang berbeda dengan Kampung Aitubu tempat

tinggalnya. Irewa belajar bagaimana menjadi perempuan Hobone yang kuat. Irewa juga belajar bagaimana cara mencari nafkah di Kampung Hobone.

Di Kampung Hobone Irewa harus menjalani peran ganda. Irewa mencari nafkah, ke kebun, ke sungai, mencari betatas dan sayur-mayur. Di kampung Hobone di rumahnya bersama Malom, Irewa mendapat perlakuan kasar dari Malom. Malom yang awalnya sangat mengagumi Irewa dan begitu berjuang mendapatkan Irewa, ternyata setelah memperistri Irewa dan dibawa ke Kampung Hobone Berikut bukti kutipannya.

55)Begitulah, Irewa langsung mempelajari banyak hal. Hal yang benar- benar baginya adalah seputar danau. Mama Fos Malom memberi tahu, perempuan Hobone menangkap ikan dengan menggunakan jaring. Jalanya harus dibuat sendiri. kadang juga orang Hobone yang menangkap ikan pada malam hari. Lebih sulit pasti. Juga dingin dan gelap. Untuk penerang, mereka membawa obor yang terbuat dari pelepah sagu atau pelepah kelapa. Cara yang lain adalah dengan menyelam. Irewa yang pernah hampir mendapat celaka di Sungai Warsor sangat ketakutan dengan soal menyelam ini. Namun Mama

Fos mengatakan, “semua perempuan Hobone bisa menyelam dan kamu juga harus bisa. Sekarang kamu orang Hobone, “katanya

(Dorothea, 2015:60)

C. Distrik Yar (Disyark)

Disyark merupakan tempat tinggal baru Irewa dan Malom. Pindahnya Irewa

dan Malom karena Malom merasa lebih mudah dan cepat untuk tiba “kota”. Berikut

kutipannya.

56)Suatu hari, ada pendatang dari lain perkampungan mencari-cari rumah yang bisa dijual. Pendatang dan keluarganya itu akan pindah ke daerah tempat Malom dan Irewa tinggal. Malom tadinya tidak punya

pikiran untuk pindah rumah. Tapi, mendengar hal itu, ia jadi

tertarik.Ia berpikir, kalau saja ia pindah ke pusat “kota” distrik, maka

ia tak harus pulang ke rumahnya yang jauh itu. Ia akan bisa lebih sering berada di dekat teman-temannya. Kebutuhan hidupnya untuk minum-minum dan kesenangan lain juga lebih tersedia di Distrik Yar. Maka, Malom lalu menjual rumahnya ke orang yang membutuhkan

itu. Ia lalu membeli sebuah rumah baru di “kota” distrik. Tak perlu

rumah bagus. Cukup kecil saja. Asal dia bisa tidur. Yang lebih penting, ia bisa memegang uang sisa yang banyak. Malom menyimpan sisanya untuk dirinya sendiri (Dorothea, 2015:184)

Di Disyark Irewa mendapat pekerjaan baru karena Irewa diajak oleh camat perempuan baru di Disyrak, yaitu Ibu Selvi. Mulanya, Irewa merasa tidak percaya dengan pekerjaan baru yang didapatkannya, setidaknya dapat membantunya untuk membiayai anak-anaknya yang masih sekolah. Irewa menjadi perempuan yang dapat membawa perubahan positif untuk perempuan Papua.

57)Ruang Marya adalah nama ruang yang baru dibangun di kantor distrik. Ibu Selvi dan Irewa yang memberi nama itu setelah lama tak

menemukan nama yang dirasa cocok… (Dorothea, 2015:193)

58)Ruang Marya juga dipakai untuk kegiatan lainnya. Tempat baru baru bagi para perempuan untuk berbicara satu sama lain. Juga tukar- menukar informasi. Irewa yang diminta mengatur semua it. Ditetapkan kegiatan berkumpul dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Sore hari mulai pukul empat sampai pukul enam, setelah para perempuan selesai mengurus rumah tangga masing-masing (Dorothea, 2015:194)

D. Jerman

Jerman merupakan tempat tinggal orangtua angkat Meage, Dokter Leon dan Mama Lea. Meage diminta Dokter Leon ke Jerman karena mendengar kasus tentang kelompok musik farandus yang dikejar-kejar oleh polisi. Ditambah lagi Meage ditangkap polisi dan disiksa oleh puluhan polisi. Di jerman Meage banyak mendapat

pengetahuan baru, Meage banyak tahu tentang hal-hal baru yang lebih modern. Di Jerman Meage dan Jingi memutuskan untuk bertemu saat karnaval. Berikut bukti kutipannya.

59)Di Jerman Meage juga sering ke tempat-tempat yang ada hutannya. Ia seperti menyatu dengan tempat yang seperti itu. Tak hanya hutan yang ada di dekat rumah Bapa Leon saja. Hutan-hutan di tempat lain pernah ia masuki (Dorothea, 2015:174)

60)Jingi dan Meage bertemu di Aachen, yang merupakan kota di Jerman yang berada di tengah, antara Köln dan Maastricht. Köln adalah kota terdekat dari Duria. Mereka sudah memutuskan tempat untuk

bertemu…. (Dorothea, 2015:200)

E. Belanda

Belanda adalah negara yang diimpikan Jinggi untuk memantapkan sekolah dokternya. Oleh sebab itu, negara Belanda menjadi negara yang dipilih Jingi termasuk salah satu saran dari suster yang mengasuhnya. Negara Belanda menjadi negara yang banyak meluluskan sekolah kedokteran. Meskipun Jingi di Belanda dan terpisah dari saudara kembarnya, Jingi dan Irewa selalu menyempatkan diri untuk saling mengirim e-mail, memberikan kabar tentang Jingi ataupun tentang Irewa di Papua.

61)Jingi sudah tiba di Belanda. Mama Karolin tinggal di Maastricht, sebuah kota kecil yang berbatasan dengan negeri Jerman dan Belgia. Jingi mantap meperdalam ilmu kedokteran karena dari dosennya di Manado dan bacaan sejarah, ia tahu banyak tokoh Indonesia adalah lulusan kedokteran Belanda. Seperti Wahidin Soedirohusuodo, Sutomo, Abdul Rivai, Tjipto Mangunkusumo, Abdul Muis, A.K. Gani, Boedi Oetomo, dan banyak lainnya. Jingi memperdalam ilmu bedah. Banyak rumah-rumah sakit di Papua yang belum punya dokter spesialis. Pulau itu sangat membutuhkan spesialis THT (telinga,

hidung, tenggorokan), anak, gigi, penyakit dalam, dan kandungan….

2.4.1.2 Latar Tempat Sempit A. Rumah Sakit

Rumah sakit di kampung Hobone ini merupakan tempat Irewa di rawat saat mengalami penyakit malaria juga penyakit sifilis. Sebelumnya Irewa tidak mengetahui penyakit apa yang dialaminya itu. Di rumah sakit ini juga terungkap bahwa Jingi adalah saudara kembar Irewa yang dulu dibuang ke sungai.

Jingi merawat saudara kembarnya itu sampai sembuh. Jingi sadar bahwa kehidupannya dengan saudara kembarnya itu berbeda. Dulu, Jingi dianggap sangat lemah dan dibuang ke sungai, sekarang sebaliknya, Jingi adalah perempuan yang sudah sukses menjadi seorang dokter. Suster Wawuntu kemudian memperkenalkan siapa Irewa, kepada Jingi dan Mama Kame mama kandung Irewa.

62)Irewa lalu dibawa ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari tempat Mama Kame tinggal. Sudah ada listrik sekarang di Aitubu. Pendeta Ruben dan Doker Leon yang membuatnya. Mereka mengukur aliran sebuah sungai yang tepat. Lalu aliran itu diubah jadi tenaga listrik dengan bantuan mesin turbin air. Dibantu perempuan muda tadi, suster Wawuntu sibuk melakukan pertolongan pada Irewa di sebuah ruangan khusus. Kondisi Irewa kritis. Keguguran dan Malaria….. (Dorothea, 2015:84-85)

63) “Inilah anak Mama Kame yang dibuang dulu itu, Mama, “kata suster

B. Sungai Warsor

Sungai Warsor adalah sungai yang sangat menarik dan menyenangkan. Di Sungai Warsor juga merupakan pertama kali Irewa dan Meage bertemu secara lebih dekat. Tubuh dan tubuh lebih dekat. Mereka mulai mengingat terus menerus wajah satu sama lain. Mulai dari Sungai Warsor lah Meage memberanikan diri dan memutuskan untuk mengutarakan perasaannya kepada Irewa.

64)Sungai Warsor memang tampak menyenangkan bagi seorang anak. Sungai itu panjang. Airnya jernih. Tak jauh dari situ juga ada air terjun. Irewa tidak melewati jembatan dari kayu rotan dan tali-tali hutan yang melintang di atas sungai…(Dorothea, 2015:17-18)

65)Tepat pada saat itu, Meage sedang akan melangkah ke atas jembatan, menuju pulang ke tempat tinggalnya yang terletak di seberang sungai itu. Ke dusun Eryas. Ia melihat tubuh perempuan dan tangan yang menggapai. Meage berlari. Cepat. Sigap. Turun dan langsung masuk ke dasar sungai. Tangan Irewa ditarik. Tubuhnya didekap. Lalu digendong ke pinggir. Ah, Irewa ternyata!.... (Dorothea, 2015:18)

Dokumen terkait