• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) .1 Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di

2.1.4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

Lembaga adalah wadah dimana sekumpulan orang berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan bersama, dan yang berfungsi mengatur akan kebutuhan bersama tersebut dengan nilai dan aturan bersama. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada di dalam atau di sekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya (Awang 2008).

Pihak yang terlibat di dalam proses pengembangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ini adalah seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah (desa sampai kabupaten) dan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan (dinas atau instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari masyarakat sendiri atau pihak luar.

2.2 Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan aktifnya organisme. Stimulus dapat berupa benda, isyarat, informasi maupun situasi dan kondisi tertentu. Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005).

Menurut Sudaryanto et al (1987) persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera peraba dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari. Selain itu, persepsi juga merupakan pandangan atau sikap lahir yang dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Beberapa pendapat diatas mengenai persepsi, dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh pribadi masing-masing dalam merespon segala sesuatu. Persepsi setiap manusia akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain

yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga.

Adapun pembentukan persepsi ada tiga mekanisme yaitu selectivity, closure, dan interpretation menurut model persepsi Littere Asngari (1984) dalam Harihanto (2001) yang dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses pembentukan persepsi.

Melihat dari bagan pada Gambar 1 persepsi terbentuk karena ada informasi dan pengalaman masa lalu yang diterima oleh individu kemudian diseleksi oleh individu tersebut sehingga dapat diartikan melalui pandangan kemudian dibentuk menjadi pola pikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Orang yang konsep dirinya positif, ia akan tetap yakin dan percaya diri dalam berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negatif dengan terlalu memperhitungkan respon orang sehingga kredibilitasnya tidak nampak karena tertutupi oleh pandangan negatif terhadap sesuatu dan sikap yang tidak percaya diri.

Persepsi ini akan melahirkan sikap seseorang yang apabila dikaitkan dengan motivasi akan menentukan perilaku seseorang. Penelitian ini diharapkan persepsi dapat menentukan perilaku berupa partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM.

2.3 Partisipasi

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri,

Informasi sampai ke individu Prilaku Persepsi Closure Selectivity Interpretasi Pengalaman masa lalu

dibimbing oleh cara berpikir sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari perdistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar untuk hidup mereka sendiri.

Menurut Suradisastran 1995 dalam Sianturi (2007), partisipasi masyarakat dalam segala aspek pembangunan sebagai keikutsertaan yang lebih dipengaruhi oleh kehendak sendiri dengan sukarela dan itu merupakan partisipasi secara spontan. Jika keikutsertaan dalam keadaan terpaksa maka keikutsertaan tersebut dapat dikatakan bukan partisipasi.

Cohen dan Uphoff (1980) dalam Ramadyanti (2009), menyatakan partisipasi yang dibagi dari dimensi partisipasi yaitu

1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi :

a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan) b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam menerima manfaat d. Partisipasi dalam evaluasi

2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari : a. Penduduk setempat

b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi formal, dan pemerintah setempat.

c. Orang luar desa

3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal : a. Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah? b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan? c. Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?

d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu langsung atau tidak langsung?

f. Lingkup partisipasi

g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang

diharapkan sebagai hasil partisipasinya.

Berdasarkan pernyataan diatas, tipe-tipe partisipasi didasarkan atas tahap-tahap kegiatan, yang dapat digolongkan antara lain tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Bentuk sumbangan dapat digolongkan, antara lain pikiran, tenaga, waktu, dan modal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan mengutungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran itu akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Menurut Silaen (1988) dalam Ramadyanti (2009), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Faktor jumlah beban keluarga, menurut Ajiwarman (1996) dalam Ramadyanti (2009), menunjukkan bahwa semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Murray dan Lappin (1976) dalam Ramadyanti (2009) menyatakan bahwa lama tinggal adalah faktor internal yang mempengaruhi partisipasi. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai

bagian dari lingkungan, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

Selain faktor pendorong terdapat pula faktor-faktor penghambat partisipasi antara lain adalah masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan lapisan bawah terhadap interest pribadi aparatur pemerintah yang lebih kuat (Nasdian 2003). Selain masalah struktural, faktor lain yang menghambat partisipasi masyarakat adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu sikap masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu lama tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat kurang kreatif. Budaya tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Secara garis besar partisipasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif yaitu masyarakat secara langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan sedangkan partisipasi pasif dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang secara tidak langsung menunjang keberadaan hutan secara lestari dengan menjaga hutan sesuai dengan waktu yang relatif jarang. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kehutanan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Sesuai dengan derajat partisipasinya dapat diturunkan dari derajat terendah sampai tertinggi yaitu kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat perencanaan serta kelompok yang terlibat sampai tingkat pengambilan keputusan (Harjanto 2003 dalam Sitanggang 2009).

2.4 Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan pembuatannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998).

Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, keputusan yang terjadi pada seseorang dan sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis timbul

diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik atau faktor di luar diri seseorang yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor didalam diri seseorang atau faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor diluar diri atau ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber antara lain pimpinan, kolega atau faktor lain yang sangat kompleks.

Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu : pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan didalamnya, seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya, seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya (Farhan 2010).

Motivasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan keadaan di dalam organisme, tingkah laku dan tujuan kearah mana tingkah laku itu ditunjukkan. Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi individu, dalam kaitannya dengan suatu pekerjaan meliputi karakteristik biografikal (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman), latar belakang atau status sosial ekonomi, pendidikan, kepribadian, nilai-nilai yang dianut dan persepsi individu terhadap kegiatannya. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam mengambil keputusan untuk mengelola hutan.

BAB III