• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letter of Intent International Monetary Fund dan Liberalisasi Investasi di Indonesia

Jejak Kepentingan Asing dalam Undang-Undang Investas

II.2. Peran Aktor Internasional Dalam Liberalisasi Investasi di Indonesia

II.2.4. Letter of Intent International Monetary Fund dan Liberalisasi Investasi di Indonesia

IMF berperan besar dalam perubahan struktural ekonomi Indonesia, terutama dalam hal liberalisasi investasi pada masa reformasi. Melalui penerbitan Letter of Intent

(LoI) sejak tahun 1997 hingga 1999, IMF membuat berbagai persyaratan kepada pemerintah Indonesia untuk merestrukturisasi makroekonomi Indonesia dengan berbagai kebijakan yang mengarah pada pasar bebas. Berikut ini adalah beberapa LoI dan kaitannya dengan liberalisasi investasi di Indonesia:

1. LoI 30 Oktober 1997

Pada LoI pertama ini, pemerintah membuat sebuah paket kebijakan makroekonomi dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan menahan laju penurunan rupiah. Berikut ini adalah beberapa poin dalam kaitannya dengan liberalisasi investasi di Indonesia:

• aktivitas dan sektor yang terbuka bagi investor asing akan diperluas, di antaranya sektor perdagangan retail. Investor asing akan secara fair

diberikan kesempatan berinvestasi dalam sektor minyak kelapa sawit;

• pada bulan September 1997, aturan mengenai batas 49 % kepemilikan asing dalam perusahaan go public akan dihapus.

35 Seperti yang disampaikan oleh Ahmad Suryono dalam Seminar “Masih adakah independensi dalam pembuatan Undang-Undang Nasional   di bidang Investasi dan Perdagangan di Indonesia?”, IGJ, 21 Februari 2012

2. LoI 10 April 1998

LoI yang diterbitkan pada 10 April 1998 secara umum menegaskan kembali komitmen pemerintah Indonesia untuk menjalankan Momorandum ofEconomic and Financial Policies (MEFP) yang ditandatangani pemerintah pada 15 Januari 1998. Salah satu poin penting yang dibahas dalam LoI ini terkait dengan investasi adalah menghapus hambatan bagi investasi asing di sektor perdagangan grosir.36

Dalam kaitan dengan MEFP, maka komitmen yang diambil pemerintah menyangkut kebijakan-kebijakan berikut ini:37

• Untuk mendukung program privatisasi secara penuh atas semua bank pemerintah, pemerintah akan mengajukan amandemen UU Perbankan pada akhir Juni 1998. Dalam rancangan amandemen ini, batas kepemilikan swasta akan dihapus sehingga pihak swasta dapat menguasai secara penuh bank pemerintah. Partner asing akan diminta untuk menarik investor swasta lainnya agar mau berpartisipasi dan jadwal bagi privatisasi ini akan dikonsultasikan dengan IMF dan Bank Dunia;

• Pemerintah akan memberikan perlakuan yang adil bagi investor asing yang berinvestasi di sektor perbankan. Sejalan dengan komitmen Indonesia di WTO, pemerintah akan mengurangi hambatan bagi bank asing untuk membuka cabang di Indonesia menjelang Februari 1998. Selain itu, pemerintah juga menyerahkan rancangan undang-undang untuk menghapus hambatan kepemilikan asing di beberapa bank yang terdaftar di BEJ menjelang Juni 1998;

• Percepatan program privatisasi dengan pengawasan oleh Kementerian Keuangan dan Dewan Privatisasi. Kerangka aturan bagi privatisasi akan dibuat sedemikian rupa untuk menjalankan privatisasi secara penuh bagi semua perusahaan negara.

36 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 10 April 1998.

37 The International Monetary Fund, “Indonesia-IMF Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 15 Januari 1998

3. LoI 29 Juli 1998

Dengan diterbitkan LoI ini maka pemerintah Indonesia membuat komitmen agar aturan-aturan investasi asing akan disederhanakan dan dipermudah. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen akan menghapus hambatan bagi investasi asing di sektor perdagangan grosir.

4. LoI 11 September 1998

Ada tiga poin penting yang berkaitan dengan investasi dalam LoI ini, yaitu: (1) menghapus batasan kepemilikan asing dalam bank pemerintah; (2) mencabut subsidi pada produk terigu, gula, bawang putih, dan kedelai ; (3) memberikan izin bagi investasi asing di sektor perdagangan ritel dan grosir; (4) mencabut disinsentif pajak bagi kegiatan merger dan restrukturisasi perusahaan. Kebijakan pemerintah ini secara jelas memfasilitasi konsentrasi kekuatan bisnis dalam aktivitas perekonomian.38

5. LoI 19 Oktober 1998

Pemerintah menambah aspek baru dalam komitmennya dengan IMF, di antaranya pemerintah akan tetap membiarkan pergerakan modal lintas batas untuk menciptakan kepercayaan pasar. Selain itu, pemerintah tidak akan membatasi repatriasi kapital bagi investor asing dan juga memberikan kebebasan ekpor bagi mereka. Maka, kebijakan ini diharapkan kepercayaan akan meningkat yang pada gilirannya dapat mendorong peningkatan arus modal masuk ke Indonesia.39

6. LoI 13 November 1998

Dalam LoI ini pemerintah memfokuskan pada isu rencana privatisasi. Pemerintah berencana melakukan privatisasi terhadap 150 BUMN selama satu dekade ke depan. Privatisasi ini akan menyentuh semua BUMN dari sektor telekomunikasi, listrik, energi, hingga perusahaan penerbangan nasional. Pemerintah telah membuat 38 The International Monetary Fund, “Indonesia-Second Supplementary Momorandum of Economic and

Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 11 September 1998.

39 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 11 September 1998.

master plan bagi proses ini dan telah mempublikasikannya. Salah satu bentuk implementasi dari rencana ini adalah dibuatnya UU Telekomunikasi yang meliputi aturan mengenai kompetisi bebas di sektor ini.40

7. LoI 16 Maret 1999

Pemerintah menyatakan bahwa investor-investor asing strategis akan diperbolehkan memegang kendali atas manajemen perusahaan, bahkan di perusahaan di mana saham mereka di bawah 49 %. Pemerintah menegaskan tidak akan membatasi investasi asing dan memperbolehkan investor asing untuk menguasai saham mayoritas perusahaan, kecuali menyangkut kepentingan strategis atau kepentingan nasional. Namun, pemerintah tidak menjelaskan kepentingan nasional seperti apa yang perlu dijaga untuk membatasi kepemilikan asing dalam sektor-sektor strategis ini.41

8. LoI 14 Mei 1999

Pemerintah berkomitmen untuk melakukan privatisasi terhadap sejumlah BUMN. Pemerintah akan melakukan privatisasi atas Pelabuhan Jakarta, Pelabuhan Surabaya, perusahaan telekomunikasi domestik, dan perusahaan pengelolaan makanan. Pemerintah sedang mengajukan RUU Telekomunikasi agar dapat melepas sebagian kepemilikan pemerintah dalam perusahaan telekomunikasi internasional (Indosat). Pemerintah juga tidak akan menetapkan batasan hukum atas kepemilikan asing dalam BUMN kecuali terkait dengan kepentingan strategis dan keamanan nasional.42

9. LoI 17 Mei 2000

Pemerintah akan memperbarui master plan bagi program privatisasinya untuk tahun 2000-2002. Privatisasi untuk sejumlah BUMN yang bergerak di industri- industri yang kompetitif akan dipercepat oleh pemerintah. Di samping itu, pemerintah

40 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 13 November 1998.

41 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 16 Maret 1999.

42 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 14 Mei 1998.

telah mempersiapkan privatisasi PT Telkom dan Indosat dengan merasionalisasikan kepemilikan atau penguasaan aset di beberpa perusahaan telekomunikasi lainnya dan menjual saham-saham yang ada disektor-sektor yang bukan bisnis inti mereka. Pemerintah juga akan melakukan audit khusus dengan bantuan sebuah perusahaan internasional atas sejumlah BUMN dalam rangka program restrukturisasi dan privatisasi ini.43

10. LoI 31 Juli 2000

Pemerintah akan mempercepat privatisasi sektor telekomunikasi dan energi dengan segera menyiapkan perangkat hukum bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor ini. Selain itu, pemerintah juga akan memperluas lingkup sektor ekonomi yang terbuka bagi investor asing.44

11. LoI 7 September 2000

Mempertegas kembali komitmen-komitmen pemerintah yang telah dibahas dalam LoI 31 Juli 2000 dengan beberapa penambahan komitmen, di antaranya akan melibatkan IMF, Bank Dunia, dan komunitas internasional.

12. LoI 18 Maret 2003

Memfokuskan pada upaya pemulihan ekonomi tahun 2003, salah satunya adalah memperbaiki iklim investasi melalui reformasi hukum dan struktural. Melalui UU Komersial dan Kepailitan yang segera dijalankan untuk memberikan kepastian bagi investor. Kerangka hubungan industrial akan diperbaiki untuk memperbaiki iklim investasi ini.45

43 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 31 Juli 1998.

44 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 31 Juli 2000.

45 The International Monetary Fund, “Indonesia-Supplementary Momorandum of Economic and Financial Policies”, The International Monetary Fund, Washington D.C., 18 Maret 2003.

II.2.5. Keterlibatan Bank Dunia Dalam Regulasi Penanaman Modal di Indonesia