• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regulasi Investasi Masa Reformas

Jejak Kepentingan Asing dalam Undang-Undang Investas

II.1.3. Regulasi Investasi Masa Reformas

Pemerintah era reformasi melakukan liberalisasi di sektor investasi secara lebih radikal, termasuk di sektor perbankan, di mana pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan aturan yang mengizinkan pemilikan 99 % saham perbankan oleh pihak asing. Liberalisasi di sektor-sektor lain, termasuk di sektor ritel, juga membuka luas masuknya pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Selanjutnya secara programatis pada tahun 2004 pemerintah membentuk kebijakan reformasi inisiatif investasi, yang bertujuan untuk memberikan dorongan dan fasilitasi terhadap swasta yang melakukan investasi, serta penerapan kebijakan yang sama untuk investor asing dan domestik. Investor diizinkan untuk berinvestasi di sektor ekonomi kecuali dalam kegiatan yang tercantum pada “negatif list”. Tidak ada pembatasan yang secara jelas diterapkan pada ukuran investasi, sumber dana atau apakah produk yang dihasilkan ditujukan untuk ekspor atau untuk pasar domestik.14

Liberalisasi yang paling radikal dalam regulasi di bidang investasi terjadi pada tahun 2007 dan 2009. Undang-undang No. 25 Tahun 200715 tentang Penanaman

Modal (UUPM) menggantikan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1968 dan Undang-undang PMA Tahun 1967. Undang-undang baru ini memiliki tujuan utama merivisi undang-undang sebelumnya yang dinilai banyak kelemahan oleh investor asing, seperti ketidakpastian hukum, kesulitan dalam melakukan negosiasi dan kontrak, serta adanya perlakuan yang tidak sama

13 Marwan Batubara, Log.Cit.

14 Tulus Tambunan, “Trade And Investment Liberalization Effects on Sme Development : A Literature Review And Case Study Of Indonesia”, diakses dari http://www.unescap.org/tid/artnet/pub/tipub2469_chap5. pdf pada tanggal24, pada tanggal 19 Januari 2012, pkl.12.45.

15 Indonesia Norway Business Council, “Doing Business in Indonesia: A Norwegian Perspective”, Februari 2011, diakses dari www.norway.or.id/PageFiles/364383/DOING_BUSINESS_IN_INDONESIA., pada tanggal 25 Januari 2012, pkl. 16.30

antara perusahaan asing dan domestik. Sebelum lahirnya Undang-undang No. 25 Tahun 2007, investasi asing dan domestik dibedakan di hadapan hukum. Undang- undang baru ini juga menyederhanakan regulasi investasi dan menyamaratakan ketentuan hukum baik untuk investor asing maupun domestik, kecuali investor yang berasal dari negara-negara yang memiliki perlakuan khusus sesuai dengan kesepakatan yang dibuat negara-negara tersebut dengan Indonesia. Regulasi ini juga melindungi investasi asing dari nasionalisasi dan pengambilalihan, serta memandatkan hak untuk investor asing guna mencari keadilan lewat Pengadilan Arbitrase Internasional dalam kasus sengketa dengan pemerintah Indonesia.

Pada tahun 2009 liberalisasi di bidang investasi dilakukan lebih lanjut, khususnya di sektor pertambangan, di mana pembatasan untuk kepemilikan asing dihilangkan dan untuk sektor listrik dimungkinkan adanya investasi baru dalam bidang infrastruktur. Bersamaan dengan liberalisasi yang dijalankan tersebut, tren jumlah perusahaan milik negara yang beroperasi di Indonesia mengalami penurunan.16

Liberalisasi di bidang investasi ini juga berlanjut dengan dikeluarkannya undang-undang tentang pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada tahun 2009. Pemerintah juga mendorong pembangunan zona ekonomi berbasis pada strategi promosi investasi, peningkatan promosi ekspor, serta kawasan berikat dan kawasan industri. Zona berbasis promosi investasi ditujukan bagi promosi investasi di seluruh Indonesia dalam waktu singkat. Undang-undang Kawasan Ekonomi Khusus yang diadopsi pada tahun 2009 bertujuan untuk memberikan kerangka hukum dan kelembagaan dalam mengembangkan zona ekonomi yang lebih komprehensif yang diharapkan menjadi lokomotif untuk pembangunan ekonomi di daerah yang ditargetkan.17

KEK merupakan salah satu bagian dari kegiatan mendorong penanaman modal di Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007, Pasal 31. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa KEK dibentuk untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis

16 Tim Wilson, “Innovating Indonesian Investment Regulation: The need for further reform”, Institute of Public Affairs, Australia, Mei 2011, hal. 7.

17 Misuzu Otsuka, dkk., “Improving Indonesia’s Investment Climate”, dalam OECD Investment Insights, Februari 2011.

bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah. Pembentukan KEK merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor dan investasi dengan menggunakan berbagai kebijakan seperti kebijakan di bidang perpajakan, kepabeanan, infrastruktur, perizinan, keimigrasian, dan ketenagakerjaan.

Tabel di bawah ini menggambarkan kronologi liberalisasi PMA di Indonesia dari tahun 1986-2010:

Tabel II.1

Kronologi Liberalisasi PMA di Indonesia

1986 Relaksasi pembatasan kepemilikan asing untuk perusahaan yang berorientasi ekspor

Beberapa sektor yang sebelumnya tertutup bagi PMA dibuka, termasuk perdagangan ritel

1987 Investor asing diperbolehkan di bursa saham

1988 16 tahun larangan pada masuknya bank asing baru dihapus

Joint ventures diperbolehkan untuk mendistribusikan produk asing secara lokal 1989 Ratusan industri yang tidak termasuk dalam daftar negatif dibuka untuk

investasi asing sesuai dengan peraturan Orang asing diizinkan membeli 49 % dari saham perusahaan yang terdaftar

1994 Persyaratan modal minimum untuk investasi asing dihapus

Sembilan sektor strategis dibuka untuk 95 % kepemilikan asing

Kepemilikan asing diizinkan di seluruh Indonesia ditingkatkan dari 80 % hingga 100 %

persyaratan kemitraan domestik lebih mudah 1995 Sepuluh sektor dihapus dari daftar negatif, termasuk

1997 Keputusan Presiden menghilangkan 49 % foreign equity limited pada saham yang tercatat dibeli

1998 Kepemilikan asing dalam perbankan diperbolehkan penuh

1999 BKPM tidak lagi memerlukan tanda tangan Presiden untuk persetujuan Program konten lokal untuk kendaraan bermotor

dihapus

Kendali kepemilikan asing pada perusahaan diperbolehkan, termasuk melalui akuisisi

Beberapa sektor dibuka lebih lanjut untuk PMA, termasuk ritel, general importing, perkebunan kelapa sawit, penyiaran, dan operasi minyak hilir 2007 Undang-undang Investasi tidak jauh dengan persyaratan divestasi umum

Daftar negatif baru membuka beberapa sektor untuk partisipasi asing yang lebih besar

2009 Hukum pertambangan memungkinkan konsesi kepemilikan asing Hukum listrik memungkinkan operator swasta di daerah tidak dilayani oleh PLN

2010 Daftar negatif baru membuka beberapa sektor untuk partisipasi asing yang lebih besar

Sumber : Tim Wilson, Mei 2011 diolah kembali oleh tim peneliti

II.2. Peran Aktor Internasional Dalam Liberalisasi Investasi