• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pola Ruang Kabupaten Barito Utara

2.2.1. Air Limbah Domestik

Pengolahan air limbah domestik yang ada di kabupaten Barito Utara relatif membaik berkat komitmen Pemerintah Daerah melalui OPD terkait yang menangani air limbah. Pada tahun 2019, kabupaten Barito Utara menunjukkan berkurangnya praktik BABS dari 54,7% di tahun 2014 khususnya di wilayah perkotaan menjadi 47% pada tahun 2018.

Pemerintah daerah berupaya menekan angka BABS yang sampai dengan tahun 2019 yang ditargetkan 0% khususnya di wilayah perkotaan di wilayah bantaran sungai seperti jamban terapung yang pembuangan limbah tinjanya langsung ke badan sungai dan tidak menggunakan tanki septik serta masyarakat yang tinggal di darat tetapi sanitasinya belum sesuai standar teknis.

Salah satu permasalahan yang dihadapi kabupaten Barito Utara adalah belum tersedianya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk menampung dan mengolah lumpur tinja dari tangki septik (IPAL, MCK dan Tangki septik warga) melalui truk tinja yang pada saat ini dioperasionalkan oleh pihak swasta. Rencana pembangunan IPLT dilaksanakan di kawasan TPA Km.13 Desa Ipu, Lahei seluas ± 0,6 ha yang rencana diusulkan pembangunannya pada tahun 2019 melalui dana APBN. Pada tahun 2017-2018 telah dibangun beberapa MCK di wilayah kelurahan di ibukota kabupaten dan IPAL komunal berbasis mayarakat di satu tempat yaitu desa Hajak, Teweh Baru.

Pengangkutan lumpur tinja di wilayah kota masih dilayanai oleh jasa penyedot lumpur swasta (Bpk. Eman) dan limbahnya dibuang ke areal terbuka sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini menjadi salah satu isu strategis sanitasi yang mendesak untuk ditangani di kabupaten Barito Utara menuju Universal Acces 2019.

Rencana jangka menengah, Barito Utara memiliki IPLT yang mampu menampung limbah dari masyarakat maupun IPAL, MCK dan tangki septik limbah warga secara terintegrasi guna mengantisipasi volume limbah seiring pertumbuhan penduduk di wilayah dalam dan luar kota sepanjang jalan negara menuju bandara baru Terinsing yang telah berpotensi sebagai kawasan permukiman baru.

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

14 | B A B I I

Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik

Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Utara dan Buku SSK Tahun 2014 dan instrumen SSK 2018

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Tewujudnya kehidupan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat serta Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Berkurangnya praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dari 54.7% pada tahun 2014 menjadi 0% pada tahun 2019

BABS 54,7% di wilayah perkotaan dan perdesaan (Hasil Study EHRA dan instrument SSK)

BABS 53,37% BABS 51,02% BABS 49,6% BABS 47 %

Tersedianya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah

Tersedianya landasan hukum berupa Perda dll yang mengatur operasional penanganan air limbah dan retribusi pengelolaannya

Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada

Tersedianya sarana dan prasarana air limbah domestik

Tersedianya kendaraan operasional sedot tinja (Truk) dari tidak ada

menjadi 2 unit hingga tahun 2019 Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Terbangunnya IPLT untuk

pemrosesan air limbah domestik kabupaten dari tidak ada menjadi 1 unit hingga tahun 2019.

15 | B A B I I 2.2.2. Persampahan

Penanganan persampahan di kabupaten Barito Utara hingga saat ini masih melayani wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya yaitu kelurahan Melayu dan Lanjas serta wilayah luar kota yang relatif terjangkau unit pengangkut yaitu di jalan arteri dan jalan kolektor serta sebagian jalan di komplek perumahan, sementara gang di permukiman padat menggunakan mobil Pick Up dan Motor Roda 3 (Tiga).

Secara umum kondisi pengelolaan sampah di Barito Utara belum maksimal mengingat terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan walaupun TPA yang ada di KM. 13 Desa Ipu sudah menggunakan sistem Sanitary Landfill. Keterbatasan Jumlah TPST dan belum adanya TPS 3R menjadi masalah sendiri khusunya di ibukota kabupaten. Rencana ke depan, Pemerintah Daerah merencanakan membangun TPS 3R di komplek CBD Dermaga, kelurahan Lanjas, sebagai wujud nyata pemerintah daerah dalam melaksanakan regulasi persampahan nasional.

Keberadaan sarana penampungan sampah sementara (TPS) di beberapa tempat menimbulkan polemik di sebagian masyarakat karena fasilitas berupa bangunan permanen TPS relatif sulit untuk dibersikah dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah yang melebihi daya tampung TPS dan bahan berbahaya lainnya. Keadaan ni memaksa pemerintah daerah untuk merubah bangunan permanen TPS menjadi sarana portable (bak sampah besar) yang relatif mudah dioperasionalkan dan dibersihkan.

Retribusi jasa layanan sampah yang menjadi satu paket dengan penarikan jasa layanan PDAM masih perlu disempurnakan karena menimbulkan polemik ketidakpuasan sebagian masyarakat yang tidak terlayani jasa pengangkutan sampah tetapi masih tetap diwajibkan membayar retribusi sampah. Bentuk penyempurnaannya adalah pengenaan retribusi sampah hanya kepada warga yang terlayani pengangkutan sampah.

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

16 | B A B I I

Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Pengelolaan Persampahan

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014- Tahun 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Terlaksana dengan efisien regulasi pengelolaan persampahan

Ditegakannya teknis operasional dan sanksi hukum bagi pelanggar peraturan pengelolaan sampah

Tersedia dan berlaku Tersedia dan

berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku

Tersedianya dana untuk sektor persampahan baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta.

Tersedianya anggaran untuk sektor persampahan setiap tahunnya

Rp.3.347.500.000 Rp.4.253.450.000 Rp.4.897.500.000 Rp.5.694.800.000 Rp.6.345.500.000

Tersedianya sarana dan prasarana persampahan yang memadai

Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit dump truck menjadi 10 unit dump truck hingga tahun 2023

3 Unit 4 Unit 5 Unit 6 Unit 8 Unit

Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit motor roda 3 menjadi 18 unit Motor Roda 3 pada tahun 2023

3 Unit 3 Unit 3 Unit 5 Unit 5 Unit

Meningkatkan fungsi TPA yang

sudah ada pada tahun 2016 Open Dumping Open Dumping Open Dumping Open Dumping Sanitary Landfill

17 | B A B I I 2.2.3. Drainase Lingkungan

Sistem drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Barito Utara cenderung menggunakan sistem alami yaitu mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui alur-alur alam dan saluran buatan sesuai dengan topografinya. Sebagaian bentuk saluran yang terlayani dalam perkotaan adalah saluran terbuka umumnya terletak di tepi pinggiran jalan, sedangkan saluran yang lain adalah merupakan saluran tertutup yang sebagian terletak dijalan – jalan permukiman kota lama atau pusat kota, dan sudah mulai baik.

Saluran induk drainase khususnya di ibukota kabupaten menggunakan sungai alam Bengaris yang membelah kota Muara Teweh dari hulu hingga bermuara ke sungai Barito. Meskipun telah dilakukan upaya perbaikan alur sungai, tetapi masih saja mengalami penurunan daya tampung yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas deforestasi kawasan hulu, perubahan fungsi areal resapan menjadi bangunan permanen rumah tinggal, serta pengurugan kawasan resapan air oleh pihak tertentu sebagai lahan komersial.

Oleh beberapa sebab di atas, maka terjadi peningkatan luas genangan khusus di Muara Teweh dari semula sekitar 85 ha pada tahun 2014 menjadi 342 ha pada tahun 2018 pada musim penghujan maksimum. Luas genangan di luar wilayah perkotaan seluas 1857,8 ha yang tersebar di 9 Kecamatan. Walaupun luas genangan di luar ibukota masih relatif luas, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap aktifitas dan derajad kesehatan masyarakat karena mayoritas pusat genangan berada di lahan kosong jauh dari pusat pemukiman warga yang jumlah KK nya relatif masih sedikit tetapi luas administrasinya luas, sehingga cukup diskenario untuk penanganan jangka panjang. Pemerintah daerah perlu bersinergi dengan semua pemangku kepentingan dalam mengatasi masalah ini.

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

18 | B A B I I Tabel. 2.9 Kemajuan Pelaksanaan Untuk Drainase Lingkungan

Sumber: Pokja sanitasi Kabupaten Barito Utara 2018

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014- Tahun 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Tersedianya dana untuk sektor drainase baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta.

Tersedia anggaran drainase untuk setiap tahunnya

Rp.2.166.370.000 Rp.1.394.900.000 Rp.1.298.649.888 Rp.1.133.499.240 Rp.1.400.650.000

Tersedianya sarana dan prasarana drainase yang memadai dan terintegrasi

Berkurangnya luas genangan di Kabupaten Barito Utara (wilayah perkotaan) sampai 2023 menjadi 0 Ha.

85 Ha 50 Ha 150 Ha 250 Ha 342 Ha di wilayah

perkotaan (ibukota kabupaten)

Tersedianya regulasi drainase yang berwawasan lingkungan.

Tersedianya perencanaan sistem drainase skala kabupaten pada tahun 2019

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

19 | B A B I I 2.3.1. Air Limbah Domestik

Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Barito Utara masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal Septic tank Komunal ≤10 kk yang di bangun oleh pemerintah. Dinas PUPR kabupaten Barito Utara tengah membangun fasilitas MCK ≤ 10 kk untuk membantu masyarakat MBR di areal padat penduduk perkotaan dan juga IPAL Komunal berbasis masyarakat (Sanimas) di Desa Hajak, Teweh Baru. Sementara sebagian warga masyarakat perkotaan yang bermukim di bantaran anak sungai di Muara Teweh langsung membuang limbahnya ke saluran atau sungai sehingga berdampak besar pada kesehatan warga.

Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu:

a. Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk.

b. Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage. Sebagian besar masyarakat kabupaten Barito Utara masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on site berupa jamban keluarga. Selebihnya penduduk yang tinggal di tepi sungai memiliki jamban terapung yang langsung terbuang ke sungai. Pengelolaan limbah cair rumah tangga yang dilakukan masyarakat Kabupaten Barito Utara sebagai berikut :

a. Membuang air limbah rumah tangga ke got/parit/ saluran drainase dekat rumahnya dengan atau tanpa melalui pipa;

b. Membuang ke sungai dengan atau tanpa melalui pipa;

c. Menampung /meresapkan air limbah rumah tangga ke dalam lubang/ kubangan terbuka yang dibuat dekat kamar mandi;

d. Memakai air limbah rumah tangga untuk menyiram jalan.

Ada beberapa alasan yang mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan air limbah seperti disebutkan di atas adalah sebagai berikut :

a. Belum adanya pelayanan pengelolaan air limbah rumah tangga seperti halnya persampahan; b. Cara yang dipilih relatif praktis dan tanpa biaya;

c. Tidak adanya larangan/ konsekwensi hukum dengan membuang air limbah langsung sungai; Kondisi Pengelolaan Air Limbah Saat ini dapat dilihat dari hasil EHRA dimana tempat penyaluran buangan akhir tinja, sebanyak 85,30% menyalurkan tinjanya ke jamban pribadi. Sebesar 1,1% ke WC umum. Sebesar 0,2% ke jamban helikopter. Sebesar 12,80% ke sungai langsung dan sebesar 0,6% ke pekarangan, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

20 | B A B I I

Gambar 2.1 Diagram Sistem Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Barito Utara

(1). Sistem dan Infrastruktur

Kondisi Sistem sanitasi yang ada di Kabupaten Barito Utara untuk sektor Air Limbah Domestik di uraikan dalam bentuk diagram sistem sanitasi (DSS) yang menginformasikan mengenai infrastruktur pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Barito Utara. Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah domestik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

a. Praktek BABS atau Pembuangan Langsung

Sarana Penggunaan Sub Sistem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan 85.3 1.1 0.2 12.8 0.6

ANGGOTA KELUARGA BUANG AIR BESAR DARI HASIL STUDI EHRATAHUN 2018 KABUPATEN BARITO UTARA

A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan

21 | B A B I I b. Akses Dasar Sarana Penggunaan Sub Sistem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan Kepemilikan swasta c. SPALD Setempat

Sarana Pengguna Pengolahan Sub Sistem

Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan d. IPAL Komunal/SANIMAS

Sarana Pengguna Pengolahan Sub Sisem

Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan Keterangan :

A. Praktik BABS dan Pembuangan Langsung.

B. Wilayah Perdesaan Akses Dasar Wilayah Perkotaan Tidak terhitung sebagai akses (BABS) C. SPALD Setempat

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

22 | B A B I I

Gambar DSS diatas menggambarkan kondisi Eksisting pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Barito Utara saat ini, dimana sistem pengelolaan air limbah per sistem dapat di jelaskan seperti di bawah ini:

sistem A : perilaku buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan, berdasarkan Instrumen SSK masih terdapat 15,89% di wilayah perkotaan dan di wilayah perdesaan 31,12%, dimana masyarakat Kabupaten Barito Utara melakukan praktek BABS (tidak punya akses), terutama yang berada di daerah bantaran sungai. (data hasil dari Instrumen SSK) Sistem B : Masyarakat di Kabupaten Barito Utara sudah melakukan Pembuangan tinja dengan

menggunakan akses namun sistem pengolahan tinjanya masih belum memenuhi standar sebagai jamban yang sehat dan masih mencemari lingkungan/tanah (Cubluk) ini terjadi di wilayah perdesaan sebesar 7,55%. (data hasil dari Instrumen

SSK)

Sistem C : adalah sistem di mana Pembuangan tinja oleh masyarakat yang ada di kabupaten Barito Utara sudah menggunakan akses yang layak dengan sistem pengolahan menggunakan septictank individual dan juga Septictank Komunal ≤ 10 kk serta MCK, rata-rata septictank ini di buat kurang dari 1 tahun (tidak Buang Air Sembarangan) dan menjadikan desa-desa yang ada menjadi desa ODF.

Sistem D : adalah sistem di mana Pembuangan tinja oleh masyarakat menggunakan akses yang layak dengan sistem pengumpulan dengan sistem perpipaan menuju IPAL Komunal Kapasitas 50 KK yang di bangun melalui program Sanimas akhir tahun 2016, dan Kabupaten Barito Utara baru memiliki 1 unit.

Dokumen terkait